Kau tau apa yang ku rasakan ketika Kevin memberitahuku bahwa dia akan bertunangan dengan Violet???
Bibirku masih mampu ku paksakan tersenyum seolah aku ikut bahagia mendengar Kevin akhirnya akan bertunangan dengan seorang wanita yang sebelumnya juga sudah ku kenal.
Ya, Violet memang pantas untuk Kevin. Violet adalah gadis yang cantik dan pintar, juga dewasa. Mereka cocok, iya kan? Bukan kah ini yang memang aku inginkan? Bukan kah ini pula yang aku harapkan untuk kehidupan Kevin?
" Fanny, maafkan aku. Kau boleh membenciku setelah ini. "
" Heh, kau ingin aku membencimu setelah ini? Lalu untuk apa kau masih memintaku untuk bertemu? Untuk apa??? " amarah yang tadinya aku berusaha menahannya meluap seketika saat ku dengar Kevin memintaku untuk membencinya setelah ini.
Bukah kah itu terdengar sangat merendahkan ku sebagai wanita yang dulu pernah dicintainya? Aku sungguh ingin lenyap saja dari hadapannya detik ini, ini memalukan sekali bagiku Tuhan.
" Fanny, Fanny pliss. . . aku memutuskan untuk bertunangam dengan Violet karena terpaksa, aku tidak ada pilihan lain. Karena Violet kini, tengah hamil. "
Hah. . . Terdengar sangat menggelitik di telingaku. Violet hamil? Apakah itu hasil hubungan nya dengan Kevin setelah kami putus? Atau jangan-jangan sebelum kami putus mereka sudah. . .
Aaaaaarght. . . Aku tidak tahan lagi tuhan, aku beranjak dari posisi ku semulai tadi dan melangkah pergi begitu saja dari hadapan Kevin yang kini menatapku dengan mata berkaca-kaca.
" Kau ******** Kevin, " Aku melangkah dengan emosi yang memuncak keluar dari kafe tempat kami bertemu.
" Fan, Fanny, Fan. . . tunggu, penjelasan ku belum semua kau dengar. Fanny, " Kevin mengejarku dengan setengah berlari keluar dari kafe.
Aku terus melangkah dengan cepat berharap Kevin tidak akan mampu mengejarku. Meski rasanya itu tidak mungkin dengan langkah kaki nya yang panjang bisa tertinggal jauh oleh langkah kaki ku yang sudah setengah berlari.
" Fanny, tunggu !!! " Ucapnya yang kini berhasil meraih tangan ku dan menggenggamnya sangat erat.
" Apa lagi? apa lagi Vin? " Jawab ku menepis tangan nya dengan kasar.
" Fanny, aku tau apa yang kau pikirkan saat ini. Bukan aku yang menghamili Violet, aku hanya terlanjur berjanji akan membantunya melewati ini semua saat dia hampir mengakhiri hidupnya dan bayi yang di kandungnya saat ini. Dia hanya korban dari lelaki hidung belang, aku. . . aku hanya. . . "
" Kau tau Vin, ku pikir tadinya Ammar lah lelaki satu-satunya yang paling bejat dan ******** yang pernah ku kenal. Tapi ternyata, kau lebih darinya. "
" Ya, aku memang ********. Aku bejat, aku brengsek, kau bebas memaki ku sepuas hatimu. Aku tidak ingin mengatakan ini semua dengan jujur, tapi harus. Aku tidak ingin membuatmu menunggu dengan janji yang sudah ku ucapkan dulu bahwa aku akan tetap menantimu hingga hatimu benar-benar siap bersamaku. "
Plak !!!
Ini pertama kali aku menampar sosok lelaki yang selama ini aku cintai dan aku kagumi. Tapi kini, sebejat itukah dia? meski dalam lubuk hatiku, aku tau dia memang orang yang mudah luluh dan kasihan pada orang yang dia kenal baik. Tapi bisakah itu dijadikan alasan untuknya saat ini???
" Tampar aku, pukul aku, atau kau bunuh saja aku Fanny. Ayo tampar aku lagi??? " Ucapnya dengan tatapan kedua matanya yang mulai di basahi oleh air matanya.
" Kau bodoh atau sudah tidak peka lagi dengan perasaan ku? Setega itu kau memaksaku bertemu hanya untuk mendengar hal ini darimu? Kau berhasil membuat hatiku hancur yang kesekian kalinya setelah Ammar. "
" Tidak Fanny, ku mohon jangan bilang begitu. Aku tidak ada pilihan lain Fanny, tolong jangan pernah berpikir aku dengan Ammar hanya ingin menyakitimu. Tidak, ku mohon jangan pernah kau berpikir seperti itu. "
Kini tubuhnya yang kekar itu meraih tubuhku dalam pelukannya, isakan tangis nya membuatku terhipnotis dengan derai air mata. Hingga tanpa sadar kedua tangan ku memeluk tubuhnya yang selalu hangat ku rasa.
" Aku masih tetap mencintaimu Fanny, akan selalu mencintaimu. Tapi takdir Tuhan selalu mengalahkan semua penantian ku selama ini. Maafkan aku, "
Sadar bahwa kini aku berada dalam dekapan Kevin, membuatku mendorong tubuhnya dan menjauh dari hadapan Kevin saat ini.
