Gila, ini rumah atau istana? aku semakin gugup untuk ikut masuk ke dalam. Sungguh aku tidak menyangka jika ini memang lah rumah Irgy, mengingat penampilannya yang selalu sederhana dan apa adanya. Meski ku tau sih, pakaian dan beberapa barang milik yang dipakainya terlihat bermerk dan branded. Tapi, dia bilang hanya pekerja biasa dan magang pula. Apa mungkin? Pikiranku mulai campur aduk.
" Ayo turun, " Ucap Irgy padaku,
" Gy, ini rumah mu? " Tanyaku padanya dengan ekspresi yang masih melongo melihat sekeliling.
" Bukan, tepatnya lagi rumah orang tua ku. Hehe, aku cuma numpang disini. "
" Sama aja, apaan sih? Kalau ini beneran rumah mu, aku mau pulang aja deh. Aku gak pantas kamu ajak kerumah semegah ini? "
" Hahahaa, oh ya ampun apaan coba? udah lah, santai aja. Orang tua ku baik, mereka tidak pilah pilih aku akan berteman dengan siapa. Lagipula, ini pertama kalinya aku membawa teman wanita ku kemari. Hargai dong, "
Pertama kali? apa aku tidak salah dengar? berarti aku??? Akh, aku jadi semakin takut.
" Ayo turun, " ucapnya lagi, mengejutkan ku dari keguncangan dalam hati.
" Ba, baiklah. " Jawab ku singkat.
Dengan langkah ragu aku mengikuti Irgy dari belakang, dengan wajah menunduk aku berjalan menatap langkah demi langkah kaki Irgy di hadapan ku. Tiba di dalam ruangan, sungguh aku hampir mati berdiri menyaksikan betapa rumah ini begitu mewah dan megah. Sangat luas, dan menakjubkan.
" Kak Irgy, waaah tumben nih pulang kerumah? " Sambutan manja dari seorang gadis berusia sekitar 17 tahun. Irgy mengacak-acak rambutnya ketika gadis tersebut merangkul lengannya. Aku ikut tersenyum menyaksikannya.
" Om Irgy, gendooong. " Sambut kemudian seorang anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun. Wah, sambutan mereka sungguh hangat dan manis sekali pada Irgy. Aku semakin yakin, pasti Irgy typikal laki-laki penyayang banget deh.
" Ira, mama papa ada kan? " Tanya Irgy kemudian.
" Ada, di halaman belakang dekat kolam. Seperti biasa, mereka sedang menikmati waktu senja. Eh siapa dia kak? " Tanya nya sembari menoleh ke arahku yang semulai tadi berdiri di belakang Irgy, aku terperanjat menyapanya dengan senyuman saja.
" Oh, ini teman kakak. Fanny, kenalan gih. "
" Hai, aku Ira. Adik kak Irgy, " Sapanya padaku dengan sedikit cetus. Membuatku semakin kikuk mendapati perlakuannya ini.
" Halo, aku Fanny. Senang bertemu denganmu, Ira. " Sambutku berusaha ramah dan tetap tenang. Meski dia cuek saja dengan keberadaan mu.
" Yaudah yuk, ke belakang. " Ucap Irgy lagi sembari menarik lengan ku. Aku mencoba melepaskan cengkramannya, ini tidak baik jika dilihat oleh orang tua nya nanti. Pikir ku,
Dan, kembali aku di buat terperangah dengan luasnya seluruh ruangan ini. Hendak pergi ke halaman belakang saja jauhnya sudah tak terkira, hingga akhirnya sampai di halaman belakang. Yang dimana ada sebuah kolam besar di tengah nya, dan di sudut sana ada sebuah meja dan kursi santai tertata di atas rerumputan hijau yang dari arah depan tampak terlihat jelas matahari menjelang terbenam. Desain yang sangat super ini rumah ya, hebat. Kembali aku takjub tanpa henti dalam hati.
Dan ku lihat kedua orang tua Irgy yang sedang duduk santai disana dengan dua cangkir berwarna putih tersedia di atas meja dan beberapa cemilan di sampingnya. Ku tarik nafas dalam-dalam dengan terus mengikuti Irgy menghampiri mereka.
