Leon tak memperdulikan pertanyaan Angga.
Masih terus memperhatikan Nura. Terus melihat Nura yang masih lahap memakan buah salak.
"Apa kau masih ingin lagi ? Aku akan belikan yang baru. Buah dan buburnya sudah jatuh di lantai."
Tanya Leon lembut.
Dibalas dengan anggukan oleh Nura. Tentu saja Nura masih ingin lagi.
Mendengar Leon berbicara demikian entah kenapa rasanya senang sekali.
Apakah karena bayi dalam kandungannya.
Ya, dalam benak Nura perhatian yang baru saja pasti juga untuk bayinya. Bukan dirinya.
"Sudah habis ya...Aku akan meminta cleaning servis rumah sakit membersihkan ruangan ini. Kamu istirahat dulu di atas ranjang. Aku akan membelikan nya yang baru untuk mu"
Ucap Leon lembut sembari membantu Nura berdiri.
Dengan patuh Nura mengikuti langkah Leon.
"Kak biarkan aku yang membelikannya yang baru. "
Ucap Angga mencoba menawarkan pertolongan.
"Tidak perlu... Aku bisa membelinya sendiri. Dia calon anak ku. Sudah menjadi tanggung jawab ku sebagai ayahnya."
Sambil sibuk membantu Nura membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
"Oh... baiklah... Kamu bisa mencari makanan yang sama di mall. Karena sedikit susah mendapatkan di dekat sini"
Ucap Angga memberi saran.
"Tentu saja untuk anaknya. Bukan untuk ku. Lalu untuk apa aku bahagia. Aku tidak boleh berharap banyak. Sadarlah Nura..."
Batin Nura teriris mendengar beberapa kata-kata dari mulut Leon.
"Nura.... apa kau ingin yang lain. Selain buah salak dan bubur ketan itu ? "
Tanya Steve
"Aa........?"
"Maksudku.... apa bayinya ingin yang lain lagi ?"
Nura nampak sedih mendengar penjelasan Leon.
Dia hanya menggeleng kan kepala.
"Baiklah kalau begitu. Kamu tunggu ya"
Leon pergi meninggalkan Nura.
"Untuk apa kau masih di sini...?"
Tanya Leon karena Angga masih saja didalam ruangan itu.
"Kak.... biarkan aku menjaga Nura"
"Tidak perlu.... Pergi dari sini.!"
Angga malah diam melihat Nura.
Nura mengayunkan tangannya.
"Pulang lah!"
Menggerakkan bibirnya tanpa suara.
"Kalau begitu aku pulang dulu. Jaga keponakan ku baik-baik. Cepatlah Pulih."
Ucap Angga sembari menatap Nura dan dibalas anggukan kecil olehnya.
"Kak....selamat ya... Kamu akan menjadi seorang ayah. Aku harap kamu bisa menjaga bukan hanya bayinya. Semoga kau bisa menjaga keduanya."
"Itu bukan urusan mu!"
Angga pergi meninggalkan ruang an dan meninggalkan Leon dengan Nura sendiri.
"Tu...tuan Leon. Tidak usah di hiraukan ucapan Angga tadi."
Ucap Nura.
"Aku memang tidak menghiraukan. Tidak penting!"
Leon pergi meninggalkan ruangan dan Mendudukkan pantatnya di kursi tunggu sejenak.
Ia merenungi ucapan Angga.
Menjaga keduanya. Tentu saja Leon ingin.
Tapi, apakah bisa ? Apakah mampu?
Tidak, Apakah Nura bersedia menerima dirinya.
Atau ?
Apakah bisa Leon melupakan sepenuhnya kesalahan Nura.
Dalam lubuk hati yang paling dalam.
Leon masih ingin membuat Nura tinggal bersamanya. Karena jika Nura jauh dari pandangan nya. Ia takut Nura tidak bisa makan, Nura kesulitan menjalani hidup. Bagaimana kalau ada orang jahat. Bagaimana kalau ada orang yang memanfaatkan Nura.
"hiks ......hiks......hiks...."
Nura menangis meratapi dirinya yang lemah.
Ingin rasanya mengatakan.
"Aku ingin merawatnya dengan mu. Mendidik nya bersamamu. Segala hal dengan mu."
Tapi, semua selalu saja ada kata tapi.
Leon benar-benar dendam pada dirinya. Leon benar-benar sudah tidak percaya lagi dengan dirinya.
Apakah masih ada harapan agar Leon memaafkan kesalahannya.
Kesalahan yang tidak pernah ia buat.
Sampai kapan drama ini berhenti.
Serasa semua nya semakin berat dan semakin lama.
Ingin rasanya waktu terulang kembali. Ingin rasanya Nura hidup dalam kenangan indah. Dalam masa kecil yang polos dan hanya ada canda tawa.
"Apa......Wanita s****n itu hamil?"
