NovelToon NovelToon

Because, I Love You

Episode 1

Satu bulan sudah aku berada di kota X. Kota baru yang menjadi pilihan ku dengan ibu saat itu. Meski dengan ragu-ragu aku memutuskn untuk menetap dan menjadikan kota yang lebih ramai dan serba nyentri ini, mau gak mau aku harus bisa memulai kehidupan baru ku disini bersama ibu.

" Bunda, kota ini lebih ramai ya? Berbeda dengan kota tempat tinggal kita sebelumnya, masih terbilang sepi dari berbagai angkutan umum kota ". Ucap ku pada ibu ketika kami sedang sibuk beres-beres rumah kontrakan kami yang baru.

" Hemm. . . Meski bunda sedikit takut dan ragu dengan alasan mu memutuskan untuk memilih kota ini sebagai tempat awal kehidupan baru kita, bunda harap kamu harus pintar-pintar mencari teman disini. Pergaulan disini lebih bebas dari kota kelahiran mu Nak, bunda takut kamu akan terjerumus ke hal-hal yang tidak baik ".

" iya iya bunda. Tenang aja, lagi pula besok Fanny akan coba mencari kerjaan di kota ini. Agar kita bisa memiliki pemasukan untuk bertahan hidup disini. Tapi bunda harus janji ya, gak akan sedih terus menerus, bunda harus bisa jadi penyemangat Fanny di kota ini. OK bunda??? " Jawab ku penuh semangat.

" Iya, Bunda janji, demi kamu satu-satunya teman hidup bunda saat ini yang membuat bunda bertahan sampai detik ini. Maafkan bunda ya nak, pada akhirnya kamu harus menjadi tulang punggung ".

" Tuh kan. . . Sedih lagi "

" Baik lah baik lah. Ehm, mandi dulu sana. Setelah itu kita makan siang. " Jawab ibu ku dengan senyuman. Kemudian aku bergegas menuju kamar mandi membersihkan diri agar lebih fress tentunya.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Dua hari berlalu aku tinggal di kota baru ini, kami sudah akrab dengan para tetangga yang tinggal di lingkungan dekat kontarakan ku. Sangat mudah untuk cepat akrab dengan mereka karena mereka semua ramah-ramah. Dan betapa bahagia nya aku ketika salah satu tetangga di sebelah kontrakan tempat ku tinggal menawarkan pekerjaan di sebuah butik besar tempat ia bekerja. Kebetulan sedang membutuhkan karyawan untuk posisi di bagian kasir. Lebih bahagianya lagi, aku langsung di terima hanya dengan sekali interview meski pengalaman dan skill di bagian ini aku terbilang sama sekali belum pernah mencobanya. Karena aku terbiasa ngoceh di depan semua murid ku. hihi

Tapi aku harus mencobanya ,demi kelangsungan hidup ku bersama ibu kedepan nanti. Justru ini jadi sebuah tantangan untuk ku bukan???

Hari pertama bekerja, aku mendapat pujian karena nyonya pemilik butik ini aku terbilang cepat dan mudah melalui tugas ku sebagai kasir. Hari berganti hari aku sudah mulai terbiasa dengan pekerjaan baru ku ini, meski aku sedikit sedih dengan perbedaan profesiku kali ini dengan kehidupan ku sebelumnya. Tapi disini tidak ada yang mengetahui bahwa aku bekerja dan berpengalaman di bidang mengajar di sekolah sebelumnya. Tak apa bukan??? Toh ini tetap pekerjaan yang halal dan menguntungkan.

Dan waktu berjalan begitu cepat, sudah sebulan aku bekerja dan tinggal di kota ini. Gaji pertama ku, aku serahkan semua pada ibu ku saja. Akan lebih baik lagi jika ibu yang mengatur dan menghemat semuanya.

" Hah, capek nya. . . " Ucap ku menyandarkan sekujur tubuhku di sofa mini.