" Ma, pa. . . " Sapa Irgy memanggil mereka. Yang kemudian mereka menoleh seketika dengan senyuman ramah dan bahagia menyambut kedatangan Irgy.
" Haaaai, anak tampan mama. Uh sini peluk dulu, " Sambut mama Irgy dengan hangat memeluk Irgy bergantian dengan papa nya kemudian. Pemandangan ini membuatku ikut tersenyum bahagia, sepertinya Irgy sangat di sayang dalam keluarganya. Pantas saja, dia kan masih bocah. Hehe,
" Ma, pa, maaf Irgy dadakan pulang kerumah. Karena, " ucapan Irgy terhenti lalu menoleh ke arah ku. Aku yang semulai tadi diam saja, mencoba mengerti yang dia inginkan.
" Halo om, tante. Saya, Fanny. Teman Irgy, " Sapa ku dengan tangan yang mulai keluar keringat dingin entah sejak kapan, meraih tangan mereka untuk berjabat tangan dengan ramah bergantian.
" Oh, jadi ini yang namanya Fanny. Cantik, manis, dewasa pula. " Sambut mama Irgy memberikan senyuman hangat pada ku.
" Irgy, kenapa tidak bilang sebelumnya jika mau membawanya kemari sore ini? Jika saja tau dari awal kami akan mempersiapkan sesuatu untuk menyambutnya. " ucap papa Irgy kemudian. Aku kebingungan dan heran akan ucapannya itu, sambutan apa yang di maksudnya? haha emang ini apaan?
" Ayo duduk, " Ucap mama Irgy kemudian.
" Fanny, bagaimana Irgy anak tante menurut mu? "
Dorrr !!!
Haha, pertanyaan apa ini? aku baru saja sampai dan pertama kali berkunjung kemari bukan? kenapa langsung di beri pertanyaan yang mematikan begitu??? Come on, jangan membuatku ketakutan Irgy. Kau pasti sudah sekongkol dengan mereka orang tuamu, untuk mengerjaiku. Iya kan??? Aku menggerutu dalam hati sejenak.
" Ah, eh. . . Irgy? maksud tante? Ehm, maaf tante Fanny tidak mengerti yang tante maksud barusan. "
" Hahaha mama, sabar dong. Biarkan Fanny duduk santai dulu dengan Irgy. Kasihan dia, tuh wajahnya mulai berkeringat Ma. " Canda papa Irgy menggodaku,
Entah sepucat apa wajahku saat ini, aku merasa kepala ku pening dan terus saja berkeringat dingin. Hatiku terus bertanya-tanya. Kenapa mama dan papa nya Irgy seolah sudah sangat mengenal ku? Mungkin kah Irgy telah lebih dulu menceritakan ku pada orang tuanya?
" Hey, santai saja. Mau ku tuangkan minum??? Wajahmu sangat pucat, hahaha. " Ucap Irgy menyenggol lengan ku. Rasanya ingin ku injak kakinya itu, dia duduk di sampingku seolah sengaja ingin terus menggodaku.
" Irgy, berhenti menggoda Fanny terus. " Ucap mama Irgy kemudian.
" Fanny, anak tante ini memang sangat jahil. Tapi dia terkenal tidak banyak bicara dikeluarga kami, tapi sekali mengenal dia mungkin dia sangat jahil sekali bukan? " Ucapnya lagi dengan menatapku.
" Eh, aah. . . tidak kok tante, Irgy baik. Dia juga lugu sebenarnya, jahilnya itu memang sering kekanakan karena memang dia masih terbilang sangat muda bukan? "
" Justru karena itu, tante dan om yang memintanya paksa untuk segera membawamu bertemu kami dirumah ini. Kami ingin mengenalmu lebih dekat, dan ternyata kau memang seperti yang Irgy selalu ceritakan pada kami di telepon. "
Feeling ku memang selalu tepat kali ini.
