Qian Yue duduk termenung menatap hamparan taman di kediamannya, cukup rindang dan sunyi. Kesunyian terjadi sebab Qian Yue yang dulu tidak ingin dijaga oleh pengawal, yakin dengan ilmu bela dirinya dia bisa menjaga keamanannya sendiri.
Tapi hal itu hanya berlaku untuk Qian Yue yang dulu, sedangkan Qian Yue sekarang, sangat lemah namun berpikiran luas. Walaupun kediaman Qian Yue tidak dijaga oleh pengawal secara ketat, Qian Yue yakin penjagaan di sekitar kediaman Jenderal Besar Yang Yue sangat aman dan ketat sehingga sangat sulit untuk seorang penjahat menyusup ke dalamnya. Apalagi ke kediaman Qian Yue, kediamannya bahkan berada di tengah-tengah besarnya kediaman Jenderal Besar Yang.
Kembali ke Qian Yue yang masih termenung, dia tampak diam lesu, namun kenyataannya dia sedang memikirkan jalan hidupnya. Bagaimana besok adalah hari perjodohannya dengan Pangeran Mahkota. Bukannya Qian Yue pasrah dengan perjodohan itu, hanya saja dia belum memiliki ide untuk membatalkan perjodohan itu.
Mungkin untuk sebagian wanita, menikah dengan Pangeran Mahkota adalah sebuah impian. Bisa hidup bahagia dan mewah serta berkedudukan. Namun nyatanya tidak untuk Qian Yue, dia sendiri merasa akan terbebani jika menikah dengan Pangeran Mahkota. Terlebih lagi Pangeran Mahkota itu adalah anak dari Permaisuri Yin Xinian. Musuh Qian Yue sekarang meskipun Qian Yue tidak pernah melihat sosok Permaisuri Yin Xinian.
Qian Yue bisa merasakan takdirnya akan buruk jika menjadi istri dari Pangeran Mahkota. Tidak hanya kehidupannya yang akan terkurung, tapi juga keluarganya akan ditekan oleh kekuasaan Kaisar.
Untuk menghindari mimpi buruk itu, Qian Yue harus melakukan sesuatu. Tapi sesuatu itu belum dia dapatkan. Entah kenapa tiba-tiba saja pikirannya menjadi rumit saat memikirkan Permaisuri Yin Xinian dan perjodohannya.
"Seandianya sistem hukum di negara ini tidak dipegang oleh Kaisar. Perjodohan ini seharusnya tidak akan terjadi," gumam Qian Yue pelan dengan nada lesu.
Qian Yue merebahkan kepalanya di meja, sambil menatap telaga kecil yang tidak jauh darinya. Qian Yue bisa lihat sistem kehidupan ikan di kolam itu cukup sempurna, bersih dan indah. Tapi sayangnya luas telaga itu menjadi penghalang ikan itu bergerak bebas. Qian Yue merasa, dia akan merasakan kehidupan seperti itu, jika perjodohan itu terjadi.
Lama Qian Yue menatap kolam kecil itu, tiba-tiba terdengar suara berisik kecil yang mengganggu ketenangannya. Sontak perhatian Qian Yue langsung teralihkan ke sebuah semak yang tidak jauh darinya.
Qian Yue beranjak berdiri, ketika melihat sesosok pria keluar dari semak itu. Qian Yue mundur selangkah sesaat pria asing itu mulai mendekatinya.
Qian Yue memasang rasa kewaspadaan tinggi terhadap pria asing itu. Sedangkan pria asing yang berjalan mendekati Qian Yue sedikit terkejut akan respons Qian.
"Apa kabar Nona pertama keluarga Yue?" ucap Pria asing itu dengan sopan, kemudian dia duduk di kursi tempat Qian Yue bersantai sebelumnya.
Qian Yue masih tetap memasang kewaspadaan tinggi sebab dia sendiri tidak mengenal pria asing itu, walau tampaknya pria asing itu cukup mengenal dirinya. Apalah daya Qian Yue, dia sendiri tidak memiliki ingatan dari si pemilik tubuh yang dia masuki.
"Siapa kau, dan mau apa kau kemari?" balas Qian Yue tajam, sangat menekan. Seolah memperingati bahwa kedatangan pria asing itu sungguh tidak diundang. Dan juga sepertinya pria asing itu datang dengan cara menyusup.
Pria asing bermata hitam pekat itu tersenyum tipis, tidak memperdulikan respon yang Qian Yue berikan padanya. Sadar kalau kehadiran membuat Qian Yue waspada, pria asing itu tidak ingin berlama-lama.
"Saya adalah Bufeng, utusan Pangeran Pertama. Tuanku meminta Nona untuk datang ke kediamannya," jawab pria asing itu yang tidak pelayan pribadi Shu Chunyin. Sambil meletakkan sepucuk surat di meja. Sontak pandangan Qian Yue langsung menatap surat itu.
Kewaspadaan Qian Yue mulai menurun, tampaknya Qian Yue mulai berpikir. Mengingat siapa Pangeran Pertama, Shu Chunyin. Tapi tidak ada gambaran apapun, justru Qian Yue merasa sakit kepala memaksakan dirinya mengingat masa lalu pemilik tubuhnya.
