" Fanny, bunda mau ngomong sebentar. Boleh masuk tidak??? " Ucap ibu ku berdiri di pintu kamar yang terbuka, aku yang semulai tadi asyik membaca komik di kamar membenahi posisi santai ku di hari libur kerja.
" Boleh bunda. Sini, masuk aja " jawab ku santai.
" Ehm, gak jalan-jalan nih sama Khery? "
" Enggak ah, dia sibuk kerja. Lagipula Fanny sedang tidak ingin keluar rumah. " Jawab ku cuek.
" Nak, Khery itu sangat baik pada kita selama kita tinggal di kota ini. Dan bunda rasa, dia sungguh ingin menjalin hubungan yang serius dengan mu. "
" Bunda, dia memang baik. Tapi soal pernyataan perasaannya pada Fanny, sampai kapan pun Fanny gak akan percaya gak akan mau menerimanya sebagai pacar atau suami. "
" Tapi kenapa? Bukan kah dia sudah berani menyatakan keseriusannya di depan bunda langsung? "
" Bunda, Fanny yang lebih dulu kenal siapa dan bagaimana Khery. Dia memang suka sekali mengerjai Fanny dan gombal pada banyak wanita. Fanny yakin kali ini pun dia akan tetap sama. "
" Lalu sampai kapan hah? Kau akan menutup hatimu dari laki-laki? Sampai kapan kau akan mengurung diri dari percintaan? Seharusnya di usiamu yang sekarang kau sudah menikah dan bunda menggendong cucu-cucu yang mungil. "
Jleb !!!
Ada apa dengan bunda? kenapa dia jadi emosi begitu? Tidak kah beliau sadar ucapannya itu sedikit menusuk hatiku?
" Bunda, pliss. . . Ayah baru saja meninggalkan kita, biarkan Fanny fokus untuk menikmati masa kita yang kini hanya tinggal berdua saja. Dan Fanny masih ingin menemani bunda lebih lama lagi, apa bunda bisa bayangin jika nanti Fanny sudah menikah lalu bunda bagaimana? apa-apa harus serba sendiri tanpa Fanny di sisi bunda. "
" Jika kau sungguh memikirkan kehidupan kita selanjutnya bagaimana, kau terima Khery dan ajak dia menikah secepatnya. Karena dia cukup baik untuk menjadi suamimu nantinya, dia tampan, dia mapan, dia mandiri, dan bertanggung jawab. "
" Bunda. . . ayo lah, Fanny hanya menganggapnya teman saat ini. Tidak lebih. Dan Fanny. . . "
" Kenapa Fanny? Apa kau masih menunggu Kevin? yang sudah meninggalkan mu begitu saja hanya karena kini kau hidup tanpa seorang ayah, begitu? "
" Tolong jangan bahas tentang Kevin lagi bunda. Dia pergi karena kesalahan Fanny, yang membuatnya terus menunggu hingga dia merasa bosan. Dia berhak bahagia dan mendapatkan seseorang yang lebih baik dari Fanny nanti nya. "
" Jangan bodoh nak, jangan selalu mudah tertipu dan menyalahkan dirimu sendiri. Jika Kevin sungguh mencintaimu dia tidak akan pergi, apapun alasannya termasuk kau yang mendorongnya pergi jauh. " Kali ini ucapan ibu semakin menekan hati ku. Tatapannya terlihat berapi-api penuh amarah.
Bunda, ku mohon jangan begini. . .
" Bunda, pliss. . . tolong, biarkan Fanny lebih lama lagi menjalani tugas dan kewajiban Fanny sebagai pengganti ayah. Jangan mendesak Fanny untuk segera menikah terlebih lagi dengan orang yang tidak sama sekali Fanny cintai. "
" Oh jadi sekarang kau merasa mampu berdiri sendiri dan memenuhi semua kehidupan kita kedepannya? Kau pikir bunda tidak capek menghadapi ini semua dan kisah cintamu yang selalu menyakitimu itu? kau pikir bunda tidak kecewa dengan mereka semua yang hanya datang tapi untuk pergi semau mereka, dan membuatmu kecewa. Saat ini Khery adalah laki-laki terbaik yang mau menerima mu untuk menjadi istrinya. " Ucap ibu dengan nada semakin keras.
" Bunda, percayalah. Dia hanya bercanda, Khery tidak serius. " Aku masih berusaha selembut dan sehalus mungkin nada bicara ku kali ini pada bunda. Meski hatiku sudah di penuhi dengan emosi yang meluap-luap.