Teriak Clara yang baru saja mendengar ucapan Angga.
Bi Tutik yang mendengar teriakan Clara. Melepas aktivitas nya menyapu dan sedikit mendekat mendengar kan pembicaraan Clara dan Angga.
"Gak.... gak bisa... gak bisa.... ini tidak boleh terjadi...."
Clara panik berjalan kesana kemari.
"Ma... kau ini kenapa. Baguslah kalau Nura hamil anak kak Leon."
"Walaupun aku sakit."
Batin Angga sesungguhnya kecewa mendengar Nura sampai hamil. Ia berharap Nura bisa memilih dirinya. Tapi mau bagaimana lagi semuanya sudah terjadi.
Seakan harapan untuk nya dengan Nura kandas. Hanya bisa menjaga dan tidak memiliki.
"Bodoh....!"
Teriak Clara.
"Sini kamu..!"
Clara menyeret Angga masuk kamarnya.
"Ma.... kau mau bawa Angga kemana ?"
"Ikut mama saja"
"Angga anak mama yang paling tampan. Coba kamu pikir. Kalau Leon punya anak dengan wanita itu. Nanti .....Nanti... ah.... sudahlah percuma mama menjelaskan nya padamu!"
Tentu saja dalam benak Clara, Jika anak Leon dari Nura. Mereka sampai bersatu. Harta mereka akan semakin melimpah ruah.
Dan Clara gagal merebut harta itu dari Leon dan Nura.
****
"Sayang... kamu sedang menulis apa ?"
Tanya Clara pada Alex yang masih sibuk dengan alat tulisnya. (Kala itu Clara masih bersikap baik dengan semua orang , termasuk Leon dan Nura. Sehingga Alex tak memiliki rasa curiga)
"Em... aku masih menulis pembagian harta. Kita manusia tidak ada yang tau kapan akan mati. Jadi aku ingin menulis wasiat untuk anak-anak. Mereka juga sudah besar."
"Oh.... baguslah kalo begitu"
Jawabnya sambil meletakkan secangkir teh diatas meja kerja Alex.
"Kalau boleh tau . Bagaimana kamu membaginya. Eh... aku hanya ingin tau saja. Bagaimana pun keputusan kamu pasti yang terbaik dan aku selalu mendukung. Yang penting keluarga ini bahagia."
(Dalam kepura-puraan )
"50 persen aset aku berikan untuk Leon. 30 untuk Angga , 15 persen untuk Nura dan 5 persen untuk kamu. Bagaimana pun kamu andalan ku. Aku mohon kamu jaga anak-anak"
"Eh.... pasti sayang... pasti aku akan menjaga mereka"
"Siapa anak siapa. Kalau bukan anak ku ya aku buang. Pembagian sialan. Bisa-bisa nya wanita s****n itu juga kebagian (Nura) Bahkan lebih besar dari ku. Kurang ajar! Aku tidak bisa tinggal diam."
****
"Nanti apa ma ????"
Tanya Angga yang bingung.
"Ah... sudah sudah... kamu keluar !"
Ucap Clara sembari mendorong Angga agar pergi.
Dengan cepat Clara mencari ponselnya.
"Tidak bisa... tidak boleh membiarkan mereka punya anak. Apalagi kalau sampai menikah".
Batin Clara panik.
"Heh... kau ini apa kerjanya... tidur!"
Teriak Clara pada Stefy.
Ponselnya sudah tersambung olehnya.
"Dasar nenek tua tidak sabaran!"
"Ada apa lagi..?"
Tanya Stefy Kesal.
"Wanita s****n itu Sekarang hamil. Kau ini bisa kerja gak sih?"
"Sudah hamil...? Cepat sekali"
"Baguslah kalau hamil...!"
"Bagus... ? Bagus kepala mu. Bagaimana kalau mereka sampai menikah. Semua hartanya akan bertumpuk ke mereka."
"Udah Tante tenang aja... Stefy punya rencana sendiri."
"Ah... terserah... cepatlah kamu selesai kan. Buat anak itu tidak ada. Supaya mereka kacau balau lagi"
"Tut...Tut...Tut....."
Dengan kesal Clara menutup telpon.
"Dasar tua Bangka serakah...!"
"Kalau aku ya mau laki-laki dan hartanya. Bagaimana ya kalau aku punya anak dari Leon juga. Pasti dia akan memilih aku kan..? ha..ha.. Sampai sekarang saja mereka belum menikah. Berati aku masih punya kesempatan...Tapi harus sabar dan perlahan."
Stefy menyeringai jahat. sambil memainkan ponselnya.
Readers bantu vote author dong. Beri dukungan Like dan Coment nya.
Supaya author tu semakin semangat 😭😭😭
Terimakasih Terimakasih kalian yang udah baik ya🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Siti Julaeha Julai
lanjut
2020-10-26
0
ptr_25
like
2020-10-20
0