15. Meminta Hadiah?

"Adik, dirimu sungguh baik hati. Sebenarnya kau tidak perlu berbuat demikian, aku bukanlah seseorang yang menginginkan sesuatu bila hendak memaafkan kesalahan. Lagi pun ...." Qian Yue mengulum senyum manis, memperlihatkan pada Yue Sua dan mengejutkan banyak mata yang melihatnya, "Aku sudah memaafkan Wangxia sedari awal. Mau bagaimana pun Wangxia adalah Selir satu-satunya Ayah." Lanjutnya begitu lembut, terlihat sangat ikhlas dan penuh hati. Tapi sebenarnya sedang menyinggung sesuatu.

Fang Yue tersedak ludahnya sendiri, melihat senyuman tulus dari Qian Yue membuat Fang Yue merasa ngeri. Bukannya apa, senyuman Qian Yue menujukkan sesuatu yang mengerikan, bukankah begitu?

Ze Yue hanya bersikap tenang, tetapi bibirnya tersenyum tipis meledek betapa pintarnya Adiknya merendahkan seseorang--Wangxia dan Yue Sua--dengan cara menyinggung. Tahu kalau kelemahan Yue Sua adalah status ibunya yang sebagai Selir.

'Sepertinya memang lebih baik jika Qian'er lupa ingatan,' ungkap Fhu Sua dalam hati, tidak bisa Fhu Sua pungkiri dia cukup terkesan akan kelihaian Qian Yue menyinggung Yue Sua secara halus. Bagi sebagian pendengar mungkin mereka merasa tidak ada yang salah akan ucapan Qian Yue, terkesan Qian Yue sedang memuji Yue Sua dan Wangxia. Tapi justru sebaliknya, Qian Yue tengah menyinggung Yue Sua lewat status Ibunya.

Geram? Sudah pasti! Yue Sua mengumpat dalam hati, mendengar Qian Yue merendahkan status Ibunya, meskipun status itu memanglah nyata. Tapi, bukankah dengan begitu sama halnya juga dia sedang merendahkan harga diri Yue Sua sebagai anak dari Selir?

'Terkutuklah kau Qian Yue!' pekik Yue Sua dalam hatinya penuh kemarahan.

***

Cahaya-cahaya kecil bergerak seperti daun yang tertiup angin, melambai indah namun membuat beberapa mata mewaspadainya. Cahaya berwarna merah itu menerangi sebuah ruangan kecil, di mana di dalam ruangan itu terkenal keramat dan suci.

Di tengah ruang berbangunkan kayu dan batu, ada sebuah batu besar bertuliskan satu kata, 'Yue'. Salah satu nama marga yang cukup terkenal, apalagi setelah keberhasilan salah satu marga Yue memenangkan peperangan.

Di depan batu besar itu, ada beberapa papan yang dikenal dengan papan leluhur--papan nama-nama leluhur terdahulu--sebagai simbol bahwa keluarga bermargakan 'Yue' sudah sejak lama adanya dan dapat dilihat dari garis keturunan.

Di depan banyaknya papan leluhur, ada seorang gadis tengah duduk bersama remang-remang cahaya lilin yang meneranginya. Sesekali terdengar gadis itu berbicara, meskipun dia hanya bergumam dengan senandung kecil. Setelah lama gadis itu bergelut dengan kertas dan pena, akhirnya dia menyelesaian semua hukumannya. Gadis itu beranjak berdiri setelah membereskan alat tulis serta bukunya. Meskipun begitu, gadis itu sengaja memperlambat gerakannya, tampak tidak ingin terburu-buru meninggalkan kuil.

"Para leluhur, aku tidak tahu harus berbicara apa. Tapi kalian pasti tahu, aku ... bukanlah keturunan kalian." Qian Yue memberi penghormatan dengan suara berbisik, "Aku harap kalian tidak murka aku berada di dalam tubuh keturunan kalian. Kalian harusnya tahu, aku juga tidak pernah mengharapkan ini." Qian Yue tersenyum memaki dirinya bodoh berbicara kepada sekumpulan papan, "Tapi ... jika suatu saat aku mendapat cara pulang, aku pasti akan segera keluar. Selama itu, aku juga akan membantu keluarga ini sebisaku, aku bersumpah. Jika keluarga ini mendapat masalah, aku akan menjadi yang pertama memecahkan masalahnya, jika keluarga ini sedih, aku akan menjadi yang pertama membangkitkan keceriaan mereka, jika keluarga ini pecah, aku akan menjadi yang pertama menyatukannya. Dan ... jika keluarga ini bahagia, aku yang akan menjadi terakhir turut bahagia, meskipun kebahagiaan telah habis karena mereka." Qian Yue mengangkat pandangannya, menatap batu paling besar bertuliskan marga namanya, "Aku sudah mengungkapkan jati diriku pada kalian dan bersumpah untuk membantu keluarga ini, aku harap ... kalian mendengarkanku."

