" Pak sopir tolong berhenti disini pak, " pintaku pada sopir taxi.
" Jangan pak, lanjut. Antarkan kami ke taman xxx, " Seolah pak sopir hanya mau di kendalikan oleh lelaki yang kini bersamaku. Rasanya aku ingin melompat keluar dari taxi ini, siapa dia aku belum mengenalnya tapi sudah berani mengajakku pergi dengan nya.
Tak berapa lama kemudian taxi yang kami naiki berhenti di pinggir jalan tepat di sebuah taman yang terlihat di balik jendela. Lagi-lagi lelaki di sampingku ini menarik lengan ku keluar dari taxi.
" Lepasin tangan ku, " Ucap ku dengan cetus saat dia terus menarik lengan ku hingga memasuki taman yang di penuhi dengan anak-anak kecil bermain dengan riang gembira.
" Iya iya aku lepas nih, sekarang kau bebas. " Jawab nya melepas tangan ku.
" Bebas??? cih, " Ku palingkan wajah ku dari tatapannya pada ku.
" Ya bebas, kalau masih ingin menangis seperti tadi ku rasa ini tempat yang cocok. Kau bisa saingan dengan adik-adik kecil di taman ini. "
" Kau, kau memang manusia sok tau. Kau gila, kau tidak waras. " Jawab ku meneriakinya. Kini dia menatapku dengan lekat kemudian menertawaiku hingga terpingkal-pingkal.
Apa yang membuatnya tertawa begitu, pikirku dalam hati.
" Kau selalu mengataiku gila dan tidak waras. Coba lihat siapa yang lebih terlihat gila, jika menangis sambil berlarian seperti tadi. Hayo. . . "
Aku terdiam mendengar ucapannya kali ini, entah kenapa ku rasa ucapannya kali ini benar adanya. Mengingat tadi, sepertinya aku memang seperti orang gila. Untuk apa aku terus menangisi hal ini? Kevin sudah memilih yang terbaik, biarlah aku menikmati dulu kesendirian ku.
Kemudian aku berjalan mengelilingi taman, meninggalkan laki-laki menyebalkan tadi. Yang entah kemana kini, ku lihat sekeliling dia menghilang. Lalu ku coba untuk duduk santai di sebuah kursi ayunan, dengan termenung tatapan ku kosong mengarah ke tanah yang di tumbuhi oleh rerumputan hijau.
Hatiku kembali sesak. Terasa penuh beban yang tak kuasa ku tahan, rasanya aku ingin kembali berteriak sepuasnya mengingat ucapan tadi.
" Nih, " Sebuah es krim cone rasa strawberry vanilla mendarat tepat di hadapan wajah ku. Hanya tinggal sejengkal jari mengenai hidung, aku terkejut bukan main dan menengadah ingin tau siapa yang memberiku es krim tersebut.
" Hehe, ambil lah. Gratis kok, " Dengan tawa nyengir sok akrab, lagi dan lagi si cowok menyebalkan tadi hadir di depan ku. Kebetulan sekali, tiba-tiba aku sedikit haus. Aku meraihnya dengan ragu-ragu.
" Terimakasih, " Jawab ku singkat. Kemudian dia duduk di sebelah ku, seketika aku sedikit menjauh berpindah dari posisiku semula untuk tidak bersentuhan dengan nya.
" Sudah lega bukan? " Tanya nya dengan terus menjilati es krim cone di tangan nya.
" Sedikit, "
" Coba aja pandangi mereka adik-adik kecil yang sedang asyik bermain di depan sana. Mereka sangat lucu dan bahagia selalu seperti tidak ada beban, "
Seketika ku meliriknya diam-diam, melihat tatapannya yang begitu menikmati pemandangan di depan sana. Ternyata dia tampan saat sedang termenung begitu. Sepertinya dia sangat menyukai anak kecil, dia pasti typikal orang yang penyayang dan lembut.
Haish, apa yang aku pikirkan ini. Kenapa aku jadi memujinya? Dia itu menyebalkan. Sangat dan selalu ingin tau urusan seseorang.
" Tapi sepertinya memandangi wajah ku diam-diam lebih menyenangkan sih, " ucapnya lagi. Aku yang mendengar seketika terbatuk-batuk karena cairan es krim yang ku telan seolah nyangkut di leher.
" Hahaha, hanya saja selalu bikin terbatuk-batuk jika diam-diam memandangi wajah ku seperti itu. " Jawab nya dengan senyuman menatapku seolah dia meledek ku kali ini.
