3. Jangan Mencari Masalah

[Episode telah direvisi]

_______________________

Qian Yue mengikat rambutnya seadanya, tidak perlu diberikan hiasan kepala yang membuatnya kepalanya berat. Di belakangnya ada Hua Yun menatap dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan, sejak tadi, sejak Qian Yue selesai mandi dan berkemas diri, Hua Yun selalu memaksa Qian Yue untuk tidak perlu merias diri sendiri, karena sudah menjadi tugas Hua Yun merias bahkan memakaikan baju untuk Qian Yue. Tapi Qian Yue selalu menolak, dengan jawaban yang sama--aku bisa melakukannya sendiri.

Qian Yue tersenyum tipis melihat hasil riasannya, tidak berlebihan dan tidak pula jelek. Hanya bibir tipisnya diberi sedikit warna lipstik merah muda, sedangkan yang lain tidak diberikan apa-apa selain bedak wajah saja. Riasan Qian Yue benar-benar natural, dengan bibir merah muda dan baju hanfu merah menjadikan dirinya tampak elegan.

Qian Yue akui, Yue Sua memanglah sangat cantik, memiliki bibir mungil merah muda, warna mata kecoklatan seperti Wangxia, rambut lurus sepinggang dan bentuk tubuh yang ideal. Tidak salah jika Yue Sua memiliki julukan 'Dewi Kecil'.

"Lebih bagus dari yang aku duga," gumam Qian Yue takjub melihat wajahnya dari pantulan cermin.

"Nona ... biarkan saya saja yang merias Nona. Saya sebagai pelayan sudah seharusnya merias Nona secantik mungkin." Terdengar suara lirihan seorang wanita, yang tak lain ialah Hua Yun. Hua Yun menatap Qian Yue yang membelakanginya dengan wajah memelas.

Qian Yue beranjak berdiri kemudian berjalan mendekati Hua Yun, "Aku punya tangan dan kaki, lalu apa gunanya jika tidak dipergunakan dengan baik? Tenanglah Hua Yun, aku bisa merias diriku sendiri. Tugasmu hanya menuruti apa yang aku katakan, paham?" Qian Yue menekan pundak Hua Yun membuat gadis itu tertunduk tidak berani menatap majikannya.

"Ba-baik Nona," jawab Hua Yun. Sebenarnya Hua Yun senang melihat Qian Yue sudah mulai mandiri tidak seperti dulu, selalu manja, apapun yang Qian Yue mau harus diberikan, bahkan tak segan Hua Yun sampai harus melakukan banyak kelakuan berbeda dari pelayan biasanya. Tapi di sisi lain melihat perubahan Qian Yue begitu drastis juga membuat Hua Yun cemas, dia takut ingatan majikannya ini tidak akan kembali lagi.

Qian Yue mengerutkan keningnya dengan pandangan tak suka, dia tidak suka melihat Hua Yun begitu takut padanya, hampir setiap Qian Yue menatap pelayannya itu, maka Hua Yun akan langsung menunduk.

Sebegitu menyeramkannya kah wajah Qian Yue?

"Angkat wajahmu, Hua Yun. Jangan pernah menunduk kalau aku berbicara padamu, itu tidak baik," tegas Qian Yue sedikit membentak membuat Hua Yun sedikit terkejut.

Hua Yun langsung mengangkat wajahnya, memberanikan diri menatap gadis cantik natural di depannya. Hua Yun bisa melihat iris mata hijau dan wajah putih mulus milik Qian Yue, benar-benar cantik alami. Walau tak secantik saudarinya Yue Sua.

Hua Yun langsung menggelengkan kepalanya saat dia membandingkan kecantikan Qian Yue dan Yue Sua. 'Apa yang aku pikirkan! Nona bahkan lebih cantik dari pada Nona ke dua!" bantah Hua Yun dalam hatinya.

