Setelah mendapat kabar dari ibunya. Angga baru bisa pulang 1 hari setelah ayahnya dimakamkan.
Ia melepas semua tas dan koper. Memeluk Clara ibu tercinta.
"Ma... maafkan Angga , Angga baru bisa pulang. Aku ingin ke makam Papa sekarang.!"
Angga memang tidak tau benar rencana Clara. Ia seperti Leon dan Clara yang dipermainkan dan terjebak arus.
"Angga... kamu sudah pulang. Istirahat dulu ! kamu pasti lelah. "
"Ma.... tapi bantu aku tunjukkan makam papa"
Leon lantas berdiri sembari mendorong kursi dengan betisnya.
Ia merasa kesal dengan hiruk pikuk yang Angga tunjukkan. Merasa telinganya gatal dan tak nyaman.
Ya, Leon memang sangat membenci Angga.
"Kak....."
Ucap Angga berusaha menenangkan Leon. Ia sadar kalau dirinya membuat gaduh. dan terlalu berlebihan. Ia sadar Leon membenci dirinya.
"Maafkan aku"
"Jangan pernah kamu anggap aku sebagai kakak mu. Tidak Akan Pernah!"
Leon berjalan pergi meninggalkan ruangan dan berangkat menuju kantor ayahnya.
Setelah Alex meninggal, tentu tidak semuanya berhenti. Semua harus berjalan seperti biasa. Dan Leon lah yang bertanggung jawab melanjutkan semua usaha ayahnya.
Menghidupi adik dan ibu tiri yang harus menjadi tanggung jawabnya.
Bagaimana pun, mereka juga termasuk keluarga.
Semua nya terdiam. Sampai suara mobil Leon tidak terdengar.
"Wah, siapa ini ?"
Ucap Angga pada Nura yang masih tertunduk diam ketakutan. Dan berjalan mendekati Nura.
"Angga....!"
Teriak Clara dan menyeret Angga agar menjauh dari Nura.
"Dia itu yang membunuh ayah kamu. Kamu jangan dekat-dekat dengan pembunuh. Nanti kamu bisa-bisa dibunuh juga olehnya"
"Ma...."
"mama ini jangan asal bicara"
"Tapi memang itu kenyatannya"
"Heh... kamu.... mentang-mentang Leon tidak lapor polisi. Dan masih mengijinkan kamu tinggal di rumah ini. Kamu......! jangan senang dulu ya"
Ucap Clara sembari mendorong kepala Nura dengan telunjuknya keras.
"Ma....."
Usaha Angga meredamkan amarah.
"Sudah..sudah... mama ke kamar saja ya. Angga juga mau beres-beres"
Ucap Angga sembari mendorong ibunya agar menjauh dari Nura.
Angga melihat Nura yang masih menunduk.
Walaupun tak tau apa permasalahan nya. Ia merasa tak tega melihat Nura yang hanya diam dan menangis.
Berusaha tidak terpuruk dalam kesedihan. Nura mulai bekerja seperti yang di perintahkan Leon. Ia mulai ke dapur dan membantu Bi Tutik.
"Bi........."
Nura memanggil lembut.
"eh.... Nona Nura... Kenapa Nona kesini. Nona istirahat dulu saja.!"
Bi Tutik yang masih sibuk mencuci piring. Langsung melepas pekerjaan nya begitu melihat Nura.
Nura hanya diam dan semakin mendekat Bi Tutik.
"Bi... maafkan Nura ya...."
"Semua ini gara-gara Nura"
Tak terasa air matanya mengalir lagi.
Bi Tutik yang tak tega kemudian memeluk Nura lembut. Menenangkan Nura dengan menepuk pundaknya. Agar Nura terasa nyaman dan tak terus bersedih.
"Nona... semua ini sudah takdir. Dan tidak ada yang bisa merubah. "
"Tapi Bi, Memang aku yang memberikan teh itu pada paman"
"Iya Bibi tau, Tapi apa Nona menaruh racun"
"Ti.....tidak bi. Mana mungkin Nura berani. Paman Alex sudah baik sama Nura. Nura tidak mungkin meracuni paman."
"Iya ... iya... Bibi percaya. Sekarang Nona istirahat dulu saja ya"
"Bibi percaya ? bibi percaya pada Nura ? "
Nura sangat bahagia ketika ada orang yang percaya padanya.
Bi Tutik hanya bisa mengangguk kan kepalanya.
Ia juga tidak tau berbuat apa.
Pasalnya pada malam itu. Para pelayan telah sibuk melakukan pekerjaan nya masing-masing(Menyelesaikan pekerjaan terakhir, karena kedua pelayan itu sudah dipecat oleh Leon).
Sampai lelah berdebat, Akhirnya Bi Tutik mengalah dan membiarkan Nura membantunya.
Hingga tiba sore hari, Tugas Nura menyapu halaman. Meski Bi Tutik melarangnya tetap saja akhirnya ia mengalah membiarkan Nura bekerja.
"Nura...."
"Hah....."
Tubuhnya terangkat karena terkejut mendengar suara di balik telinganya.
"Angga....kau mengangetkan ku"
Ucap Nura sembari menepuk jantungnya yang berdetak kencang.
Nura memang sudah kenal dengan Angga. Angga lebih muda 2 tahun darinya. Namun postur Angga yang sudah mulai gagah berotot, Membuat nya lebih tinggi dari Nura.
