Pukul 15.00 WIB, Via baru keluar dari sebuah supermarket.
Bukan habis berbelanja, melainkan memang dia bekerja di salah satu supermarket ternama di ibukota.
Dia segera bergegas menunggangi motornya menyusuri jalan menuju kontrakannya, namun dia tidak kembali ke kontrakannya. Dia harus menuju kesebuah ruko tepatnya, tempat laundry untuk mengambil kerja part time.
Via beruntung sang pemilik kontrakan yang ia tempati juga memiliki usaha laundry dan mengijinkan Via bekerja part time ditempat laundry tersebut.
Ditempat laundry, Via segera menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya hingga pukul 22.00 WIB.
Setelah selesai dengan pekerjaannya di tempat laundry, Via segera pulang ke kontrakan.
Baru saja Via duduk dan nyelonjorkan kaki sambil memijat-mijat kakinya, karena hari-hari yang ia lewati begitu melelahkan tiba-tiba telepon berdering.
Dilihatlah ponselnya.
Dengan senang hati dan seperti mendapat tambahan mood booster, karena yang meneleponnya adalah ibunya dikampung.
Segeralah dia menjawab telepon ibunya.
"Halo, Assalamualaikum!"
Belum sampai di jawab oleh ibunya, Via sudah melanjutkan bicaranya.
"Bagaimana dengan kabar ibu dan yang lainya di sana Bu?"
Lalu ibunya menjawab.
"Wa'alaikumsallam nak.
Kami dalam keadaan baik-baik semua."
Via menyahutnya dengan tersenyum bahagia karena mendengar keluarganya baik-baik saja.
"Alhamdulillah."
Tak berselang lama ibunya berbicara lirih penuh kebingungan.
"Via maafkan ibu sebelumnya, soal uang yang buat bayar hutang bagaimana Vi?
Apa kamu sekarang sudah ada uang untuk menyicilnya?
Karena sekarang Pak Bambang sudah ada di rumah kita untuk menagih.
Pak Bambang sedang mendapat musibah, anaknya terlibat dengan urusan narkoba dan sekarang tertangkap polisi, jadi beliau butuh uang banyak untuk mengurus kasus anaknya."
Seketika Via seperti berhenti bernafas, baru saja Via berfikir untuk mecari jalan keluar, tapi malah bukan 1 atau 2 bulan lagi tapi harus secepatnya.
Via mulai gusar tapi dia juga tidak mungkin memberi jawaban tak pasti, karena orang tuanya pasti akan tambah bingung.
Pada siapa lagi orang tua Via meminta tolong kalau bukan pada Via, sedangkan adik-adik Via sedang masa kuliah, belum mempunyai penghasilan.
Tanpa berfikir panjang Via langsung berkata pada ibunya.
"Baik bu!
Katakan kepada Pak Bambang, akan segera Via lunasi beberapa hari ini, Via janji bu.
Ibu dan Bapak tenang saja jangan lagi pusing dan khawatir soal hutang ini lagi, Insyaallah akan segera via lunasi, ok!"
Diujung telepon juga ibunya bingung dengan perkataan Via.
Dalam batin ibunya.
Kok Via semudah itu berjanji?
Sepertiny dia yakin sudah mempunyai uangnya, darimana uang sebanyak itu?
Apa...?"
Belum selesai ibunya mencoba menerka-nerka apa yang dilakukan anaknya, Via segera menyudahi teleponnya.
"Sudah dulu ya Bu,nanti aku kabari lagi kalau sudah ku kirim uangnya."
Via langsung menutup teleponnya dan menangis.
Dalam tangisan perihnya ia kembali teringat tawaran Bela beberapa hari yang lalu dan Via bergeming.
"YA ALLAH, apa ini jawabannya?"
Via tidak punya waktu lama untuk berfikir lagi dia harus segera memutuskan pilihannya terhadap tawaran Bela meski ini di luar nalarnya.
Segera dia mecari kartu nama Bela yang kemarin ia masukan ke dalam tasnya.
"Mana dia?
Mana!"
Sambil mengobrak abrik isi tasnya dan akhirnya ia mendapatkan kartu nama itu.
Segeralah Via menghubungi Bela.
Baru saja tersambung, Bela tersenyum bahagia ketika Bela melihat yang menghubunginya adalah Via.
Karena sudah sejak kemarin-kemarin Bela menunggu telepon dari Via.
Segeralah Bela menjawab telepon itu tanpa basa basi, karena Bela yakin Via pasti akan menyetujui penawarannya kemarin.
Bela langsung berkata.
"Hai via, kirimlah nomor rekening yang bisa langsung aku transfer!
Akan aku bereskan semua yang sedang kamu butuhkan."
diujung telepon Via yang tadinya bingung mau memulai pembicaraan darimana, langsung terkejut dengan ucapan Bela.
Tanpa berfikir panjang Via pun menjawab perkataan Bela tadi.
"Emm...baik akan aku kirimkan padamu."
Lanjut Bela.