Qian Yue mengerutkan lagi keningnya, melihat Hua Yun menggelengkan kepala membuat Qian Yue berpikir, bahwa gadis itu baru saja memikirkan tentang dirinya.

Qian Yue menurunkan tangannya dari bahu Hua Yun, kemudian dia berjalan menuju jendela, "Hua Yun, apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Qian Yue dengan suara pelan, tangannya sibuk membelai bunga yang ada di jendela.

Hua Yun langsung mengangkat wajahnya menatap Qian sedikit terkejut, "Ti-tidak ada Nona. Wajah Nona terlalu cantik sampai membuat saya merasa terpukau. Wajah Nona sangat mirip dengan almarhumah Nyonya Besar."

Semua orang memang berpikir demikian, bahkan Jenderal Yang Yue pun sama. Melihat wajah Qian Yue mengingatkan dirinya akan janjinya pada sosok Istri sahnya Qian Mie yang sudah meninggal 6 tahun yang lalu. Jadi wajar saja ketika anak gadisnya meninggal, Yang Yue merasa terpukul berat sebab tak bisa menjaga anak gadisnya sesuai permintaan terakhir istrinya tersayangnya.

Qian Yue menatap pemandangan di luar dari balik jendela, dengan perlahan Qian Yue menarik nafas dalam lalu menghembuskannya.

"Apakah malam ini ada hal penting Hua Yun? Jika tidak ada aku ingin bertemu dengan Ayah," tanya Qian Yue mengalihkan topik sambil beralih menatap Hua Yun yang tidak jauh darinya.

"Sepertinya tidak ada Nona. Saya bisa memberitahukan Tuan Jenderal besar jika Nona ingin bertemu dengan Tuan Jenderal besar," balas Hua Yun.

Qian Yue terdiam sejenak kemudian dia mendekati Hua Yun, "Tidak perlu, biar aku sendiri yang mengatakan pada, Ayah."

"Baik Nona."

***

Tak terasa malam pun tiba, remang-remang rembulan menyinari indah menerpa hamparan bumi, awan bergerak lamban menuju ke arah angin berhembus. Suasana malam ini begitu tenang dan nyaman. Di bawa kenyamanan rembulan, sebuah bangunan besar berdiri kokoh, semua orang menjuluki rumah itu sebagai kediaman Jenderal Besar Yue. Jenderal yang terkenal telah berhasil memukul mundur kekaisaran Liu dari perbatasan.

Di dalam kediaman itu, sepasang keluarga berjumlahkan 8 orang sedang duduk. Mereka semua telah selesai menyantap makanan di meja.

"Ayah, apakah Ayah ada waktu setelah makan nanti?" tanya Qian Yue lembut sambil melihat ke arah Yang Yue. Iris mata hijaunya itu menatap lekat sang Ayahnya yang sedikit terkejut mendengar panggilan untuknya.

Yang Yue menatap Qian Yue nanar, sudah lama dia tidak mendengar putrinya itu memanggil dengan sebutan 'Ayah'. Semenjak terjadi pertengkaran kecil antara Qian Yue dan Yang Yue, gadisnya itu selalu memanggilnya Jenderal Besar, sebagai bentuk rasa gadis itu tidak lagi menganggapnya sebagai Ayahnya.

Kejadian itu terjadi ketika Qian Yue meminta diajarkan berlatih pedang, namun Yang Yue melarang keras anak gadisnya berlatih ilmu bela diri. Bukannya karena apa, Yang Yue hanya menghindari rumor-rumor yang akan menyerang anaknya. Tapi, karena saat itu Qian Yue sangat keras kepala, Yang Yue pun memberikannya teguran keras. Sejak saat itu, kerenggangan di antara Qian Yue dan Yang Yue terjadi.

Melihat Yang Yue hanya terdiam, Qian Yue mengerutkan keningnya, "Ada apa Ayah? Kenapa Ayah diam? Apakah Ayah tidak punya waktu?" ucap Qian Yue lagi dengan wajah polosnya.