" Duh, anak bunda ini. . . Apakah hari ini butik sedang di serbu para pembeli??? Sampai mengeluh begitu "

" Hari ini lebih ramai dari kemarin bunda. Hah. . . kaki Fanny sampai terasa seperti kram. "

" Maafkan bunda nak, karena hanya mengandalkan mu bekerja sendirian. "

" Bunda jangan gitu ah, sudah kewahiban Fanny sebagai satu-satunya anak bunda. "

" Ya sudah kamu istirahat dulu ya, jangan lupa mandi dulu. " ucap ibu pada ku lalu kemudian aku memasuki kamar tidur ku.

Ah aku jadi rindu dengan kamar ku dirumah yang dulu, kamar ini cukup sempit. Tapi menenangkan dan selalu sejuk, tak perlu aku memasang AC segala.

Ku hempaskan tubuhku berbaring di atas kasur, menatap langit-langit dengan mata yang perlahan mulai mengantuk. Seketika aku terbayang wajah ayah, dia tersenyum manis pada ku seolah sangat nyata. Hingga tanpa sadar air mata ini mengalir dengan sendirinya.

Ayah, aku rindu. . . !!!

🌻🌻🌻

Tiba waktu pagi aku sudah bersiap-siap untuk kembali pada aktifitasku. Bekerja dan bekerja, meski aturan pekerjaan dari pagi hingga sore aku sudah meminta ijin dahulu untuk lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerjaan. Dengan alasan, menghindari pikiran-pikiran yang masih kadang terbayang masa lalu ku ketika sendiri dirumah.

Dari pagi hingga hampir jam makan siang, butik ini masih ramai pengunjung. Aku sudah lapar sekali rasanya, dan pandangan ku melihat sekeliling ruangan butik ini tanpa sengaja tertuju pada sosok laki-laki tampan berjaket cokelat tua yang ku perhatikan sedikit kebingungan. Kemudian dia menghampiriku dengan tatapan datar, Aku terkejut gelagapan.

" Selamat siang, ada yang bisa saya bantu ??? " Sapa ku berusaha ramah.

" Ehm, saya cari baju dres ukuran adik saya. Kira-kira ukuran apa yang pas ya? " Tanya nya pada ku.

Hey, kau pikir aku ibu mu? aku mana tahu ukuran adik mu seberapa? astaga. . .

" Mohon maaf tuan, usia adik anda berapa tahun kalau boleh tahu? " Tanya ku lagi.

" Menurut mu berapa kira-kira? Hehe " Jawab nya tertawa nyengir pada ku.

Apaan sih ni cowok? Gak jelas banget.

pikir ku dalam hati.

" Sebentar saya panggilkan teman saya untuk membantu anda memilih dres yang pas untuk adik anda, " Jawab ku cetus.

" Eh tidak perlu. ku rasa dress ini sudah pas dengan ukuran tubuh nya, kau. . . bisa membantu ku memilihkan warna mana yang cocok "

" Biru." Jawab ku singkat.

" Ehm, kenapa harus biru? " Tanya nya kembali. Membuat ku kesal saja, untung pelanggan yang lain masih asyik berbelanja.

" Ehm, maaf. Saya hanya memberitahu sesuai warna favorite saya, jadi jika anda kurang berkenan bisa memilih yang lain saja "

" Oh baik lah, aku akan memilih warna yang lain saja. " Jawabnya kemudian dengan membalikkan badan nya kembali memilih-milih baju yang lainnya.

Iih, brengsek. Pelanggan gila, apa dia sengaja mengerjaiku? Jika dia akan memilih warna lainnya kenapa bertanya pada ku? aku sudah sangat lapar. apa dia tidak tau?

Aku mulai mengumpatnya dalam hati.

Dan akhirnya, salah satu teman yang akan menggantikan ku sementara di kasir sudah lebih dulu selesai makan siang. Jadi giliran ku sekarang.

Ah akhirnya. . .

Keluh ku dalam hati.