"Besok pagi pukul 09.00 WIB, datanglah ke kantorku!
Akan aku bereskan semua urusanmu dan kamu persiapkan dirimu untuk membereskan urusanku, ok!"
Telepon langsung terputus dari Bela.
di tempatnya Bela menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya secara perlahan. Menandakan ia merasa lega, karena sesuatu besar akan segera terselesaikan.
Ditempat lain Via yang sedang kacau sekacau-kacaunya, dia hanya bisa menangis.
Entah tangis apa ini, tangis lega karena masalah orang tuanya akan segera berakhir atau tangis sesak karena dirinya pun sesungguhnya tak rela harus terkesan menjual diri demi uang.
Dalam keadaan yang kacau, ia putuskan untuk membersihkan diri lalu bersujud kepada yang Maha Kuasa.
Ia mencurahkan segalanya pada sang pemiliki jiwa dan raganya.
Lantunan ayat suci pun ia baca terus menerus sebagai penenang untuknya.
Karena Via termasuk orang yang lumayan religius,dia merasa tenang dan nyaman ketika dia bersujud pada Rabb nya.
----------------------------------------
Pagi hari Via sudah bersiap dan segera menuju kekantor Bela.
Sampai di kantor Bela, Via sudah di sambut oleh Bela yang sangat senang dan bersemangat dengan keputusan yang di ambil Via.
Tidak banyak basa basi Bela langsung mengajak Via masuk ke ruang kerjanya.
"Silahkan duduk Vi!"
Bela mempersilahkan Via duduk di sebuah kursi yang ada di depan meja kerjanya.
Dan Bela pun duduk pada kursi yang ada di balik meja kerja Bela, sehingga mereka saling berhadapan.
Via terlihat menyembunyikan kegugupannya dengan sedikit mengalihkan pandanganya ke langit-langit ruangan kerja Bela.
Diseberang meja Bela sedang menelpon seseorang untuk masuk ke ruangannya dan menyiapkan berkas-berkas.
Tak lama seorang wanita masuk keruangan dan memberikan berkas-berkas yang diminta Bela tadi, kemudian wanita itu langsung keluar meninggalkan ruangan kerja Bela.
Sambil membuka berkas-berkas tadi Bela memulai pembicaraannya.
"Baiklah, kita mulai perjanjiannya!"
Sambil menyodorkan berkas-berkas tadi ke Via dan menyuruh Via membaca dan mempelajarinya.
"Bacalah dengan teliti, sehingga dirimu tidak merasa dirugikan!"
Via menerima berkas-berkas itu dan mulai membacanya.
Kesimpulan dari isi surat perjanjian itu adalah;
1.Bela akan mentransfer uang ke rekening Via sebesar 500jt.
2.Bela memberi ijin suaminya untuk menikahi Via.
3.Bela akan mentransfer sejumlah uang setiap bulan untuk Via, apabila nantinya Via sudah bercerai dengan suaminya.
4.Bela memiliki hak paten untuk menyematkan namanya sebagai ibu kandung dari anak yang nantinya Via lahirkan.
Dengan begitu anak itu akan di kenal oleh dunia sebagai anak Bela bukan anak Via.
Setelah membaca dan meneliti Via langsung menyetujui isi perjanjian itu.
Dengan hati dan pikiran yang kacau Via pun langsung menandatanganinya.
"Baik, aku setuju!"
Bela merapihkan surat perjanjian itu lalu menyimpannya dan memberikan 1 map isinya perjanjian yang sama supaya bisa di simpan oleh Via.
Setelah itu Bela mengajak Via kesebuah Rumah Sakit besar untuk medical check up.
Untuk memastikan Via benar-benar sehat terutama kandungannya, karena kandungannya lah yang memang diharuskan sehat.
Selama medical check up berlangsung, Via merasa sangat tegang.
Sehingga keringat dingin pun terlihat jelas bercecer di keningnya, padahal di ruangan itu dingin karena AC yang menyala di mana-mana.
Via yang duduk sambil menangkup kan kedua tangannya dan menggosok-gosokan berulang semakin terlihat jelas kepanikan yang Via rasakan.
Tapi di bangku yang berbeda, Bela duduk dengan tenang dan percaya diri, kalau semua rencana dia akan berjalan dengan mulus tanpa hambatan.
bersambung,,.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Asna Deli
takutnya nantik.suami bella jatuh cinta sma via..baru bella menyasal..wkwk
2021-03-25
0
Naya
Enak bngt lu Bela nyematin anaknya Via di akta itu namanya dia bkn Via yg ibu kandungnya dan melahirkan, emng lu fikir hamil dan lahiran itu gampang semua bth perjuangan smpai melahirkan ini malah seenak jidatnya nyematin nama ibu kandungnya dia. Dasar cwek mandul lu Bela, Semoga aja nnti anaknya tau klau ibu kandungnya itu Via bkn Bela dan cpt diganti akta kelahirannya
2020-06-12
3
IMAM SUNANDAR
lanjuuuttt
2020-04-11
0