Because, I Love You
Satu bulan sudah aku berada di kota X. Kota baru yang menjadi pilihan ku dengan ibu saat itu. Meski dengan ragu-ragu aku memutuskn untuk menetap dan menjadikan kota yang lebih ramai dan serba nyentri ini, mau gak mau aku harus bisa memulai kehidupan baru ku disini bersama ibu.
" Bunda, kota ini lebih ramai ya? Berbeda dengan kota tempat tinggal kita sebelumnya, masih terbilang sepi dari berbagai angkutan umum kota ". Ucap ku pada ibu ketika kami sedang sibuk beres-beres rumah kontrakan kami yang baru.
" Hemm. . . Meski bunda sedikit takut dan ragu dengan alasan mu memutuskan untuk memilih kota ini sebagai tempat awal kehidupan baru kita, bunda harap kamu harus pintar-pintar mencari teman disini. Pergaulan disini lebih bebas dari kota kelahiran mu Nak, bunda takut kamu akan terjerumus ke hal-hal yang tidak baik ".
" iya iya bunda. Tenang aja, lagi pula besok Fanny akan coba mencari kerjaan di kota ini. Agar kita bisa memiliki pemasukan untuk bertahan hidup disini. Tapi bunda harus janji ya, gak akan sedih terus menerus, bunda harus bisa jadi penyemangat Fanny di kota ini. OK bunda??? " Jawab ku penuh semangat.
" Iya, Bunda janji, demi kamu satu-satunya teman hidup bunda saat ini yang membuat bunda bertahan sampai detik ini. Maafkan bunda ya nak, pada akhirnya kamu harus menjadi tulang punggung ".
" Tuh kan. . . Sedih lagi "
" Baik lah baik lah. Ehm, mandi dulu sana. Setelah itu kita makan siang. " Jawab ibu ku dengan senyuman. Kemudian aku bergegas menuju kamar mandi membersihkan diri agar lebih fress tentunya.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Dua hari berlalu aku tinggal di kota baru ini, kami sudah akrab dengan para tetangga yang tinggal di lingkungan dekat kontarakan ku. Sangat mudah untuk cepat akrab dengan mereka karena mereka semua ramah-ramah. Dan betapa bahagia nya aku ketika salah satu tetangga di sebelah kontrakan tempat ku tinggal menawarkan pekerjaan di sebuah butik besar tempat ia bekerja. Kebetulan sedang membutuhkan karyawan untuk posisi di bagian kasir. Lebih bahagianya lagi, aku langsung di terima hanya dengan sekali interview meski pengalaman dan skill di bagian ini aku terbilang sama sekali belum pernah mencobanya. Karena aku terbiasa ngoceh di depan semua murid ku. hihi
Tapi aku harus mencobanya ,demi kelangsungan hidup ku bersama ibu kedepan nanti. Justru ini jadi sebuah tantangan untuk ku bukan???
Hari pertama bekerja, aku mendapat pujian karena nyonya pemilik butik ini aku terbilang cepat dan mudah melalui tugas ku sebagai kasir. Hari berganti hari aku sudah mulai terbiasa dengan pekerjaan baru ku ini, meski aku sedikit sedih dengan perbedaan profesiku kali ini dengan kehidupan ku sebelumnya. Tapi disini tidak ada yang mengetahui bahwa aku bekerja dan berpengalaman di bidang mengajar di sekolah sebelumnya. Tak apa bukan??? Toh ini tetap pekerjaan yang halal dan menguntungkan.
Dan waktu berjalan begitu cepat, sudah sebulan aku bekerja dan tinggal di kota ini. Gaji pertama ku, aku serahkan semua pada ibu ku saja. Akan lebih baik lagi jika ibu yang mengatur dan menghemat semuanya.
" Hah, capek nya. . . " Ucap ku menyandarkan sekujur tubuhku di sofa mini.
" Duh, anak bunda ini. . . Apakah hari ini butik sedang di serbu para pembeli??? Sampai mengeluh begitu "
" Hari ini lebih ramai dari kemarin bunda. Hah. . . kaki Fanny sampai terasa seperti kram. "
" Maafkan bunda nak, karena hanya mengandalkan mu bekerja sendirian. "
" Bunda jangan gitu ah, sudah kewahiban Fanny sebagai satu-satunya anak bunda. "
" Ya sudah kamu istirahat dulu ya, jangan lupa mandi dulu. " ucap ibu pada ku lalu kemudian aku memasuki kamar tidur ku.
Ah aku jadi rindu dengan kamar ku dirumah yang dulu, kamar ini cukup sempit. Tapi menenangkan dan selalu sejuk, tak perlu aku memasang AC segala.
Ku hempaskan tubuhku berbaring di atas kasur, menatap langit-langit dengan mata yang perlahan mulai mengantuk. Seketika aku terbayang wajah ayah, dia tersenyum manis pada ku seolah sangat nyata. Hingga tanpa sadar air mata ini mengalir dengan sendirinya.
Ayah, aku rindu. . . !!!
