Pada sore hari Reza sudah kembali ke apartemen.
Reza memasuki kamarnya dan segera ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah selesai dengan aktifitas mandi dan ganti baju, Reza sempat tertegun melihat Via sedang melaksanakan sholat magribnya.
Batinnya berkata;
"Sungguh pemandangan yang indah dan menenangkan.
YA ALLAH,,,betapa solehanya istriku ini.
Terimakasih YA ROBB telah mengirimkan bidadari surga untuk diriku yang hina ini."
Reza merasa minder ketika melihat istrinya begitu rajin dan khusuk saat beribadah berbanding terbalik dengan dirinya yang masih bolong-bolong melaksanakan sholat, ini menjadi teguran yang sangat telak untuk Reza.
Sambil menunggu Via selesai sholat, Reza memeriksa segala keperluan untuk Via.
Namun Reza melihat Via tidak membawa ATM dan kartu kredit yang sudah Reza berikan padanya semenjak mereka menikah.
Reza juga mengingat kembali, jika selama ini Via jarang sekali melakukan transaksi/pengambilan uang tunai dari dua kartu sakti yang sudah ia berikan itu.
Pertama dan terakhir Via menggunakannya, sewaktu Via di paksa belanja oleh ibunya.
Dalam hati Reza bergeming.
"Mengapa dia tidak mau menggunakannya?
Apa dia takut aku marah?
Bukankah itu hak dia?
Atau dia lebih suka uang cash?"
Kemudian Reza diam-diam menyelipkan dua kartu sakti itu di dalam dompet Via lalu memasukan kembali dompet Via kedalam tasnya.
Ketika Via sudah selesai Reza memanggilnya kemudian Via menghampiri Reza.
Reza memberikan sejumlah uang cash didalam amplop coklat kepada Via.
"Untuk keperluan mu disana!"
Jelas Reza.
Via tidak mau menerimanya.
"Tidak perlu mas, aku masih punya uang kok lagian kan disana juga ada bapak, masa iya aku tidak di kasih makan."
Jawab Via dengan ketus.
Lalu Reza menarik tangan Via dan memaksa Via untuk menerimanya dan berkata;
"Aku ini suamimu, jadi kamu adalah tanggung jawabku, bukan lagi tanggung jawab orangtuamu!"
Tegas Reza sambil menggenggamkan Amplop ke tangan Via.
Mendengar perkataan Reza, Via tak berani menjawab dan terpaksa menerima amplop itu.
Via juga berpikir bahwa apa yang dikatakan Reza ada benarnya.
Setelah itu mereka keluar kamar membawa barang-barang bawaannya lalu meninggalkan apartemen menuju bandara.
Perjalanan pulang kerumah orang tua Via tidak terlalu memakan waktu lama, karena di tempuh lewat jalur udara sehingga cepat sampai tujuan.
Pada pukul 23.00 malam Via tiba di kampung halamannya dan ia langsung memeluk Ibu, Bapak dan kedua adiknya.
Terlihat jelas di mata mereka tersimpan kerinduan yang mendalam.
Reza dan Bi Saroh turut bahagia melihat Via bahagia.
Setelah melepas rindu mereka semua makan malam karena sepanjang perjalanan Via tidak mau jika di ajak istirahat sebentar untuk makan, sehingga Reza dan Bi Saroh juga jadi ikut tidak makan selama perjalanan membuat mereka kelaparan sehingga makan dengan porsi yang cukup banyak.
Setelah makan mereka berbincang-bincang sejenak, lalu beristirahat karena malam semakin larut terlebih Reza seharian sudah sibuk bekerja tanpa ada waktu untuk istirahat.
Namun Via kali ini memohon kepada Reza untuk tidur dengan ibunya.
"Mas, bolehkah aku tidur dengan Ibu malam ini?"
Tanya Via pada Reza memelas.
Melihat raut wajah istrinya memelas, Reza akhirnya tak tega dan mengijinkannya.
"Baiklah!"
Dengan tersenyum dan mengusap ubun-ubun Via dengan lembut lalu mereka berpisah menuju kamar masing-masing.
Dikamar ibunya Via yang sudah tak tahan ingin bercerita tentang apa yang ia alami selama ini, akhirnya malam itu tercurah semuanya.
Mendengar cerita putri satu-satunya itu, sang ibu hanya bisa menangis pilu dan memeluk erat putrinya.
Sedangkan sang ayah yang terlihat cukup kuat tapi sesungguhnya batinnya menangis darah dengan keadaan putri kesayangannya.
Sedangkan Reza masih belum bisa tidur mencoba melihat-lihat isi kamar Via.
Reza melihat foto-foto masa kecil Via hingga remaja yang tersusun rapih menempel didinding kamar.
Lalu Reza sedikit membuka dan melihat lemari kecil dekat meja rias Via, dan ternyata isinya semua tentang Sekolah Via dulu.
Disana Reza menemukan tulisan-tulisan hasil karya Via.
"Ternyata selain sholeha, pintar masak, istriku juga cerdas, buktinya nilai-nilai dia bagus-bagus dan dia selalu jadi juara kelas.
Apalagi hasil karya tulis dia ini, sepertinya dia memang pandai dalam menerjemahkan sesuatu kedalam sebuah karya tulis.
Pantas saja sampai saat ini dia masih suka menulis novel, ternyata bakat dia dari dulu.