Di dekat butik tempatku bekerja, ada sebuah kantin yang menyediakan beberapa menu makanan kesukaan ku. Yang mengingatkan ku pada suasana kantin di kampus dan sekolah tempat ku mengajar, aku jadi rindu.

Sedang menikmati suasana di kantin ini sendirian, tiba-tiba mataku melihat sosok laki-laki yang tidak asing bagi ku sedang duduk di pojok kantin ini. Aku sangat yakin aku tidak salah lihat kali ini, aku yakin jiks dia. . . dia teman sekolah ku ketika SMP dulu.

Eh tapi, bagaimana bisa dia berubah jadi tinggi besar berdada bidang begitu??? Sangat terlihat begitu kekar di balik baju kaos yang di kenakannya itu. Aku tidak salah orang kan?, Tanya ku dalam hati.

Dan. . . upz, dia juga melihat ke arah ku.

Seketika aku memalingkan wajah ku dengan cepat, ya ampun malu nya aku. Lebih baik aku cepat-cepat saja kembali ke butik, jika saja aku salah orang lalu memandanginya seperti tadi aku bisa malu parah.

Kemudian aku bergegas bangun dari duduk santaiku semulai tadi, untuk segera kembali ke butik. Namun aneh nya, ku lirik perlahan sosok laki-laki ysng pikir teman kelas ku tadi sudah menghilang pergi entah kemana. Aku melihat sekeliling tak lagi terlihat batang hidungnya.

Apa yang kau pikirkan Fanny? apa kau sangat berharap bisa bertemu kembali dengan cinta monyet mu itu? Sudah lah fokus bekerja saja saat ini.

Ya, benar kata hati ku. Aku harus fokus bekerja dulu demi masa depan.

Let's Go Fanny !!!

🍁Hai readers ku, jangan lupa like dan vote nya ya. Terimakasih sudah mau mampir dan membaca karya baru ku ini 🍁

Episode 2

Tanpa terasa ku lirik jam tangan ku sudah menunjuklan pukul 6 petang. Sebentar lagi pekerjaan ku selesai, tapi jujur semulai tadi aku masih terbayang dan memikirkan sosok laki-laki yang tanpa sengaja ku lihat di kantin tadi.

Apakah dia Khery teman sekelas ku di SMP dulu? Tapi dilihat dari postur tubuhnya bukan kah sangat tidak mungkin? tapi wajah nya yang selalu tampak jutek dan bibirnya yang tebal itu tetap masih sama. Aku masih sangat mengingatnya dengan jelas.

Kemudian ponsel ku berdering pelan membuatku sedikit terkejut dan terbangun dari lamunan ku. Ku raih dari kantong celana ku dan ku lihat sebuah nomor baru menelpon.

"" **Halo. . .

Hah syukur lah masih bisa di hubungi**.

Terdengar suara wanita di balik telepon itu dengan ekspresinya yang terbayang seolah dia bernafas lega.

**Fanny, ini aku Maulida. apa kau ingat ?

Maulida. . . ehm, ah maulida teman sekelas ku di SMP bukan?

Kyaaaa. . . betuuul ini aku Maulida, bagaimana kabarmu Fanny? aku sangat rindu. Terakhir ku dengar kabar tentang kepergian ayah mu, turut berduka cita ya.

Hemm. . . ya makasih, kabar ku baik. kamu gimana Da??? aku juga rindu. Kau jahat, menghilang begitu saja setelah menikah.

Maafkan aku Baby, pahami lah. Kau pun tau pekerjaan suami ku apa kan??? Tapi sudah dua hari ini aku di kota A. Tapi saat berkunjung kerumah mu, rumah mu kosong. Lalu aku bertemu kak Rendy dan dia memberikan nomor mu kepada ku.

Aku. . . aku sementara ini pindah ke kota X, karena. . .

Apa??? Kota X? jadi itu sungguh kau Fanny???

Apa maksud mu Da?