Di sisi lain, Wangxia dan lainnya terkejut saat Qian Yue memanggil Yang Yue dengan sebutan 'Ayah'. Mereka selama ini tahu, pertengkaran kecil antara ayah dan anak itu berlangsung cukup lama. Membuat kerenggangan di antara keluarga, tapi tidak disangka, gadis itu dengan polosnya memanggil Yang Yue dengan sebutan 'Ayah' panggil yang sudah lama lenyap dari mulut Qian Yue sejak terjadi pertengakaran itu.

Ze Yue selaku anak tertua, mengulum senyum tipis. Dia juga turut senang melihat adik perempuannya itu sudah memanggil Yang Yue dengan sebutan 'Ayah' lagi setelah lama adiknya tidak pernah memanggil Yang Yue dengan sebutan itu. Walau pun adiknya ini tengah lupa ingatan, tapi sepertinya tidak terlalu buruk daripada sebelumnya.

Sebenarnya Qian Yue sudah tahu, bahwa pemilik tubuh ini pernah bertengkar dengan Ayahnya sendiri hingga kerenggangan antara anak dan Ayah terjadi. Qian Yue tidak habis pikir kenapa bisa pemilik tubuh sebelumnya ini terlalu bodoh, sampai membuat dirinya sendiri menjauh dari Ayahnya yang seharusnya bisa melindunginya dari Wangxia. Semua kelakuan buruk ini, pasti karena hasutan Wangxia!

Qian Yue tidak bisa memaafkan Wangxia, betapa rendah dan murahannya wanita itu. Berniat menghancurkan hubungan anak dan Ayah agar lebih mudah memperburuk Qian Yue! Wangxia sungguh kejam, ibu ke dua macam dia itu? Bukankah seharusnya dia menciptakan kebahagian baru di tengah keluarga ini, tapi kenapa dia malah memperburuknya? Sebenarnya apa yang Wangxia inginkan dari kediaman Jenderal Yang Yue ini?

Yang Yue segera tersadar saat Qian Yue bertanya lagi, "Ah ... tidak. Ayah hanya sedang teringat akan sesuatu saja," balas Yang Yue sambil tersenyum hangat.

Qian Yue paham, pria paruh baya itu tidak ingin mengungkit masalah tentang pertengkaran dirinya dan Qian Yue. Demi menghidari hal-hal yang tak diinginkan. Qian Yue bisa paham itu.

Qian Yue membalas senyuman Yang Yue, "Benarkah? Sebaiknya Ayah jangan banyak berpikir, tidak baik untuk kesehatan Ayah."

Lagi-lagi orang tercengang mendengarnya, untuk ke dua kalinya Qian Yue mengeluarkan kalimat yang membuat semua orang terdiam. Gadis yang selama ini begitu dingin pada Ayahnya sekarang mengkhawatirkan Ayahnya? Itu patut dipertimbangkan, sepertinya Qian Yue ini lebih baik lupa ingatan dari pada kembali seperti dulu.

Yang Yue semakin melebarkan senyumannya, "Tentu saja, terimakasih atas perhatianmu Putriku."

Fang Yue sendiri sampai tersedak mendengar ucapan adiknya, "Uhuk ... uhuk! Sepertinya Adikku Qian'er memang lebih baik lupa ingatan saja dari pada mengingatkannya," ujar Fang Yue bercanda.

Semua mata tertuju pada Fang Yue dengan ekspresi yang sama, namun berbeda untuk Wangxia dan Yue Sua. Mereka tampak tidak suka mendengar kalimat yang sejak tadi Qian Yue keluarkan.

"Fang Yue, apa yang kamu katakan? Tidak baik mengingatkan masa lalu itu pada adikmu," sahut Wangxia dengan wajah sedih yang dibuat-buat. Seolah-olah dia turut membantu Yang Yue menyembunyikan kebenaran buruk Qian Yue yang tidak sebaiknya diingat. Namun kenyataanya, dia sengaja memancing Qian Yue untuk bertanya.