Sangat membanggakan."
Gumam Reza sambil tersenyum bangga.
Dan tiba-tiba Reza melihat satu buku yang berisi kata-kata mutiara dan kata-kata bijak.
Dibukalah satu persatu lembar buku itu sembari membacanya.
Reza berhenti di lembar yang tertulis kata-kata tentang cinta, lalu Reza membacanya perlahan;
...CINTA...
SEJATINYA BUKAN SIAPA YANG DATANG PERTAMA, KEDUA DAN KETIGA, AKAN TETAPI DIA YANG DATANG MEMBAWA KETULUSAN.
TULUS MEMBERI RASA NYAMAN,
DAN TULUS MENERIMA KEPERCAYAAN.
HINGGA PADA AKHIRNYA CINTA ITU AKAN SALING MENGUATKAN.
"Tulus, nyaman, percaya dan kuat.
Baiklah!"
Gumamnya seraya mengangguk-anggukan kepalanya.
Setelah selesai membaca buku itu ia segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang karena Reza sudah sangat lelah dan mengantuk.
Pagi hari seluruh anggota sudah bangun dari tidurnya dengan aktifitas masing-masing.
Ibu, Via dan Bi Saroh sedang menyiapkan sarapan.
Tak berapa lama setelah makanan siap dan Via hendak membangunkan Reza, tiba-tiba Reza sudah keluar dari kamarnya.
Disambut oleh Bapak.
"Wah, sudah bangun, bagaimana nak tidurmu malam ini?
Maaf ya rumahnya tak sebesar dan senyaman rumahmu."
Reza menyambutnya dengan senyuman dan berkata;
"Alhamdulillah nyenyak pak tidurnya dan sangat nyaman sekali.
Sungguh!"
Pungkas Reza meyakinkan bapak mertuanya.
Mendengar penjelasan menantunya sang bapak pun lega dan mengajak Reza untuk menuju meja makan dan makan.
"Alhamdulillah kalau begitu, mari kita sarapan dulu!"
Reza mengangguk dan berjalan menuju meja makan dan mereka sarapan bersama.
Setelah sarapan mereka kembali pada aktifitas masing-masing.
Reza dan Bapak menghabiskan waktunya untuk sekedar berkeliling disekitar rumah.
Bapak menunjukan beberapa usaha ternak kambing dan sapi yang ada di belakang rumah.
Bapak juga menunjukkan sawah dan kebun yang di kelola Bapak kepada Reza.
Dalam sela-sela perbincangannya, Bapak juga tak lupa mengungkapkan terimakasihnya kepda Reza karena sudah banyak membantu ekonomi keluarganya.
Sambil menepuk bahu Reza bapak Via berkata;
"Terimakasih banyak ya nak Reza, berkat bantuan nak reza dan nak Bela membuat kehidupan kami menjadi lebih baik bahkan sangat baik sekali.
Terimakasih ya nak."
Mendengar ucapan bapak mertuanya hati Reza menjadi tidak enak.
"Sudahlah pak jangan berlebihan,saya malah jadi tidak enak hati terhadap Bapak dan keluarga karena kami sudah merepotkan Bapak, tidak apa-apa, itu semua kan hak Via.
Mohon doanya, semoga dilancarkan terus rejeki kami begitupun Bapak."
Terang Reza pada bapak mertuanya.
Tak terasa hari sudah mulai siang dan mereka memutuskan untuk pulang kerumah.
Sesampainya di rumah Reza segera membersihkan tubuhnya dan bersiap-siap karena sore hari ia sudah harus terbang ke Jakarta, sebab jadwal kerjanya begitu padat dan sudah menantinya disana.
Di kamarnya, Via menyiapkan barang bawaan Reza karena tidak banyak barang bawaan Reza jadi tidak memakan waktu lama.
Setelah rapih, Reza mendekati Via lalu memeluk Via dari belakang.
Via kaget dengan pelukan Reza sesaat ingin memberontak tapi ia takut.
Lalu Reza membalikan badan Via sehingga mereka saling menatap.
Reza menatap dalam kedua bola mata istrinya itu dan terlihat jelas masih ada guratan ketakutan dan kesedihan disana.
Dengan menangkup kedua tangannya di kedua pipi Via, Reza berkata;
"Maafkan aku, maafkan aku istriku.
Jika kau ingin, hukumlah aku, akan aku terima dengan ikhlas.
Tapi aku mohon beri aku kesempatan untuk mengobati rasa sakit mu, aku mohon ijinkan aku membayar lukamu itu."
Mata yang saling menatap tajam dan berkaca-kaca.
"Tinggalah disini sementara sampai kau benar-benar siap bertemu denganku lagi.
Jika kau sudah siap, aku akan datang untuk menjemputmu pulang kerumah kita, kita mulai dari awal lagi ya?"
Via masih diam seribu bahasa lalu Reza memeluknya erat dan mengecup kening Via.
Setelah itu mereka keluar kamar dan Reza berpamitan kepada seluruh anggota keluarga kemudian Reza meninggalkan rumah mertuanya kembali ke Jakarta.
bersambung,,.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
radhin safitri
pecah😭😭😭😭😭
2022-12-29
1
Risa Textile
,dadaku terasa nyesek
2020-11-09
0
Susanti
banyak bnget iklan ya
2020-08-19
0