Khery memberitahuku bahwa tanpa sengaja tadi melihat mu sedang makan di kantin yang sama dengan nya. Tapi dia bilang kau berubah, jadi dia enggan menyapamu. Howah. . . ini sangat menarik. Hihi**

Degh !!!

Jadi tadi itu, sungguh Khery? cinta monyet ku. Hahaha astaga. . . aku tidak menyangka setelah bertahun-tahun lama nya kami tidak pernah lagi bertemu.

**Halo. . . halo Fanny, apa kau masih mendengarku???

Ah iya, masih. ya sudah nanti kita sambung ngobrolnya ya, ini masih di tempat kerja ku.

Ya baik lah, jangan lupa simpan nomor ku ini ya dan kabari setelah kau tidak sibuk**.

Bip bip bip. . . Panggilan telepon berakhir.

Aaaarght, jadi dia sungguh Khery? ya ampun, dia berubah sangat drastis. Eh tapi, kenapa dia bisa berada satu kantin yang sama dengan ku? apakah dia juga tinggal di kota ini???

Hatiku mulai bertanya-tanya, ada kebahagiaan tersendiri setelah mendengar Khery tadi juga mengenaliku. Ah sebaiknya aku pulang saja dulu.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Sesampainya dirumah, ku lihat ibu sedang duduk termenung di teras rumah. Aku langsung saja memanggil dan memeluk nya dengan manja.

" Hey, kau sudah pulang Nak? Apa kau sudah lapar?bunda sudah memasak enak untuk makan malam mu "

" Sungguh??? wah. . . kebetulan Fanny sudah sangat lapar dan haus. " jawab ku dengan riang gembira.

" Hemm. . . tapi sepertinya kau sangat bahagia malam ini nak? apa kau memenangkah sebuah lotre? " tanya ibu ku dengan tatapan heran.

" Ih bunda, lotre apaan? emh. . . Fanny hanya. . . sedikit senang, makan siang tadi tanpa sengaja Fanny melihat Khery. Teman sekelas Fanny waktu SMP dulu, apa bunda ingat? ". Jelas ku dengan antusias.

" Khery? teman mu yang jutek itu? "

" Aaah bunda, dia memang jutek tapi. . . "

" Anak bunda suka, cerita cinta monyet. " Jawab ibu ku sembari mencubit hidung ku.

" Ih bunda apaan sih, itu dulu. hanya bawaan masa puber saat SMP hahaha. Sudah lah jangan di bahas lagi, membuat malu saja ".

Kemudian aku memasuki kamar dengan setengah berlari menahan rasa malu ku di depan ibu.

Lalu, setelah selesai makan malam aku memasuki kamar. Seperti biasa, sifat ku ini tidak pernah berubah. Selalu menjadikan kamar adalah salah satu pilihan terbaik untuk menyendiri dengan pikiran yang berkecamuk.

Di kamar ini, aku masih bisa memandangi langit malam lewat jendela kamar.

Malam ini bulan sedang bersembunyi di balik awan, sepertinya dia juga tersipu malu melihat wajah ku yang semulai tadi selalu menyimpulkan senyuman bahagia. tapi ada apa dengan ku hari ini? apa yang membuat hatiku begitu bahagia?

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Tok tok tok. . .

" Sayang, apa kau masih tidur? ayo bangun sudah pagi, nanti kau terlambat ".

" Ya bunda, Fanny sudah bangun ". Aku yang terburu-buru memasang sepatu ku menjawab dengan setengah teriakan kemudian membuka pintu kamar. Ku lihat ibu sudah berdiri di depan kamar ku.

" Sarapan dulu ayo " ucapnya. Dengan terburu-buru aku melewati nya meraih sepotong roti isi selai cokelat dan segelas susu hangat sudah tersedia di atas meja makan.

Sambil berdiri ku teguk segelas susu hangat dengan cepat dan berjalan menggigiti potongan roti tersebut.