Angga tersenyum kecil melihat tingkah lucu Nura. Tak menyangka setelah 3 tahun tidak bertemu Nura semakin cantik dan mempesona.
"Nura.. kenapa kamu disini.?"
"Ak... aku... ?"
"Aku masih bekerja"
Dengan cepat Angga merampas sapu yang ada di tangan Nura.
Dan berlari meninggalkan Nura. Ingin bercanda dengannya.
"Angga....."
Teriak Nura. Ia terus mengejar Angga yang menggodanya.
"Ambil ini kalo bisa !"
Teriak Angga yang masih berlari. Menggoda Nura.
"Angga kembalikan..!"
Sampai tiba di suasana yang membuat Nura tertawa geli.
"Aku capek...hah..... hah.... hah...."
Ucap Nura yang terengah-engah berusaha menstabilkan nafasnya.
"Wah.... masak begitu saja sudah nyerah."
"Awas kamu ya!"
"Bukkkkkk....."
Sampai akhirnya Nura menabrak tubuh kekar gagah. Pelan ia melihat keatas memastikan siapa pemilik tubuh indah yang tak asing itu.
"Le....le....Leon?"
Dengan cepat Nura melangkah mundur menjauhi Leon. Ia mulai takut , meremas-remas tangannya. Berusaha menenangkan dirinya. Menundukkan kepala agar tak melihat tatapan menyeramkan.
"Bagus...... Bagus....."
"Kak.... kau mau apa ?"
Ucap Angga khawatir pada Nura. Nampak Nura begitu ketakutan berdiri di hadapan Leon
"Diam.....! ini bukan urusan kamu"
Bantah Leon.
Dengan cepat Leon menarik tangan Nura. Nura kesulitan mengikuti langkah Leon yang begitu cepat. Berusaha melepaskan cengkraman tangan Leon yang kuat. Karena menyakiti pergelangan tangannya.
"Le....Leon. Sakit"
"Sakit.....?"
Ia berhenti di ruang tamu dan menatap tajam mata Nura.
"Itu bukan urusan ku"
Ia berjalan kembali menarik paksa tubuh Nura. Dan membawanya ke atas di kamar Nura.
Tak ada yang berani ikut campur melihat perlakuan Leon pada Nura. Bi Tutik dan Clara hanya menjadi penonton setia. Apalagi Clara yang bangga dengan drama ini.
Dengan kasar ia melempar tubuh Nura di atas tempat tidur. Dan mengunci pintu.
Amarah Leon melihat Nura dekat dengan Angga entah kenapa membuatnya murka dan benci.
"Le... Leon.....Leon... kamu mau apa?"
Mata Nura sudah mulai berkaca-kaca ketakutan. Tubuhnya mulai gemetar.
Leon semakin mendekat, membuat Nura bertambah takut dan berusaha menghindar dari serigala kejam itu.
"Leon, Leon... Telinga ku panas mendengar nya. Mulai sekarang kamu panggil aku tuan...Tuan Muda"
"Le....Leon.... kenapa kamu jadi seperti ini"
"Aku sudah bilang panggil aku tuan muda"
Leon semakin teriak kuat.
Leon semakin mendekati tubuh Nura dan membungkukkan badannya. Agar lebih dekat dengan wajah Nura.
"Dok..dok...dok....dok...."
"Kak..... kak....."
Teriak Angga berusaha menenangkan Leon.
"Tante Clara , Urus anak mu!"
Teriak Leon.
"Maaf Leon... "
Jawab Clara yang sudah menyimak pertunjukan itu. Sudah mencegah Angga agar tidak ikut campur. Tapi Angga berhasil lolos.
"Angga .... kau dengar teriakan kakak mu. Ayo cepat turun"
Sampai perdebatan itu dimenangkan oleh Clara dan Angga turun meninggalkan mereka.
Ya, memang rumah itu 2 lantai. Berisi 3 kamar tidur luas, 1 kamar tamu dan dan 2 kamar milik Nura dan Leon. Beserta 1 ruang kerja milik Alex yang kini di gantikan Leon.
"Kenapa....?"
"Pangeran mu pergi ?"
Ucap Leon karena melihat Nura memandang ke arah pintu.
"Le... Leon... ah tidak... Tu...Tuan muda.. Ak.. aku tidak membunuh Paman Alex. Aku.. aku mohon percayalah padaku."
"Saat ini aku tidak mau membicarakan itu."
Teriak Alex .
"Bagaimana kamu masih bisa berbahagia di atas penderita an orang lain. Bagaimana bisa kamu masih tertawa. Bagaimana bisa kamu masih sempat bermain bahagia. Bagaimana bisa kamu tidak punya rasa bersalah. hah...?"
"Ayahku baru meninggal kemarin"
Teriak Alex membuat Nura semakin ketakutan. Air matanya sudah pecah dan tak sanggup tertahan.
Ia menggigit bibir bawahnya kuat dan Menggelengkan kepalanya. Meremas kuat sprei yang di genggaman nya.
Leon sangat kesal melihat Nura yang bisa bahagia dengan Angga. Entah itu cemburu atau memang rasa kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Elegi Senja
uku selalu dukung karyamu kak... semangat
2020-10-25
1
astri rory ashari
Leon ...kapan kamu sadarnya...😓 Claralah biangnya...Nura sabar y sayang....😘
2020-10-20
3
@icha_31
seru nih
2020-10-19
1