" Pergilah, jangan pikirkan aku lagi. Buanglah semua harapan dan cintamu selama ini untuk ku, kubur saja dalam-dalam penantian mu yang sia-sia itu Vin. "
" Tidak. Aku akan tetap menjaganya dalam hatiku, ini hanya sebentar saja Fanny, bisakah kau menantiku dan percaya aku akan kembali membawa cintaku kembali padamu. "
" Heh, kembali? dengan status mu yang sudah milik orang lain? begitu Vin? Ternyata kau lebih jago merendahkan harga diriku sebagai seorang wanita, meski aku sudah kehilangan kehormatan ku tapi aku tidak pernah berpikir untuk mengharapkan lagi lelaki yang sudah menjadi milik orang lain walau aku masih mencintainya sekalipun. "
Kevin terdiam dan tertegun melihat ku, bibirnya gemetar dengan mata yang memerah sebab tangisan nya semulai tadi.
" Pergi lah, pergi Vin. Pergi. . . !!! Jangan pernah lagi kau tunjukkan wajah mu yang selalu kau perlihatkan kelembutanmu padaku, semua palsu. Semua munafik, kau pembohong, aku muak melihatmu Vin. Aku berharap setelah ini Tuhan tidak akan pernah memberiku kesempatan untuk melihatmu kembali di hadapan ku, baik esok dan selamanya aku hanya ingin kau tidak lagi muncul di hadapan ku. "
Ku dorong sekeras mungkin dada nya yang bidang itu, hingga ia sedikit tersungkur dari hadapan ku. Aku berlari menjauh darinya dengan tangisan yang tiada henti mengalir deras membasahi pipiku.
Aku tidak tau harus kemana saat ini, jika aku kembali ke butik ini akan menjadi sorotan para pengunjung dan pelanggan yang lain, belum lagi para staff yang lain. Aku tidak ingin menjadi bahan olok-olokan mereka. Sebaiknya aku terus saja berlari sampai dimana kaki ku terhenti dan letih.
Hingga tangan ku di tarik oleh seseorang dari samping yang membuatku terkejut. Mungkinkah Kevin masih mengejarku? Aaakh, brengsek. Aku tidak ingin mendengar ucapan nya lagi, apapun itu. Aku muak !!!
" Kevin, lepaskan aku. Jangan lagi menahan ku, kau brengsek. " Ucap ku dengan membalikkan tubuhku, dengan cepat aku menyeka air mata ini sembari menundukkan kepalaku. Rasanya sudah enggan menatap nya lagi kali ini.
" Oh, jadi Kevin namanya. Yang membuat kakak cantik kacau balau begini? Nangis pula? Haha ternyata cengeng juga. Huh, ku pikir beneran galak dan judes. "
Ku tengadahkan wajah ku menatap wajah seseorang yang di hadapan ku saat ini.
" Kau, " Tanya ku dengan mata terbelalak.
" Iya, ini aku. Kau hampir saja menubruk tubuh ku lagi saat berlari barusan. Bersyukur aku menghindar dengan cepat, kalau tidak. Aku berani jamin kau akan membayar ganti rugi bagian dadaku yang memar. "
" Apa itu lucu? Kenapa selalu kau lagi? " Jawab ku dengan nada marah.
" Ya gak tau, aku juga heran. Kenapa kau selalu galak dan judes pada ku, " Jawab nya santai.
Benar-benar ya ni cowok. Gumam ku dalam hati, sembari menatapnya dengan tajam.
" Ada apa? Mau galak lagi? Aku sudah sedia handset di kantong celana ku. " Jawab nya dengan cengengesan.
" Lepaskan tangan ku, " Aku semakin melototinya dengan tarikan nafas dalam-dalam.
" Eh, sory kakak cantik. Tangan mu sangat kecil dan halus, jadi hampir tidak terasa di genggaman ku. Hehe "
" Cowok gila, " Umpat ku di hadapannya.
" Apa kata mu barusan? Aku cowok gila? " Tanya nya dengan nada kesal.
" Ya, kau cowok tergila dan aku semakin ikut gila setiap kali bertemu dengan mu. "
" Ya, sepertinya aku memang mulai menggila. Menggila karena kau selalu dan judes setiap kali bertemu dengan ku. Kau cantik saat marah begitu, "
" Hey kau, " Jawab ku dengan mengepalkan tangan kananku kehadapannya.
" Woy, santai dong kakak cantik. "
" Kakak lagi, kakak lagi. Kau, tidak tau sopan santun. Aaargh, terserah kau saja. Aku hanya akan semakin gila lama-lama di dekatmu. " Jawab ku dengn cetus sembari melangkah kembali pergi membelakanginya.
Namun langkahku terhenti, ku lihat sekeliling. Aku belum begitu hafal dengan jalanan di kota ini, aku harus kemana lagi? Harus kah aku kembali ke butik saja? Ah, tidak mungkin. Ini sudah terlambat, dan wajahku saat ini sudah pasti sangat kacau.
" Ikut dengan ku, " Tiba-tiba kembali pria menyebalkan tadi menarik tanganku dengan sangat kuat dalam cengkraman tangan nya di lengan ku. Aku kebingungan serta meronta, namun nihil. Cengkraman tangannya begitu sangat kuat, kemudian dia menarikku hingga di tepi sebrang jalan lalu menghentikan taxi dan menarikku menaikinya bersamanya.
" Hey kau mau membawa ku kemana? Kau gila. Tidak waras, kau sakit jiwa ya? "
" Diam, atau aku. . . " Ucapannya terhenti ketika wajahnya berada sangat dekat dengan wajah ku saat ini. Kemudian kami saling membuang muka mengalihkan pandangan kami satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
Irzah Irsyad Zahriyah
😭nyesek banget kisah cinta fanni , huuuwaaaaaa
2024-02-09
0
Elminar Varida
aneh banget si Kevin, masa mau nikahin cewek yg jelas2 hamil bukan krn perbuatan si Kevin. nggak masuk diakal.
2022-05-16
0
Heny Ekawati
kasijan banget sih lo fan
2021-07-27
0