" Bunda, Fanny langsung berangkat ya nanti terlambat. Jalanan disini rawan macet loh, nanti Fanny telat ke tempat kerja. Bye. . . " Ucap ku sembari mengecup pipi bunda dan mencium lembut tangan nya.

" Hati-hati Nak. . . " ucap ibu berteriak kala aku sudah berlari keluar rumah.

Beruntung nya lagi, rumah kontrakan kami tak jauh dari jalanan kota. Sengaja ku mencari dan memilih area ini, sehingga memudahkan ku untuk menunggu taxi.

Sesampainya di tempat kerja, aku kembali dengan tugas ku sebagai kasir seperti biasa. Di tengah kesibukan ku, sejenak aku terbayang masa-masa ku ketika masih ada ayah di sampingku. Aku tidak akan selelah ini pastinya.

Ah, maafkan aku Tuhan. aku tak bermaksud menyalahi takdir yang sudah kau tentukan untuk ku. Hanya saja, aku merasa terlalu cepat Engkau memanggil beliau dari sisi ku.

" Fan, sudah waktunya makan siang ". sapa salah satu staff di butik ini, mengguyarkan lamunan ku.

" Eh iya sebentar lagi ya aku nyusul ". Jawab ku singkat.

Ketika hendak pergi ke kantin sebelah seperti biasa, ponsel ku berdering. Maulida memanggil. . .

"" Halo cinta

Sapanya ketika ku angkat teleponnya.

**Hemm. . . dasar. sory ya semalem aku ketiduran, belum sempat balas pesan mu lagi.

No problem cinta. Eh nomor mu boleh gak aku kasih si Khery. Semalam dia kirim email ma aku loh, mints nomor kamu.

Aduh gimana ya. . . ehm, ya deh gapapa itung-itung nambah temen di kota baru ini**.

Siap bos. saat sudah jadian jangan lupa ya kabari aku. Hahahaha**

Bip bip bip. . .

Halo Da. . . Halo. . .

" Ih tu anak apaan sih, main matiin telepon aja. jadian apaan yang dia maksud??? hahaha, dasar. "Ucap ku berbicara sendiri di depan butik. Kemudian melihat sekeliling lalu pergi menuju kantin.

Setibanya di kantin, kembali ponsel ku berdering sebuah pesan singkat dari nomor baru tak di kenal ku lihat di layar ponsel.

Fan, ni gue Khery. hehe

Degh !!!

Hatiku seolah sedang melompat-lompat gembira dengan sendirinya hingga tanpa ku sadari aku tersenyum.

Upz, apaan sih aku ini? kenapa jadi senyum-senyum begini. Ku balas aja seadanya aja deh. Aku gak mau kembali terulang masa SMP dulu, apakah sifat dia sudah berubah???

Apa kabar???

Balas ku singkat.

Hmm. . . jutek nya. . . masih sama seperti dulu.

Melihat balasan nya ini membuatku kembali tersenyum.

***Hehe, biasa aja.

Ketemuan yuk, ntar malem di kafe Z. Aku udah tau dari temen kita Maulida, kalau kamu tinggal di kota yang sama dengan ku.

Boleh, tapi gak janji ya. Aku harus ijin dulu sama bunda.

Oh, jadi tante ikut tinggal disini? ya udah deh kirim alamat mu, aku kerumah mu aja sekalian ingin menyapa tante udah lama gak ketemu***.

Dalam hatiku,

Kerumah? ketemu bunda? yang benar saja ingin menyapa. Bukan kah dulu dia paling anti sekedar say hello di jalan, sekarang ingin menyapa bunda? emang berani? Hahahaa. Ok, kita lihat bagaimana dia akan bersikap nantinya.

Episode 3

Malam hari, tepat jam 07.15 WITA. Khery mengirim pesan singkat bahwa ia sedang menuju kemari dengan alamat yang sudah ku kirim di pesan singkat siang tadi. Aku sibuk mondar mandir memilah milih baju yang pantas untuk ku kenakan malam ini agar terlihat lebih girly dan feminim. Mengingat dulu, Khery selalu meledek ku karena sikap ku yang sedikit tomboy.