Tapi Wangxia salah, gadis yang sekarang bukanlah Qian Yue yang asli, melainkan gadis dari abad 21 seorang mahasiswi hukum.

Qian Yue tertawa dalam hati, ternyata dugaannya benar, Wangxia memang bukan wanita baik. Bukan wanita yang menginginkan perdamaian di keluarga Yue ini. Melainkan kehancuran dan pertengkaran, dan hebatnya wanita ini sungguh pintar berdalih membuat siapa saja akan sulit mengalahkannya. Tapi berbeda dengan Qian Yue, seorang mahasiswi yang ingin menjadi jaksa di pemerintahan. Mau bermain silat lidah dengannya, akan Qian Yue temani sampai akhir.

"Wangxia, A Fang tidak berniat menyinggung masa lalu Qian'er, seharusnya kau tahu dia sedang bercanda," timpal suara wanita dengan nada sedikit marah, suara itu milik Yin Hua.

Mata kecoklatan terang menatap Yin Hua tajam, namun dalam sekejap saja mata itu langsung nanar memperlihatkan wajah sedihnya. Siapa lagi kalau bukan Yue Sua.

"Kakak Ipar Yin, Ibuku pasti kasihan pada Ayah, makanya dia berkata seperti itu. Kita semua pasti tahu-"

"Yue Sua! Apa yang kamu katakan!" Terdengar suara bentakan keras menyela Yue Sua membuat semua orang terkejut mendengarnya, "Suamiku maafkan aku, aku tahu aku salah. Salahku tidak tahu bahwa Fang Yue sedang bercanda. Aku, aku terlalu mengkhawatirkanmu, maafkan aku, Fang Yue. Aku siap menerima hukuman." Wangxia memasang wajah bersalah, tak terasa air matanya mengalir melewati pipi mulusnya membuat wajah bersalahnya itu tampak nyata.

Terkejut semua orang melihat air mata Wangxia keluar.

Drama yang benar-benar menakjubkan!

"Wangxia, hapus air matamu. Tidakkah kau tahu peraturan saat di meja makan tidak ada yang boleh bersedih, itu sama saja kau menangisi berkah hari ini, apakah kau ingin merusak makam malam bahagia kita dengan air matamu itu?" Terdengar suara sahutan lumayan keras membuat semua orang seketika melihat ke sumber suara itu. Mereka mendapat gadis yang sejak tadi memilih diam menyimak keadaan kini bersuara. Suara itu milik Qian Yue.

Qian Yue dengan tenang menatap tajam ke arah Wangxia. Membuat siapa Wangxia berhenti menangis, dia langsung menundukkan kepalanya. Membuat dirinya merasa bersalah di mata semua orang.

"Kakak, apa maksudmu berkata seperti itu. Ibu tidak berniat merusak makan malam, tapi Ibu hanya ingin membantu Ayah," sahut Yue Sua.

Qian Yue beralih menatap Yue Sua tajam, "Yue Sua siapa yang memintamu berbicara?" tegas Qian Yue keras, "Kesalahan Wangxia tidak hanya itu, kau tahu apa status Wangxia di kediaman ini? Dia hanya seorang Selir, tapi dengan beraninya dia memanggil Kakakku hanya dengan nama. Status Selir tidak jauh lebih rendah dari pelayan. Sebagai kediaman Jenderal besar, seharusnya peraturan dijalankan dengan baik."

Terbelalak semua mata mendengar ucapan Qian Yue, seakan tidak percaya Qian Yue secara terang-terangan merendahkan Wangxia. Bukankah selama ini Qian Yue sangat menyukai Wangxia? Tapi kenapa sekarang justru terlihat membencinya.

