Hari berganti hari sudah berlalu begitu cepat, aku sudah menempati apartemen baru ku. Ah rasanya lebih betah di ruangan ini, dari jendela ini aku bisa melihat seluruh kota dari ketinggian.
Sesuai yang selalu aku impikan sebelumnya. Ketika malam, aku selalu ingin bisa memandangi dunia dari ketinggian. Berkat kak Rendy, aku bisa menyewa apartemen ini. Dan uang yang selalu Kevin kirimkan, aku masih enggan menggunakannya. Apapun alasannya, karena aku takut jika suatu hari dia akan pamrih. Itu akan menyakitkan bukan???
Hiruk pikuk di kota ini, terkadang membuatku jengah ingin kembali ke kota kelahiran ku. Sembari memainkan ponsel, ku nikmati makan siang ku yang sudah menemaiku di jam istrahat sedaritadi. Kembali aku di kejutkan oleh nomor baru tak di kenal, yang entah itu siapa.
"" Halo. . .
Jawab ku sedikit cetus. Namun tak ada jawaban menanggapi sahutan ku. Setelah aku mengucap kata sapaan berulang kali, terdengar suara yang membuatku sedikit terhentak.
Fanny, aku akan ke indonesia.
Degh !!!
Kevin,
Fanny, kenapa kau diam? Ini aku Kevin, mau kah kau bertemu lagi dengan ku?
Hatiku bergetar hebat. Seolah darahku mengalir sangat deras mendengar suara Kevin akan ke indonesia kali ini. Sehingga membuat mulutku bagai terkunci, tenggorokan ku kering. Padahal sedaritadi aku selalu menyeruput jus jeruk di hadapan ku.
**Fanny, jawab !!! Jangan diam begitu. Aku sangat merindukan mu, Fanny.
Vin, maaf. Sebaiknya kita jangan pernah bertemu lagi, aku tidak ingin kembali mengorek luka lama.
Plisss. . . Aku tidak tau setelah ini apakah aku masih bisa bertemu dengan mu kembali atau tidak. Tapi ku mohon beri aku kesempatan bertemu dengan mu.
Apa kali ini kau berubah menjadi seorang yang pemaksa Vin?
Maksud ku, aku hanya. . . aku hanya ingin bertemu dengan mu. Kali ini saja, aku mohon. Jangan menghukum ku lebih dari ini lagi Fanny**.
Hatiku sakit mendengarnya memohon seperti itu, ketika terdengar sayup suara isakan tangisnya. Tapi kenapa Tuhan, kenapa kau biarkan aku mendengar kembali suara nya beserta isakan tangisnya.
**Vin, aku. . . aku sudah pindah dari kota kelahiran ku. Dan mungkin kau akan semakin jauh jika ingin bertemu dengan ku. Jangan membuatmu letih dan memaksakan diri.
Aku akan tetap mencari untuk menemuimu dimana pun kamu tinggal kali ini. Jangan memberiku alasan konyol, berikan aku kesempatan sekali lagi untuk menemuimu.
Baik lah, kau boleh menemuiku. Aku akan mengirimkan alamat tinggalku yang baru melalui pesan singkat nantinya**.
Seketika aku mematikan panggilan telepon darinya, ku hempaskan helaan nafasku begitu saja. Sejenak ku pijit-pijit batang hidung ku dengan memejamkan mata.
Kenapa aku selalu saja terjebak oleh lingkaran masa laku yang sudah ku anggap usai, yang sudah lama ku lupakan. Entah apa lagi yang kali ini akan di lakukan oleh Kevin, aku sampai lupa menanyakan alasan nya datang kembali ke indonesia.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Seakan malam begitu cepat berlalu dan berganti waktu pagi. Rasanya enggan untuk kembali beraktifitas pagi ini, mengingat akan pesan singkat yang Kevin kirimkan untuk ku. Bahwa tepat hari ini dia akan menemuiku di sebuah Kafe terdekat tempat ku bekerja.