" Bunda, ehm. . . Fanny mau bilang sesuatu. " Ucap ku menghampiri bunda yang sedang santai menonton TV.

" Hemm, ada apa sayang? kenapa canggung begitu, sini duduk. " jawab ibu ku, dengan tingkah kikuk aku duduk di samping nya.

" Bunda, ehm. . . boleh gak, kalau Fanny menerima temen cowok main kekontrakan kita ini??? "

Seketika ibu menatapku dengan heran kemudian tersenyum seolah sedang menggoda ku.

" Boleh, kenapa tidak? Yang penting dia tidak risih dengan kondisi rumah kontrakan kita yang seadanya ini. " jawab ibu ku.

" Ehm. . . iya bunda, makasih ya. Dan malam ini, Khery sedang menuju kemari. "

" Oh ya??? ciyeee cinta monyet bersemi kembali nih. . . " Ucap ibu menggodaku,

" Ih apaan sih bunda, enggak. Kami juga belum ketemu, hanya melalui pesan singkat aja tadi. Sebenarnya kemarin. . . "

Tok tok tok. . .

" Permisi. . . "

Terdengar ketukan pintu dan suara seseorang. Yang bisa ku pastikan itu Khery, aku salah tingkah kebingungan di depan ibu.

" Itu. . . itu mungkin Khery bunda, sudah sampai ". Jawab ku dengan sedikit terbata-bata.

Entah lah, kenapa aku jadi salah tingkah dan kikuk begini. Padahal dia hanya teman sekelas ku, meski dulu aku sempat menyukainya. Tapi itu hanya cinta monyet saja, tidak lebih. Bahkan kita di sekolah selalu seperti tikus dan kucing yang menghiasi pertemanan kita dengan pertengkaran gak jelas.

" Ya sudah ayo buka pintu sana ". Perintah ibu ku.

" Aaah, bunda aja deh yang bukain pintu. Fanny malu, " Jawab ku dengan meremas-remas kedua tangan ku yang sudah mulai berkeringat dingin.

Ibu yang melihat sikap ku ini justru mentertawaiku dengan geli.

" Baik lah, bunda kedepan dulu ya ".

Dengan diam-diam aku mengikuti ibu membukakan pintu menyambut kedatangan Khery. Dengan ramah ibu menyapanya yang di tanggapi dengan antusias oleh Khery. Aku hampir tidak percaya ini, karena mengingatnya sikapnya di masa SMP dulu dia selalu jutek dan sombong saat bertemu dengan ibu.

" Malam tante, apa kabar? sudah lama ya tante kita gak ketemu, tante awet muda dan masih cantik ".

" Tunggu sebentar, apakah kau sungguh Khery teman SMP Fanny dulu? "

" Iya tante saya Khery, teman SMP Chella eh Fanny maksud ku. "

" Hahaha, ya ampun kau tumbuh dengan sangat sehat dan subur ya. Dulu kamu tuh sangat kecil dan kurus, dan kamu masih mengingat panggilan masa kecil Fanny. Michella, "

" Ah tante, bisa aja deh. Eh Fanny nya ada kan ? " Tanya Khery dengan malu-malu.

" Tunggu sebentar ya, tante panggil. Ayo masuk dulu, harap maklum ya apa adanya. " Ucap ibu ku dengan riang gembira.

" Fanny. . . " Teriak ibu memanggilku yang semulai tadi mondar mandir di kamar dengan gelisah antara malu, nervous tapi jujur aku senang bisa bertemu lagi dengan nya.

Akhirnya dengan langkah ragu aku berjalan menunduk menghampiri Khery yang sudah duduk di ruang tamu di temani ibu.

" Hai. . . " Sapa ku singkat melambaikan tangan dengan kegelisahan tak menentu menahan nervous ku.

" Hai, apa kau sungguh Fanny teman SMP ku dulu??? "

" Iya lah, emang siapa lagi? " Jawab ku cetus.