" Pikirkan lah baik-baik. Jangan mengecewakan bunda lagi, Fanny. " Ucap ibu kemudian melangkah pergi keluar dari kamar ku dengan ekspresi yang sungguh membuatku ingin menangis sejadi-jadinya.
Hingga ku lirik jam di ponsel ku menunjukkan pukul 4 sore. Aku jadi jengah menahan kekesalan ku ini, sepertinya Khery sudah berhasil meracuni pikiran dan hati ibu yang membuatnya percaya bahwa dia sungguh serius ingin menjadikan ku istri.
Hahaha. . . Bahkan dalam hati aku menertawainya, jujur dulu aku memang menyukainya saat duduk di bangku SMP dulu. Tapi entah itu perasaan suka karena cinta atau sebatas kagum saja, yang ku tau dahulu hingga kini bagiku dia tetap tukang merayu banyak wanita.
Ah, lebih baik aku pergi ke butik saja. Paling tidak, disana aku bisa melupakan semua ucapan ibu yang memancing emosi ku tadi. Aku sedang tak ingin berlarut-larut memikirkan ini semua. Hanya akan semakin menyakitiku saja.
🌻🌻🌻
Tiba di butik, aku mengurungkan niatku untuk masuk ke dalam. ku arahkan langkah kaki ku menuju kantin di sebelah butik. Mungkin dengan sedikit duduk santai dan meminum sesuatu yang dingin dapat menyegarkan kekesalan ku hari ini.
Sesampainya di dalam ruangan kantin, aku memesan sebuah minuman dahulu untuk menemani kesendirian ku di kantin ini.
Drrrtttt. . . Drrrrt. . .
Ku raih ponsel yang bergetar terus menerus di kantong celana ku, sebuah nomor baru memanggil. Sembari menyeruput minuman yang baru saja ku beli, aku kembali mencari tempat duduk yang kosong di kantin ini.
"" ****Hallo. . .
Syukur lah kau belum mengganti nomor mu setelah beberapa kali aku mencoba menghubungi nomor mu**.
Degh !!!
Kenapa, suara ini kembali terdengar di telinga ku Tuhan???
Aku tertegun, terdiam tanpa kata sesaat dengan bibir yang gemetar dan hatiku tidak karuan.
****Ada apa lagi kau menghubungiku Vin?
Jadi kau sengaja memblockir nomor ku karena ingin menghindariku Fanny?
Apa lagi Vin? Apa lagi mau mu kali ini?
Aku baru saja mengirimkan mu uang di rekening yang ku tinggalkan pada mu. Tak peduli kau akan apakan uang itu, tapi tidak bisakah kau menghargai pemberian ku sebagai sesama teman**?
Cih, ini pasti ulah kak Rendy yang memberitahunya. Aaaarght kak Rendy menyebalkan !!!
****Hah, kau bilang sekarang kita teman? Oh. . . begitu mudahnya bagimu Kevin, setelah kita. . .
Aku sangat merindukan mu, Fanny**.
Degh !!!
Kevin, Kau tau? Kau masih jago menyela setiap perkataan ku yang selalu nyerocos tanpa henti ini. Hatiku sakit mendengar ucapan itu, kenapa baru kali ini kau menelpon ku hah??? selama ini kau kemana? dimana? Ngapain dan sama siapa aja kamu tidak pernah berusaha menghubungiku.
****Ku mohon kau berhentilah mengirimkan uang ke rekening itu, aku tidak ingin jika semua orang tau mereka akan menilaiku wanita murahan.
Fanny, bisakah setelah ini kita tetap saling berkomunikasi**???
Klik !!!
Ku matikan begitu saja panggilan telepon dari nya, tanpa memberikan jawaban tanya nya di akhir kata.
Ku tarik nafas dalam-dalam mencoba menahan sesak di dada. Namun air mata ini???
Aaaaaarght. . . aku berteriak dalam hati. Air mata apa ini??? kenapa seolah aku menangisi kehadiran Kevin di telepon barusan, dan nasib cintaku dengan nya dulu yang sia-sia tak berarti sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
Saujanar Renjana 88
Sakit banget, ya, Fan, Vin.
Tapi aku salut dengan cinta kalian yang abadi meski hingga akhir tetap tak bisa bersatu.
2024-12-18
0
Runengsih
aaahhh sebenernya Fanny sendiri yg ribet di ajak keluar negeri bundanya jg di bawa malah gak mau eehhh gak taunya pindah gakjelas
2022-06-11
0
Turrofiah Inee
gak kuat nyesek Thor klo udah denger nama kevinn😩😩
2020-12-23
0