" Bercerita tentang Fanny??? Eh tunggu sebentar, memangnya Irgy tinggal dimana selama ini tante? dan kalau boleh tau dia bekerja dimana? karena kebetulan kami sering bertemu dan makan siang di kantin yang sama, dan sepertinya rumah ini cukup jauh dari kantin tempat kami biasa makan siang. "
Hmm. . . kali ini aku akan mengetahui jati dirimu sebenatnya Irgy. Siapa kau sebenarnya, dan dimana kau bekerja. Aku hanya penasaran saja, ketidak sengajaan waktu makan siang saat itu. Bertemu dengan beberapa orang yang menyapa mu dengan panggilan pak terus terngiang-ngiang di telingaku.
" Ehhem, uhuk-uhuk. Ma, tuangkan Irgy teh itu. " Tiba-tiba Irgy terbatuk-batuk seolah di sengaja untuk mengalihkan, ku lirik diam-diam dia seperti memberikan sebuah isyarat pada mama dan papa nya. Yang kemudian di tanggapi anggukan oleh papa nya, wah sepertinya mereka sudah bersekongkol.
" Nak Fanny, apakah penting bagimu mengetahui pekerjaan Irgy? Jika dia hanya seorang pekerja biasa maukah kau menerimanya sebagai suami? "
So what??? suami? aku? menikah dengan Irgy? hahaha lelucon apa ini? Tuhan, pliss. . . Jangan bercanda kali ini. Apa kau sedang ingin bermain, sehingga memberiku kondisi konyol yang mencekik seperti ini?
" Kenapa Fanny, apa kau menolak Irgy untuk kau jadikan suami? "
Oh my God, tolong aku. . .
" Gy, maksud mereka apa ini? aku tidak paham. " Aku menoleh pada Irgy yang semulai tadi hanya tersenyum sesekali melihat ke arah ku. Aku bertanya dengan tenggorokan yang rasanya mulai tercekik, antara ingin tertawa dan menahan nya.
" Hmm, apa yang bisa ku jawab? semua sudah di jelaskan lebih dulu oleh mereka. " Jawab nya dengan serius.
" Gy. . . aku, "
" Maafkan kami nak Fanny, kami tidak ada maksud membuatmu terkejut dan kikuk begitu. Tapi kami ingin sekali menjadikan mu menantu, dan menerima Irgy sebagai suamimu. Kami memang baru pertama kali bertemu dengan mu, tapi melihat dan mendengar nada bicaramu yang santai dengan sikap santunmu pada kami, kami yakin Irgy tidak akan salah pilih dalam hal ini. "
" Ta, tapi tante Fanny baru mengenal Irgy beberapa bulan yang lalu. Dan kami hanya berteman, tidak ada ikatan pacaran tante. Lalu bagaimana bisa kita akan menikah? "
" Jujur kami sangat terkejut dan heran sebelumnya, ketika anak om mengatakan ingin segera menikah dengan seorang wanita yang baru dia kenal. Karena dia selama ini terlalu fokus bekerja, belum pernah memiliki seorang kekasih apalagi mengenalkan trman wanitanya pada kami. Selama kalian saling mengenal, selama itu pula Irgy selalu bercerita tentang mu. Kami sudah tau semua tentang mu Fanny, dan semalam sepulang dari apartemen mu dia langsung menuju kemari kemudian memantapkan hati kepada kami untuk segera menikahimu. "
Tuhan, ingin rasanya aku pingsan. Tak kuasa menahan segala debaran, segala keterkejutan ku, segala ketidak mungkinan ini, dan segala hal yang serba mendadak bagiku ini.
Irgy, kali ini kau sungguh berhasil mengerjai bathin ku bocah. . . !!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
Saujanar Renjana 88
Meski sikapnya kekanak-kanakan, Irgi kaulah sosok yang Fanny butuhkan. Terima kasih sudah hadir dalam kehidupan Fanny.
2024-12-18
0
By_me
uwaaaaaa terima aja fan. biar pada nyesel smua tuh mantan"mu
2020-07-30
0
Rohayah Misah
terimalah fanny mungkn dialah jodohmu
2020-07-18
3