" Nah, kalau sikap judes mu ini aku tetap kenal. Hahaha, " Jawab nya dengan tertawa lepas mengejek ku. Aku yang melihatnya bersungut-sungut dengan menggerutu dalam hati.

" Sudah sudah, kalian ngobrol santai dulu ya. tante siapin minum dulu untuk mu Khery, " Ucap ibu ku kemudian.

" Oh iya tante, maaf ngerepotin. " jawab Khery dengan santun.

Kemudian aku duduk dengan wajah menunduk di hadapan Khery, kembali aku salah tingkah ketika diam-diam mencuri pandang padanya, dia sedang memandangiku tanpa kedipan mata.

" Chel, eh maksud ku Fanny. Aduh aku jadi ingat masa-masa kita di SMP dulu. " Ucapnya dengan salah tingkah.

" Cih apaan sih salah tingkah begitu, gak lucu. Jauh banget dengan sikap mu yang selalu sok cool di sekolah dulu. " Jawab ku meledeknya.

" Habisnya. . . kau berubah sangat cantik dan modis sekarang Fan, "

Degh !!!

Aku terdiam sesaat menatap wajah nya.

" Hahahaha. " Tanpa sadar aku tertawa lepas di hadapannya, sehingga dia tertegun mengerutkan kedua alisnya menatapku heran.

" Upz, maaf Khery. Aku jadi lepas kontrol. " Jawab ku kemudian.

" Apa yang kau tertawakan hah? " Tanya nya cetus.

" Kau bilang aku berubah sangat cantik dan modis? Haduh udah lah jangan gombal, kita baru saja bertemu. lebih baik kau ceritakan bagaimana bisa kau tinggal di kota ini dan apa pekerjaan mu? ". Jawab ku mengalihkan.

" Ehm, Fan ngomong-ngomong om mana? aku mau menyapanya juga " Tanya nya lagi dengan clingak clinguk melihat sekeliling ruangan.

" Eh. . . ayah ku. . . baru saja meninggal beberapa bulan yang lalu karena kecelakaan. "

" Oh ya ampun, sory Fan. . . aku bener-bener gak tau soal ini, aku turut berduka cita ya. Sekali lagi maaf aku gak bermaksud membuatmu sedih. "

" Hemm, gapapa. Aku sudah mengikhlaskannya, mungkin ini sudah menjadi takdir yang harus aku terima mau gak mau. "

" Aduuuh kenapa jadi pada tegang kalian, ini minum dulu ". Kemudian ibu datang memecah keheningan saat Khery dengan serius mendengar ceritaku tentang kepergian ayah.

" Eh makasih tante, maaf ngerepotin. " Ucap Khery dengan langsung meneguk minuman yang di bawakan ibu barusan.

Kemudian kami berbincang dan saling berbagi cerita kami sebelum hingga akhirnya tinggal di kota yang sama. Aku masih seperti mimpi saja, bisa kembali bertemu dengan Khery dan dengan berbagai perubahannya yang terlihat semakin dewasa dan berani.

Dia bekerja di sebuah toko perhiasan milik orang india sebagai owner. Dan dia sudah bisa menyewa apartemen pribadi, Wow !!! Hatiku memujinya tanpa sadar. Dari dulu dia memang gigih dalam pelajaran, jadi tidak heran jika saat ini dia bisa terbilang sukses.

Di tengah hangatnya obrolan kami, beberapa kali aku memalingkan wajah dari tatapan Khery yang semulai tadi tanpa jeda melihatku. Terkadang dia mencuri pandang tersenyum menatapku. Dan sepertinya ibu mengetahui hal ini.

" Ehhem, ya sudah kalian lanjut ngobrol berdua saja ya. Tante jadi sedikit ngantuk nih. " Ucap ibu ku tiba-tiba berdiri.