Walau dia memaksa untuk bertemu dengan ibu, dengan keras aku menolaknya. Kali ini aku tidak ingin lagi melibatkan ibu akan dunia percintaan ku. Beliau sudah cukup terpukul dan kecewa dengan beberapa orang yang selama ini beliau anggap orang yang mampu membuatku bahagia dengan sebuah ikatan pernikahan.
Sesampainya di butik, aku gelisah dengan bolak balik melihat layar ponsel ku. Sesekali ku lirik jam di dinding ruangan, hingga tangan ini sudah berkeringat dingin semulai tadi.
Drrrt. . . Drrrrt. . .
Ponsel ku bergetar, dengan cepat aku menerima sebuah panggilan telepon di layar ponsel ku.
"" **Fanny, aku sudah di indonesia. Aku akan langsung menuju kota X untuk menemuimu.
Baiklah**.
Jawab ku singkat, lalu mematikan panggilan telepon dari Kevin. Jujur, aku semakin gugup saja. Entah bagaimana nantinya aku akan bersikap di depannya, sementara hati ini masih menyimpan rindu dan luka darinya.
Tiba waktu makan siang aku langsung menuju kafe yang sudah ku jadikan tempat untuk bertemu dengan Kevin. Dengan tergesa-gesa aku belarian menuju sebuah Kafe terdekat, lebih baik aku yang menunggu lebih dulu agar bisa menyiapkan mentalku kembali bertemu Kevin. Dan di simpang perjalanan,
Bugh !!!
Aw, hidungku. Sakit sekali ku rasa, ketika ku sadari telah bertabrakan dengan seseorang. Aku menengadah melihatnya untuk meminta maaf, walau sebenarnya aku ingin marah.
" Maaf, aku sangat terburu-buru. " Ucap ku sembari memijit-mijit hidung ku.
" Hidung mu baik-baik saja??? " jawab nya.
Oh astaga, lagi-lagi cowok menyebalkan ini. Kenapa akhir-akhir ini selalu sial setiap bertemu dengan nya.
" Aku. . . aku baik-baik saja, maaf aku buru-buru. " Jawab ku cetus kemudian melewatinya.
" Siapa yang akan kau temui sampai gusar begitu? " Tanya nya tiba-tiba menghentikan langkah ku.
" Kenapa kau selalu saja ingin ikut campur dengan urusan orang lain, urusi saja kehidupan mu sendiri. Dan jalan yang benar jangan main tubruk sembarangan, " Jawab ku dengan kesal.
" Kau yang menabrak ku lebih dulu, kenapa kau yang marah kakak cantik ? "
" Hey, sembarangan panggil kakak. Kamu pikir aku lebih tua darimu? Aaakh sudah lah, kau menghambat urusanku saja. " Jawab ku kemudian dengan marah melewatinya dan kembali melangkah tergesa-gesa.
Ntah apa yang dipikirkannya kali ini, aku tidak peduli. Hanya saja, apa aku terlihat lebih tua darinya? Sehingga dengan gampang nya dia memanggilku kakak, apa penampilan ku pantas di panggil kakak oleh nya? Dia bisa saja memanggilku dengan sebutan gadis atau wanita atau kau atau kamu juga boleh saja.
Cih. . . cowok nyebelin, sopan santun nol. Huh !!!
Sembari terus menggerutu aku sampai di kafe yang sudah ku janjikan dengan Kevin. Melihat sekeliling lumayan sepi, aku tidak salah memilih ini tempat. Aku sedang tidak ingin berada di keramaian hari ini, mood ku berubah semakin rusak gara-gara cowok tadi.
Aaaaarght. . . sial banget sih, dari awal kami bertemu tanpa sengaja dia sudah membuatku kesal.
" Fanny, " Panggil seseroang dari belakang ketika aku melihat sekeliling mencari tempat duduk yang pas dan tidak terlalu mencolok.
Seketika aku menoleh ke belakang dengan hati yang mulai berdebar-debar. Aku baru saja menahan kekesalan ku gara-gara cowok tadi, tapi sekarang aku kembali gusar.
" Ini memang kau, " Jawab sosok lelaki yang selama ini ingin ku lupakan tanpa sisa sedikitpun kenangan bersamanya.