🌻🌻🌻
Tiba waktu pagi aku sudah bersiap-siap untuk kembali pada aktifitasku. Bekerja dan bekerja, meski aturan pekerjaan dari pagi hingga sore aku sudah meminta ijin dahulu untuk lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerjaan. Dengan alasan, menghindari pikiran-pikiran yang masih kadang terbayang masa lalu ku ketika sendiri dirumah.
Dari pagi hingga hampir jam makan siang, butik ini masih ramai pengunjung. Aku sudah lapar sekali rasanya, dan pandangan ku melihat sekeliling ruangan butik ini tanpa sengaja tertuju pada sosok laki-laki tampan berjaket cokelat tua yang ku perhatikan sedikit kebingungan. Kemudian dia menghampiriku dengan tatapan datar, Aku terkejut gelagapan.
" Selamat siang, ada yang bisa saya bantu ??? " Sapa ku berusaha ramah.
" Ehm, saya cari baju dres ukuran adik saya. Kira-kira ukuran apa yang pas ya? " Tanya nya pada ku.
Hey, kau pikir aku ibu mu? aku mana tahu ukuran adik mu seberapa? astaga. . .
" Mohon maaf tuan, usia adik anda berapa tahun kalau boleh tahu? " Tanya ku lagi.
" Menurut mu berapa kira-kira? Hehe " Jawab nya tertawa nyengir pada ku.
Apaan sih ni cowok? Gak jelas banget.
pikir ku dalam hati.
" Sebentar saya panggilkan teman saya untuk membantu anda memilih dres yang pas untuk adik anda, " Jawab ku cetus.
" Eh tidak perlu. ku rasa dress ini sudah pas dengan ukuran tubuh nya, kau. . . bisa membantu ku memilihkan warna mana yang cocok "
" Biru." Jawab ku singkat.
" Ehm, kenapa harus biru? " Tanya nya kembali. Membuat ku kesal saja, untung pelanggan yang lain masih asyik berbelanja.
" Ehm, maaf. Saya hanya memberitahu sesuai warna favorite saya, jadi jika anda kurang berkenan bisa memilih yang lain saja "
" Oh baik lah, aku akan memilih warna yang lain saja. " Jawabnya kemudian dengan membalikkan badan nya kembali memilih-milih baju yang lainnya.
Iih, brengsek. Pelanggan gila, apa dia sengaja mengerjaiku? Jika dia akan memilih warna lainnya kenapa bertanya pada ku? aku sudah sangat lapar. apa dia tidak tau?
Aku mulai mengumpatnya dalam hati.
Dan akhirnya, salah satu teman yang akan menggantikan ku sementara di kasir sudah lebih dulu selesai makan siang. Jadi giliran ku sekarang.
Ah akhirnya. . .
Keluh ku dalam hati.
Di dekat butik tempatku bekerja, ada sebuah kantin yang menyediakan beberapa menu makanan kesukaan ku. Yang mengingatkan ku pada suasana kantin di kampus dan sekolah tempat ku mengajar, aku jadi rindu.
Sedang menikmati suasana di kantin ini sendirian, tiba-tiba mataku melihat sosok laki-laki yang tidak asing bagi ku sedang duduk di pojok kantin ini. Aku sangat yakin aku tidak salah lihat kali ini, aku yakin jiks dia. . . dia teman sekolah ku ketika SMP dulu.
Eh tapi, bagaimana bisa dia berubah jadi tinggi besar berdada bidang begitu??? Sangat terlihat begitu kekar di balik baju kaos yang di kenakannya itu. Aku tidak salah orang kan?, Tanya ku dalam hati.
Dan. . . upz, dia juga melihat ke arah ku.
Seketika aku memalingkan wajah ku dengan cepat, ya ampun malu nya aku. Lebih baik aku cepat-cepat saja kembali ke butik, jika saja aku salah orang lalu memandanginya seperti tadi aku bisa malu parah.
Kemudian aku bergegas bangun dari duduk santaiku semulai tadi, untuk segera kembali ke butik. Namun aneh nya, ku lirik perlahan sosok laki-laki ysng pikir teman kelas ku tadi sudah menghilang pergi entah kemana. Aku melihat sekeliling tak lagi terlihat batang hidungnya.
Apa yang kau pikirkan Fanny? apa kau sangat berharap bisa bertemu kembali dengan cinta monyet mu itu? Sudah lah fokus bekerja saja saat ini.
Ya, benar kata hati ku. Aku harus fokus bekerja dulu demi masa depan.
Let's Go Fanny !!!
🍁Hai readers ku, jangan lupa like dan vote nya ya. Terimakasih sudah mau mampir dan membaca karya baru ku ini 🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
Irzah Irsyad Zahriyah
kenapa eg di buat nikah aja sama kevin thor
2024-02-09
0
Nurma sari Sari
menyimak
2022-12-29
0
Heny Ekawati
semoga di cerita ini fany lebih bisa jdi wanita bermartabat
2021-07-27
0