" Kau sungguh seperti anak kecil, kau terlalu percaya diri, selain tidak waras. "
" Yaa. . . baik lah, apa katamu saja. Yang lebih muda ngalah aja, ya kan kakak cantik? "
" Hey, kau. Berhenti memanggilku dengan sebutan kakak, aku punya nama. Dan aku juga gak tua-tua amat tau, hanya saja penampilan saat bekerja aku harus berpenampilan serapi mungkin lah. " Jawab ku mulai nyerocos tanpa jeda memuji diri sendiri seolah aku memang belum tua, usia ku ini.
" Hahaha, baik lah. Lalu ku harus memanggilmu apa? "
" Nama ku F A N N Y, ingat dan hafalkan dengan baik-baik. EF, A, EN, EN, YE, Paham??? Dan aku lahir tahun 1991, apa menurutmu aku sudah tua kau panggil kakak, seharusnya aku yang memanggilmu dengan sebutan kakak atau om sekalian. "
" Cih, selain cengeng kau juga crewet. Namaku Irgy, aku lahir tahun 1993. Apa kau percaya? "
Oh, jadi namanya Irgy? Eh tunggu sebentar, dia lahir tahun 1993? So what??? Hahaha, bagaimana dia bisa tumbuh besar sangat jauh dari usia kelahirannya itu, oh ya ampun. Apakah dia mengkonsumsi pupuk urea setiap hari? Hahaha, tanaman kali. Aku menertawainya dalam hati sembari mengerutkan kedua alisku memandangi tubuhnya dari atas hingga bawah.
" Masih gak percaya? Mau lihat kartu indentitasku sekalian? "
" Enggak, enggak. Gak perlu, hanya saja. Kau terlihat lebih dewasa di tubuh mu. Tapi pikiran mu terlihat lebih kekanakan, "
" Karena aku selalu berusaha tersenyum dan tertawa, bahkan aku tidak pernah menangis sekalipun kesedihan melanda ku. Aku tidak mau menyiksa diri ku sendiri, aku juga gak mau terlihat tua. Hahaha, "
" Kau, meledekku lagi ya? " Tanya ku dengan nada marah.
" Tidak, siapa juga yang mengataimu tua? kau. . . cantik dan manis Fan, meski sedikit judes dan galak sih. Hehe, " Ucap nya secara langsung di depan ku.
Aaakh, dia memang bocah menyebalkan. Pantas saja, sikapnya itu. Tapi, dia selalu ceplas ceplos di hadapan ku. Membuatny terlihat jujur, dan wajah polos nya dengan postur tubuh yang dewasa itu. . . jadi terlihat unik.
" Sudah berapa lama bekerja di butik itu? sepertinya kau baru disini, setiap kali aku mampir ke butik itu dari awal tidak pernah ku lihat kau yang duduk di kursi kasir. "
" Hem, ya. Aku baru bekerja di butik itu beberapa bulan yang lalu. Aku juga baru tinggal di kota ini, jadi aku belum begitu hafal jalanan di kota ini. " Jawab ku mulai bersikap ramah.
" Hmm. . . Mau gak, besok-besok temani aku makan atau jalan-jalan? " Tanya nya menatapku,
" Aku??? Ah, tidak janji. Ibu ku berpesan, jangan sembarangan percaya dan berteman dengan orang baru di kota besar ini. Jadi, aku. . . "
" Ya, baik lah. Kau boleh mengenalku lebih dekat lagi, maka dari itu aku mengajakmu makan atau sekedar jalan-jalan bersama. "
Aku hanya terdiam menatap wajah nya yang selalu tersenyum ceria pada ku.
" Ah, sebentar. Lalu pacarmu, Kevin? Wah, bisa habis di gebukin jika aku mengajakmu jalan esok hari. "
" Dia bukan pacar ku. Kita sudah lama putus, semenjak ayah ku meninggal. "
" Upz, maaf. Jadi kau, sudah tidak memiliki ayah? "
" Hemm, beberapa bulan yang lalu. Itu salah satu alasan aku pindah ke kota ini, sebelumnya aku tinggal di kota B. "
" Jadi kau tidak punya pacar nih? "
" Aku mau pulang, " Ucap ku mengalihkan pertanyaannya itu, sembari berdiri dan berjalan meninggalkannya di kursi ayunan tadi.
" Aku akan mengantarmu pulang, " Ucapnya yang kemudian mengejarku dari belakang.
" Tidak perlu, cukup turunkan aku di butik saja. Aku meninggalkan tas dan ponsel ku disana, "
" Cih, baik lah. Dasar pelit, " Aku terhenti mendengar ucapannya itu, kemudian melototinya lagi. Dia membalasnya dengan senyuman meledekku.
Dasar kau bocah !!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
Ita Puspita
keren banget Irgi so cute
2021-01-09
0
Etri Alwi
tampan nya anak orang,,
2020-11-23
0
Ervynandra Paka
irgy jodohx fanny
2020-09-19
0