Setelah mengungkapkan semuanya, Qian Yue kembali berdiri tegak, lalu mengambil buku serta alat tulis. Kemudian melenggang pergi menuju pintu keluar, ketika Qian Yue membuka pintu, dia bisa melihat ada Hua Yun berdiri di dekat pintu, tampaknya Hua Yun masih menunggunya meski Qian Yue sudah memintanya untuk tidak perlu menemaninya. Bukannya apa, Qian Yue hanya ingin menghabiskan banyak waktunya di kuil menghindari Kakak Pertamanya dan Ayahnya.

"Hua Yun," panggil Qian Yue dengan suara pelan, "Apa kau mendengar apa yang aku ucapkan di dalam sana?" tanyanya lagi sambil menatap cukup intens terhadap Hua Yun.

Hua Yun mengerutkan keningnya, "Maksud, Nona?" Hua Yun bertanya balik, wajahnya menunjukkan ekspresi kebingungan.

Melihat Hua Yun tampak tidak mengetahui apapun, Qian Yue mengibaskan tangannya, "Bukan apa-apa, lupakan saja." Qian Yue segera menepis pertanyaan sebelumnya, berpikir Hua Yun tidak mendengar perbincangan kepada leluhur keluarga Yue.

Qian Yue memberikan buku dan alat tulisnya kepada Hua Yun seraya berkata, "Aku telah menyelesaikannya. Kau bisa berikan itu kepada Ayahku."

Hua Yun menerima buku serta alat tulis masih dengan wajah kebingungan, "Baik Nona. Apakah Nona mau makan siang? Hari hampir senja, Nona telah melewatkan makan siang, sebaiknya Nona makan agar Nona sepenuhnya sembuh." Hua Yun khawatir, dengan kondisi Qian Yue yang masih sakit--lupa ingatan--belum makan siang akan memperburuk sakitnya itu.

Sejenak Qian Yue memandang langit, dan benar warna langit sudah berwarna jingga meski belum terlalu gelap. Qian Yue langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, sekalian saja makan malam nanti. Saat ini aku perlu menemui, Yue Sua," balas Qian Yue membuat Hua Yun terkejut.

"Apa Nona ingin membalas Nona ke Dua sebab membuat Nona menerima hukuman seperti ini? Tapi bagaimana jika, Tuan Besar tahu, hukuman Nona bisa ditambah." Tebak Hua Yun, berpikir kalau Qian Yue akan membalas Yue Sua sebab telah membuat Qian Yue berakhir dengan hukuman cukup memalukan, melihat sikap Qian Yue juga semua orang bisa menebak, gadis itu tidak akan tenang melihat lawan terkekeh di atas apa yang dia derita. Meskipun begitu, tidak baik bukan mendefinisikan seseorang begitu cepat hanya karena keadaan?

Qian Yue mengerutkan keningnya, menatap Hua Yun sedikit bingung, "Apa terlihat seperti orang ingin membalas dendam, Yue Sua?" tanya Qian Yue dibalas anggukan pelan dari Hua Yun. Qian Yue hanya bisa menghela nafas melihat Hua Yun mengangguk, "Hua Yun. Aku datang ke sana bukan ingin mencari masalah, tapi meminta hadiah," jelas Qian Yue maksud dia mengunjungi Yue Sua.

"Meminta hadiah?" Hua Yun memiringkan sedikit kepalanya, tampang polos kebingungan itu membuat Qian Yue menjatuhkan cubitan di pipinya.

"Iya, meminta hadiah!" balas Qian Yue sedikit keras sambil mencubit ke dua pipi Hua Yun membuat pelayan malang itu meringis.

"Aaaa ... Nona ... sakit," keluh Hua Yun setelah Qian Yue melepaskan cubitan, mata hitam pekat menatap cukup kesal terhadap Qian Yue. Lagi-lagi membuat Qian Yue ingin mencubit pelayannya itu.