Namun sekejap wajah tegas Qian Yue berubah menjadi wajah lembut dengan senyuman hangat, "Tapi jika memang Wangxia berniat membantu Ayah, aku juga turut senang. Karena tidak mungkin Wangxia menabur pertengkaran di keluarga ini bukan? Ah ... maafkan aku terlalu tegas. Aku hanya sedikit membenarkan peraturan yang ada. Bukankah begitu Ayah?" Qian Yue beralih menatap Yang Yue yang tercengang mendengar ucapan anaknya.

Melihat Qian Yue menatapnya, Yang Yue langsung tersadar, "Benar. Sebagai selir tidak seharusnya kamu memanggil mereka hanya dengan nama. Keluarga kita sangat menjunjung tinggi peraturan, dan seharusnya kau tahu itu. Sebagai hukuman untuk mengingatkan peraturan yang ada, Wangxia menerima hukuman tiga puluh pukulan papan."

Qian Yue membulatkan matanya menatap Yang Yue terkejut, namun sebenarnya dia hanya berekspresi bohong belaka. Sekadar mencari muka agar dia tidak dipersalahkan karena membuat Wangxia tersudutkan. Atau lebih tepatnya turut sedih mendengar hukuman Wangxia.

"Ayah, niat Wangxia sangat baik. Dia hanya tidak ingin aku mengingat kenangan lamaku, mungkin kenangan itu terlalu buruk sampai Wangxia tidak tega membuatku mengingatnya. Bisakah Ayah ringankan hukumannya?" ujar Qian Yue memelas, membuat wajah sang Ayah ikut memelas tak tega melihat wajah anaknya.

"Baiklah, Wangxia hanya akan dikurung selama seminggu di kediamannya, tidak boleh keluar sampai masa waktu hukuman selesai."

Wangxia dan Yue Sua terkejut mendengarnya, walau pun hukuman telah diringankan, tapi hukuman ini berefek besar bagian rencananya. Jika dia dikurung, lalu bagaimana dengan rencananya? Yue Sua mungkin bisa menjalankannya, namun otak gadis yang satu itu tidak sebaik otak Wangxia.

Di sisi lain, Ze Yue, Fang Yue, dan dua gadis di dekat mereka hanya memilih diam meski sempat terkejut akan sikap Shua Xie. Namun meresa lega juga saat Wangxia mendapat teguran keras karena telah mengabaikan begitu lama peraturan kediaman Jenderal Besar Yue.

Selama ini Wangxia sering memanggil nama mereka hanya dengan nama mereka saja, membuat Ze Yue dan Fang Yue geram, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Di rumah ini yang menjadi kepala keluarga ialah Yang Yue, jadi semua peraturan dialah yang terapkan. Lagi pun kesibukan saat peperangan di perbatasan juga membuat mereka tidak waktu untuk mengurusi Wangxia.

Qian Yue menatap ke arah Wangsia sambil memaparkan senyuman, "Wangxia aku telah membantumu meringankan hukuman. Lain kali jangan ceroboh lagi ya, ups ... maksudku jangan lupa. Wangxia tidak mungkin akan lupa lagi kan?" Ucapan Qian Yue begitu lembut, namun dalam artian Wangxia dia telah diberi peringatan untuk tidak mencari masalah lagi. Entah kenapa dengan otak Qian Yue itu, tiba-tiba berubah membuat Wangxia merasa geram.

'Dasar anak ******! Beraninya dia mengancamku!' pekik Wangxia dalam hatinya.

Wangxia tersenyum membalas senyuman Qian Yue, "Terima kasih, Nona Pertama mau membela saya. Saya terlalu bodoh, untunglah Nona Pertama mengingatkan saya."

___________________

A/N : Like, komen dan berikan hadiah ya ^-^ Jika ada kesalahan penulisan silakan komen

Terpopuler

Comments

Tante Cin💋💦

Tante Cin💋💦

typo shua xie thor

2021-05-22

0

senja

senja

Shua Xie siapa Ka?

2021-04-14

0

senja

senja

memang Qian Yue dulu meski manja dia gak perhatian kah?

2021-04-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!