" Kau. . . kau sudah sampai? " Tanya ku gugup.
" Ayo lah, kenapa kau gugup begitu. Hahaha kau masih saja menggemaskan Fanny, " Jawab nya dengan gelak tawa.
" Apa kau ingin menemuiku hanya untuk meledekku seperti ini? "
" Apa ini cara mu menyambut kedatangan ku? " Tanya nya balik. Membuat ku terdiam menatap nya.
Hah, dia sungguh Kevin. Sosok lelaki yang sama sekali tidak terpikirkan akan menyakitiku dengan cara yang sangat halus, meninggalkan ku begitu saja ketika aku masih berduka karena kehilangan ayah ku bahkan kini, dia kembali datang dengan senyuman nya yang seolah tidak pernah membuatku terluka.
" Kita duduk? " Tanya nya kemudian.
" 15 menit, aku memberimu waktu 15 menit untuk menyampaikan sesuatu yang memang ingin kau sampaikan, " Jawab ku dengan berbalik membelakanginya menuju meja kosong di depan ku.
" Kau masih saja bisa membaca pikiran ku, Fanny. " Jawab nya dengan tersenyum menatapku duduk tepat di hadapan ku.
" Apa kabar mu? "
" Seperti yang kau lihat, "
" Lalu tante? "
" Sangat baik, "
" Aku sangat ingin bertemu beliau, tapi kau melarang nya. " Jawab nya kemudian, aku terdiam tanpa kata lagi mengalihkan pandangan ku berkeliling melihat suasana Kafe disini.
" Fanny, aku. . . merindukan mu, "
Degh !!!
Mendengarnya berkata demikian, ku tatap wajahnya dengan tajam.
" Kau lupa dengan perjanjian kita semalam? Aku tidak ingin mendengar kata itu lagi terucap langsung di hadapan ku. "
" Tapi aku masih mencintaimu Fanny, kau pikir selama ini aku tidak memikirkan mu? Hatiku sakit, kenapa selalu saja aku yang merasakan sakit ini? "
" Kau pikir aku selama ini baik-baik saja hah? Kau pikir aku tidak hancur ketika kau memilih pergi dariku, sementara aku? Aku masih sangat mencintaimu Kevin, aku masih sangat membutuhkan mu berada disisiku, tidak bisakah kau menungguku sedikit lebih lama lagi sampai keadaan normal kembali? "
" Maafkan aku Fanny, aku pikir hanya dengan berada jauh darimu kau akan merasa nyaman tanpa beban dan tekanan ku yang selalu mengajak mu segera menikah dengan ku. "
" Kau bodoh Kevin, kau hanya perlu waktu sebentar lagi untuk tetap menggenggam erat tangan ku saat itu. Tapi kau. . . Kau pergi begitu saja, "
Hah, lucu sekali. Kini aku harus kembali menangis di hadapan sosok lelaki yang sudah mencampakkan ku saat itu, meski dari semalam aku sudah menyiapkan diri dan hatiku untuk tidak lagi menjatuhkan air mata serta menunjukkan betapa aku selalu lemah soal perihal hati.
Kemudian Kevin menyeka air mata ku yang mengalir dengan deras, aku menepis tangan nya dengan sedikit kasar. Meski jujur, aku ingin dia memeluk ku seperti dulu. Yang selalu dia lakukan disaat aku menangis.
" Kau tau, melihatmu menangis begitu adalah hal yang tidak pernah ingin aku lihat. "
" Lalu untuk apa lagi kau menemuiku Kevin? " Tanya ku kemudian.
" Aku, aku akan bertunangan dengan violet. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 320 Episodes
Comments
Saujanar Renjana 88
Dia harus mempertanggungjawabkan sesuatu yang bukan menjadi tanggungjawabnya. Fany andai kau tahu, Kevin sama terlukanya denganmu.
2024-12-18
0
Heny Ekawati
sama brengsekx dg ammar mau tunangan ma orang lain masih mau ketemu mantan bangke lo vin
2021-07-27
0
Gina Savitri
Baguslah klo kevin akhirnya sama violet bukan sama nayla pelakor 😬
2021-07-17
0