Namun satu yang Qian Yue ketahui, Pangeran Pertama Shu Chunyin adalah seorang Bupati di kota ini. Dari yang Hua Yun ceritakan, Pangeran Pertama Shu Chunyin ialah Pangeran misterius. Dingin dan tertutup pada kehidupan luar.
Qian Yue bersikap tidak terkejut walau sebenarnya dia cukup terkejut mengetahui Pangeran Shu Chunyin mengirim seorang utusan untuk menemuinya bahkan memberikannya surat. Terlebih lagi, yang menemui Qian Yue memiliki ilmu bela diri tinggi sebab bisa menyusup dengan mudahnya.
Lagi pun jika Qian Yue salah bersikap, Qian Yue khawatir kabar tentang dirinya lupa ingatan akan tersebar. Qian Yue rasa tidak baik banyak orang mengetahui dirinya melupakan masa lalu, bisa jadi Qian Yue yang dulu memiliki musuh tersembunyi dan akan memanfaatkan Qian Yue melalui kelemahannya itu.
Qian Yue menatap Bufeng cukup lama sebelum akhirnya dia mengeluarkan sepatah kata.
"Kenapa aku harus ke kediaman Tuanmu? Apa urusannya denganku?" tanya Qian Yue.
Bufeng berekspresi cukup datar, sambil berbalik membelakangi Qian Yue dan berkata, "Nona bisa melihatnya dari surat itu." Setelah berucap demikian, Bufeng segera melesat pergi menggunakan keahlian ilmu bela dirinya. Tanpa menunggu Qian Yue yang ingin membuka suara.
Melihat Bufeng telah meninggalkannya, Qian Yue langsung mengambil surat yang ditinggalkan Bufeng dan segera membacanya.
Mata Qian Yue membulat tatkala dia sudah membaca sepucuk surat itu, walau hanya bertuliskan satu kata. Tapi satu kata itu membuat Qian Yue terkejut hebat.
"Perjodohan!?" gumam Qian Yue tanpa sadar.
Qian Yue menatap surat itu cukup terkejut, sangat terkejut baginya membaca surat itu menyinggung soal perjodohan. Entah kenapa, Qian Yue merasa surat itu tengah menyinggung masalah perjodohannya besok.
Tapi ....
Bagaimana mungkin ada pihak luar mengetahui rencana itu? Tapi setelah dipikir ulang lagi, Qian Yue juga merasa perjodohannya dengan Pangeran Mahkota bisa saja ditebak banyak orang. Tidak heran bukan, jika Kaisar memberikan hadiah perjodohan pada anak gadis tertua Jenderal Besar? Justru sebagian orang akan berpendapat kalau hadiah itu sangat cocok untuk hadiah besar Jenderal Besar atas semua jasanya.
Qian Yue yakin, Pangeran Pertama Shu Chunyin memanggil dirinya datang ke kediamannya bukan hanya untuk mengucapkan kata selamat padanya ayas perjodohan Permaisuri dan Kaisar. Pasti ada sesuatu, dan memikirkan hal itu membuat Qian Yue penasaran.
Qian Yue segera berbalik menuju kediamannya untuk menganti pakaiannya. Qian Yue berinisiatif pergi keluar secara diam-diam dengan menyamar sebagai salah satu pengawal kediaman Jenderal Besar.
Mungkin trik mengecoh ini bukan lagi trik yang jarang ditemui, untuk sebagian orang yang bermasalah seperti Qian Yue dia pasti akan melakukan salah satu trik bocah ini. Menyamar agar tidak seorang pun tahu akan kepergiannya. Karena jika sampai Ayah dan Kakaknya tahu dia meninggali kediaman demi bertemu dengan anggota kerajaan, tentu saja dia tidak akan mendapat izin keluar. Setelah Qian Yue mengungkapkan pada Ayah dan Kakaknya bahwa Permaisuri Yin Xinian adalah penjahat yang harus dihindari berurusan dengan anggota kerajaan pasti sudah menjadi larangan.
***
"Ibu aku tidak ingin menikah dengan Nona Pertama keluarga Yue! Aku maunya dengan Nona ke dua bukan wanita itu!" tegas seorang pemuda di hadapan wanita yang kini tengah meneguk segelas teh.
Seusai wanita itu meninggalkan ruangan Kaisar, dia segera meminta prajurit untuk menjemput Pangeran Mahkota di sebuah rumah makan yang menjadi tempat biasanya Pangeran Mahkota berkunjung.
Dan setelah Pangeran Mahkota itu mendapat kabar dari ibunya bahwa dia akan dijodohkan dengan Nona Pertama kediaman keluarga Yue, dia pun menolak keras sebab tidak menyukai gadis berkarakter seperti Nona Pertama keluarga Yue.
Siapa yang tidak mengenal Nona Pertama keluarga Yue? Qian Yue, gadis berkelakuan tidak sopan dan suka dengan dunia pria. Atau lebih tepatnya suka bersikap seperti pria sedangkan dirinya adalah wanita terhormat dari Keluarga Jenderal Besar.