" Eh, maaf tante jika tante mau istrahat Khery pulang aja deh. "

" Eeeh. . . gapapa, kalian lanjut ngobrol aja berdua. Tante tinggal dulu ya, ke dalam. Ehm, Khery, makasih ya sudah mau berkunjung kemari. Tante titip Fanny jika nanti kalian akan kembali bertemu saat jam kerja atau dimana pun itu. Fanny belum kenal siapapun di kota ini, dan belum memiliki teman akrab disini. " Jelas ibu ku pada Khery.

" Oh siap tante, jangan khawatir. Khery bakal jagain Fanny dimana pun dan kapan pun itu. " Jawab nya dengan senyuman semangat.

" Cih, apaan sih ? " Jawab ku menanggapi.

Kemudian hanya tinggal kami berdua di ruang tamu. Kembali Khery memandangiku dengan senyuman, membuatku canggung.

" Kenapa sih mandangin aku terus, aku gak nyaman tau. " Ucap ku.

" Hahaha, iya iya sory. Pelit banget sih, cuma mandangin doang juga. Takut luntur itu make up ?"

" Ih apaan sih ? aku cuma gak nyaman aja di pandangi terus menerus daritadi. " Jawab ku masih dengan nada cetus.

" Ok ok, fine. Aku gak mandangin kamu lagi deh, Ehhem. Boleh tanya sesuatu yang serius ? "

" Apa ? " Tanya ku dengan nada galak.

" Udah punya cowok ? "

Aku terperangah sesaat, dengan bibir berbentuk O.

" Belum. "

" Jomblo dong? "

" Ngeledek ? " Tanya ku.

" Haha, tidak. Astaga, kau ini. Galak banget, pantas saja masih belum punya pacar. "

" Songong lu, lalu kau ? udah punya cewek berapa banyak ? " Tanya ku meledeknya. Karena aku yakin dia tetap suka menggombal pada semua wanita seperti waktu SMP dulu.

" Apa aku masih terlihat playboy di mata mu Fan??? "

" Pasti lah !!! " Jawab ku singkat.

" Ya ya, terserah kau saja. Tapi aku, masih jomblo. Sama sepertimu, sebulan yang lalu aku baru saja putus dengan pacar ku yang sudah hampir setahun kami berpacaran. "

" Oh ya? Kasihan banget tu cewek. "

" Kok malah kasihan ma cewek ku sih Fan ? "

" Ya iya lah, mungkin dia tau kalau kamu itu suka gombal sama semua cewek. Jadi dia gak betah deh. "

" Karena orang tua ku tidak menyukai gayanya yang kebarat-baratan itu. Orang tua ku menentang keras hubungan kami. "

" Upz, sory. Ku pikir karena. . . "

" Ah udah lah, semua sudah berlalu. Sekarang aku bersyukur dan jujur bahagia banget bisa bertemu lagi dengan mu Fan ". Jawab nya dengan menatapku serius, kemudian malam sudah hampir larut. Khery berpamitan untuk pulang. Aku mengantarnya sampai di teras, saat dia sudah melangkah pergi membelakangiku, langkah nya terhenti dan menoleh kebelakang menatapku dari jauh.

" Setelah ini langsung tidur ya, jaga kesehatan mu. "

Sok perhatian !!! Umpat ku dalam hati.

" Hem, makasih " Jawab ku kemudian.

Sesampainya di kamar tidur, aku menghela nafas panjang berdiri di balik pintu kamar. Walau bagaimanapun, jujur aku juga senang malam ini bisa bertatap muka dan ngobrol banyak dengan Khery. Cinta monyet ku, ya meski hanya sekedar bahagia saja karena akhirnya aku memiliki teman di kota baru ini.

Kemudian ponsel ku bergetar, pesan singkat mendarat di layar ponsel ku. Nomor baru Khery yang belum sempat ku save tadi.

Good Nite, Fanny 🌹

Aku tersenyum membaca pesan singkatnya itu.

Dalam hati ku,

Good nite juga Khery. . . semoga tidur mu nyenyak.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!