Tidak ingin membuang waktu lagi, mengingat hari hampir malam, Qian Yue segera berbalik, namun sebelum dia meninggalkan Hua Yun, Qian Yue berkata, "Setelah ini, temui aku di kediamanku. Kau paham, Hua Yun?"

***

Sorot mata berapi-api terus berkobar, meskipun sosok gadis cantik itu telah meninggalkan aula utama keluarga, ditambah dengan ocehan dari Wangxia lewat suara yang baru saja dia terima, kemarahan gadis itu semakin memuncak. Nafasnya naik turun tidak teratur, seakan dirinya baru saja habis berlari. Tangan mulus nan kecil gadis itu mengepal keras, memperlihatkan urat-urat yang menonjol.

"Dasar jal*ng!" pekik gadis itu keras sambil memukul meja dengan kepalan tangannya, "Dia! Dia! Aarrgg ... tunggu saja. Besok! Dia pasti akan kehilangan muka dihadapan Yang Mulia Kaisar dan Permaisuri!" serunya benar-benar meletup. Tidak bisa dibendung lagi kemarahannya.

Tidak jauh dari gadis cantik itu, seorang pelayan tengah memperhatikannya dengan pandangan cukup ketakutan, meskipun dia sudah tahu kemarahan gadis cantik itu tidak jauh berbeda dengan Ibunya yang paranoid. Tapi yang membedakan sepasang Ibu Anak itu, Ibunya lebih cerdik dari Anaknya, namun ... anaknya lebih baik dalam hal memprovokasi.

Hanya karena tersinggung akan status Ibunya sebagai Selir, gadis itu tidak terima. Jika dipikirkan tidak seharusnya juga gadis itu marah, tapi ... sudah menyangkut harga diri, gadis itu lebih baik tidak mengakui memiliki Ibu dari pada harga dirinya direndahkan.

"Nona, aku rasa Nona Pertama memang tidak bisa lagi dianggap remeh, entah apa yang membuat Nona Pertama berubah, tapi sekarang ... dia cukup berbahaya."  Pelayan itu mengungkapkan kekhawatirannya mengingat majikannya membara karena Qian Yue.

Seketika tatapan tajam bak elang itu menatap pelayannya, Ha Young, "Siapapun tahu itu, kau pikir aku ini bodoh!?" timpal Yue Sua geram.

Tak sepenuhnya Ha Young berpikir Yue Sua bodoh, jika gadis itu bodoh tidak mungkin bukan Qian Yue bisa berakhir menerima hukuman? Ah ... jika dipikirkan lagi, Qian Yue menerima hukuman bukan Qian Yue sengaja membiarkan Yue Sua menang, hanya saja gadis itu tidak ingin orang lain berpikir kediaman Jenderal Besar Yue lalai dalam menertibkan peraturan, ditambah juga Qian Yue ingin menghindari Ze Yue dan Yang Yue terlebih dahulu. Jadi Ha Young mengagumi kepintaran yang bukan Yue Sua rencanakan sendiri bukan?

"Nona, bagaimana jika-" Sebelum Ha Young menyuarakan pemikirannya, datang seorang pelayan menyela ucapannya.

"Salam Nona ke Dua. Nona Pertama datang ingin berbicara dengan Nona."

"Nona Pertama?" Yue Sua dan Ha Young berkata bersamaan dengan pandangan cukup bingung. Namun setelah Yue Sua pikir, Qian Yue pasti datang karena dirinya telah membuat harga diri gadis itu tercoreng.

Yue Sua segera mengulum senyum tipis, "Biarkan dia masuk," balasnya, dan pelayan itu segera kembali menjemput Qian Yue.

Sosok gadis yang masih berpakain pria datang--baju yang Qian Yue gunakan menyamar. Raut wajah tenang, dan tatapan datar, membuat pelayan bersampingan dengannya sedikit bergidik ngeri,  terasa bahwa aura yang Qian Yue keluarkan cukup menekan pelayan itu untuk tidak berani menyetarakan jalannya dengan Qian Yue.

Yue Sua segera berdiri tatkala manik mata hitam malam miliknya menemukan sosok gadis tengah berjalan mendekatinya, ketika sosok gadis itu dekat dengannya, Yue Sua menyapa, "Salam Kakak Pertama. Apakah yang membuatmu datang ke kediamanku ini?"