Wanita yang merupakan Ibu dari Pangeran Mahkota ialah Permaisuri Yin Xinian. Yin Xinian menurunkan gelas yang dia pegang ke meja, lalu beralih menatap anak semata wayangnya itu.
"Hyunjin kau tidak paham, dengan menikahinya dirimu dengan Nona Pertama, kau akan semakin dekat menjadi calon Kaisar berikutnya," jelas Yin Xinian tenang.
Hyunjin membuang pandangan, tampak ekspresinya tidak sedikit pun senang mendengar ucapan Ibunya.
"Ibu, aku tidak ingin menjadi Kaisar," balas Hyunjin dengan suara pelan, takut jika Yin Xinian akan marah jika mendengarnya. Tapi mau tidak mau, Hyunjin harus menyuarakan pendapatnya, sebab di sini dialah yang dikorbankan.
Mendengar ucapan Hyunjin, kemarahan Yin Xinian naik. Sontak tangan kanannya yang tadi bersandar di meja mendorong cangkir di dekat tangannya, Sehingga cangkir itu terjatuh ke lantai dan pecah.
"Apa yang kau katakan, Hyunjin!" sahut Yin Xinian keras dengan raut wajah sangat marah. Sungguh dia tidak senang mendengar ucapan Hyunjin barusan.
Tentu saja apa yang Hyunjin katakan barusan sangat berdampak dengan rencananya. Yin Xinian tidak ingin rencananya itu hancur karena ketidak inginan anaknya yang menurutnya tidak berguna sama sekali.
Hyunjin terkejut saat mendengar suara pecahan benda dan suara bentakan Yin Xinian. Hyunjin pun menurunkan pandangannya, tidak akan sanggup melihat kemarahan dari Yin Xinian.
Tapi ....
Hyunjin juga ingin memiliki kehidupan sendiri, bukan kehidupan yang dikendalikan ibunya. Dengan keberanian yang dia kumpulkan, Hyunjin kembali mengangkat wajahnya lalu berteriak sedikit keras, "Ibu aku tidak ingin menjadi Kaisar!"
"Hyunjin! Dasar anak tidak berguna!" Yin Xinian beranjak dari kursinya, berjalan menuju Hyunjin dengan keadaan benar-benar marah.
ketika sudah berada di hadapan Hyunjin, Yin Xinian langsung mendaratkan tamparannya di wajah anaknya itu dengan keras, sehingga meninggalkan memar merah di sana.
"Bodoh! Apa kau ingin menghancurkan rencana yang selama ini aku bangun!" bentak Yin Xinian.
Hyunjin hanya bisa dia menunduk setelah menerima tamparan keras. Sambil memegang pipi kirinya, Hyunjin menggelengkan kepalanya.
"Hyunjin tidak berani, tapi ... Aku sungguh tidak ingin menjadi Kaisar," balas Hyunjin pelan.
"Kenapa!? Bukankah kau selalu ingin dikelilingi banyak wanita! Dengan menjadi Kaisar kau bisa menikahi gadis manapun!" sahut Yin Xinian keras.
"Aku hanya lelah Bu, menjadi Pion yang hanya dimanfaatkan oleh Ibu! Ibu sama sekali tidak memperdulikan perasaanku! Apa Ibu pernah peduli sedikit pun, apa aku suka dengan statusku sekarang!? Ini bukan soal di keliling banyak wanita, aku hanya ingin Ibu memperdulikanku!" Hyunjin tidak mau kalah, dia tetap menyuarakan hak suaranya walaupun dia sudah menerima tamparan keras.
Mau bagaimana pun Hyunjin ingin Yin Xinian mendengar semua pendapatnya sekali saja. Sungguh Hyunjin sudah bosan dijadikan pion saja.
Tanpa berpikir panjang Yin Xinian menarik rambut Hyunjin kuat, membuat wajah Hyunjin berada tepat di depannya wajahnya. Tampak Yin Xinian menatap Hyunjin penuh kemarahan, dengan mata melotot besar.
"Apa kau pikir Ibu tidak peduli denganmu! Apa kau pikir usaha Ibu selama ini hanya untuk kesenangan Ibu saja?! Tidak, Hyunjin! Kau harus ingat hidup kita bergantung dengan kau menjadi Kaisar!" balas Yin Xinian keras lalu membuang kepala Hyunjin dengan kasar.
Yin Xinian segera berbalik dengan emosi yang semakin menyulut, tidak ingin berdebat lebih panjang lagi dengan anaknya, Yin Xinian pun langsung pergi keluar. Tapi sebelum itu, dia menekankan satu hal lagi.
"Kehidupan kita dikendalikan, kau harus ingat itu Hyunjin!"
_________________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Sulati Cus
ama anak aja kejam apalagi ama orang lain pasti lbh kejam
sebetulnya klu ingin gagalin perjodohan gampang jebak aja pangeran mahkota dgn adik tirimu biar dia akhirnya nikah in adik tirimu.
2021-02-22
4
𓆩ʙᴇʟᴀ𓆪🄷🄸🄰🅃🅄🅂
semangat
2021-02-04
0
Giserin Pitta Loka
semangat trus thor
2021-02-04
0