Bersamaan dengan itu, Ha Young juga memberikan salam. Sebagai pelayan sudah menjadi kewajibannya menghormati status gadis di depannya.

Qian Yue membalas sapaan Yue Sua, "Adik ke Empat." Kemudian dia menduduki salah satu kursi tanpa menunggu Yue Sua memintanya, sikapnya itu membuat Yue Sua sedikit geram tapi dia masih bisa menutupi rasa geramnya. Yue Sua duduk di kursi tepat di depan Qian Yue.

Qian Yue tidak mengalihkan pandangan dari Yue Sua, membuat adiknya itu merasa sedikit terintimidasi. Karena Qian Yue tidak memulai pembicaraan, Yue Sua membuka suara, merasa tidak nyaman akan tatapan Qian Yue dan sikap diam Qian Yue.

"Kakak, apakah kau datang hanya untuk menatapku?" tanya Yue Sua sambil memberikan tatapan takut, memperlihatkan bahwa dia merasa sedikit tidak nyaman akan tatapan Qian Yue, meskipun itu hanyalah sandiwara.

Qian Yue mendengus pelan, namun pandangannya masih tidak teralihkan, "Apakah kau takut, Adikku?" Pertanyaannya membuat Yue Sua dan Ha Young sedikit terkejut, tidak akan menyangka Qian Yue akan melontarkan jawaban seperti itu.

Yue Sua tertawa canggung sambil menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinganya, "Aku tidak mengerti maksud Kakak." Pandangan Yue Sua menatap Ha Young yang berdiri tidak jauh darinya, 'Ada apa dengan si jal*ng ini, apa dia sedang menakutiku?'

Ha Young hanya tidak memberikan reaksi apapun pada Yue Sua, namun lewat tatapannya itu Yue Sua juga bisa mengerti, Ha Young juga tidak mengerti ada apa dengan Qian Yue. Sikap Qian Yue yang begitu serius juga membingungkan dirinya.

"Adik, kenapa kau mengalihkan pandanganmu? Apa aku menakutimu?" Sadar kalau Yue Sua tidak ingin-berani-menatapnya lebih lama, "Kalau aku menakutimu, aku minta maaf." Tatapan yang sebelumnya tajam dan dingin kini berganti lembut disertai dengan senyuman hangat, Qian Yue kembali berbicara, "Aku sungguh tidak berniat menakutimu, aku pikir tatapanku akan membuatmu mengerti."

Yue Sua tidak bisa tidak menatap Qian Yue ketika gadis itu mengatakan dirinya takut, 'Aku takut? Apa kau pikir kau semenakutkan itu?' Qian Yue mendengus dalam hati, 'Kalau bukan kau anak ... sudah pasti aku akan memperlakukan secara kasar dari awal.' Yue Sua mengepalkan tangannya, namun perlahan kepalannya itu melemah mengurangi rasa geramnya.

Yue Sua tertawa kecil, "Aku tidak mengerti maksud, Kakak? Dengan tatapan seperti itu bagaimana bisa aku memahami maksud kedatangan, Kakak?" balas Yue Sua tersenyum tipis. Sisi manis dan cantik Yue Sua muncul, dan tidak bisa Qian Yue pungkiri Yue Sua memanglah cantik.

Qian Yue terkekeh, ikut tertawa meski sebenarnya dia sedang mentertawai kepolosan Yue Sua, "Hah ... Adik. Aku pikir kau tahu aku datang meminta hadiah darimu."

Alis Yue Sua berkerut, " Meminta hadiah?" ucapnya dengan nada bingung dan dibalas anggukan penuh keyakinan dari Qian Yue.

"Ya, meminga hadiah."

_____________________

A/N : Othor pun mau hadiah, btw siapa yg ulang tahun? Hadiah apa sih?! 🤔

Likeeeenya aku tunggu! Komen juga dong berikan semangat 😶! Dan aku mengharapkan hadiah dari kalian wahai pembaca goib dan real 😂

btw aku habis merevisi beberapa episode di awal, jadi sebaiknya baca ulang biar alurnya nyambung dengan yang sekarang 🍀

Terpopuler

Comments

senja

senja

Kaisarnya ternyata hanya ada satu Putri ya

2021-04-15

0

senja

senja

Fhu Sua sapa ya? lupa namanya kepleset kek nama si ipar. skan bukan si kasim

2021-04-15

0

senja

senja

Shua Xie siapa lagi Ka, pas bab2 sebelumnya juga ada disebut

2021-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!