"Oh Bibi ... Gak papa kok. "
Bantah Nura, Tak ingin membuat Bi Tutik menghawatirkan dirinya.
Setalah semua makanan selesai di masak. Nura dan bi Tutik menata rapi di atas meja makan.
Leon yang sudah lengkap dengan setelan jasnya. Ia turun dan menuju meja makan. Ia nampak tampan dan gagah. Laki-laki berwajah indah namun tersembunyi kekejaman.
Melihat Leon, Nura dengan cepat memalingkan pandangan nya.
Menenggelamkan wajahnya agar tak sampai melihat wajah Leon.
Semakin tubuh Leon dekat. Tangan Nura semakin meremas dress-nya kuat.
Bagaimana ia bisa lupa dengan perlakuan Leon kemarin.
Melewati Nura yang berdiri di samping meja makan. Leon berhenti sejenak.
"Takut ??"
"Jangan takut. Aku puas dengan pelayanan mu kemarin, Tunggu saja kalau aku ingin lagi!"
Bisik Leon di telinga Nura. Dan Leon berlalu pergi untuk duduk hendak sarapan.
Nura tak percaya Leon berkata demikian. Dengan berani ia membalikkan badan nya dan berlari menemui Bi Tutik yang masih membereskan sisa makanan. Matanya berkaca-kaca dan Nura berusaha menyembunyikan nya.
"Berhenti...!"
Teriak keras Leon.
"Hah....."
Nura terkejut dan menghentikan langkahnya.
"Kembali, kamu mau kemana. ?"
Dengan pelan Nura membalikkan badannya.
Bi Tutik hanya bisa diam tak berani berkomentar. Sedang Clara yang asik dengan bantalnya mulai terbangun.
Dan segera membersihkan diri tak mau ketinggalan drama selanjutnya.
"Tu....tuan muda. Aku...aku akan membersihkan dapur"
Jawab Nura, Matanya mulai berkaca-kaca semakin menyudut dan hendak pecah . Namun tetap Nura tahan. Tak ingin dirinya terlihat lemah. Ia begitu takut dengan perlakuan Leon.
"Siapa yang menyuruh mu pergi. Kemari!"
Nura berjalan mendekat. Berusaha menyembunyikan air matanya agar tak sampai menetes.
Sampai tiba di hadapan Leon dan berdiri disampingnya.
"Duduk !"
"eh......?"
"Eh....? Aku bilang duduk. ! Bukan Eh"
Dengan patuh Nura duduk di samping kursi Leon.
"Suapi aku..!"
"Su... suapi ?"
" Kamu mulai tuli ? Aku tidak mau mengulang untuk kedua kalinya."
Nura segera sadar dari lamunannya dan menyiapkan nasi dengan lauk kesukaan Leon.
Ikan kakap goreng dan sayur lodeh.
Makanan yang amat Leon sukai. Bahkan Nura masih ingat itu.
Tak lama ponsel Leon berdering. Satu panggilan masuk, nomor telpon rumah dan bukan nomor ponsel. Tanpa nama.
"Selamat pagi , Apakah saya bisa bicara dengan tuan Leon ?"
"Saya sendiri "
"Kami dari laboratorium. Sudah menemukan jenis racun yang tercampur dalam teh bapak Alex, yang beliau konsumsi. Apakah bapak bisa hadir di laboratorium kami hari ini?"
Leon menatap Nura dengan mata elangnya yang tajam. Menggenggam erat tangan kirinya. Menahan emosi yang hampir membludak.
Tatapan Leon membuat Nura takut dan hanya menundukkan kepalanya. Tak berani memandang wajah Leon.
Sejenak Leon menghela nafas. Mengatur amarahnya. Ia masih ingin mendengar hasil dari laboratorium. Dihadapan Nura pastinya.
Tatapan Leon masih tertuju pada Nura yang hanya menunduk. Nura yang selesai menyiapkan makanan. Menurunkan tangannya pelan, Dan kembali menggenggam erat kedua tangannya, berusaha menenangkan diri.
"Katakan saja apa nama racunnya. ?"
Ucap Leon tanpa basa -basi.
"Tapi tuan... semua kami jelaskan tatap muka agar tuan lebih tau banyak"
"Brakkk......"
Dengan kasar Leon menggebrak meja makan. Membuat Nura yang duduk disampingnya terkejut hingga tubuhnya terangkat.
Nura semakin ketakutan. Matanya mulai berkaca-kaca lagi.
"Katakan saja..Karena aku sudah tau pembunuhan nya"
Ucap Leon tanpa memalingkan pandangannya dari hadapan Nura.
"Arsenik....Arsenik tuan. Arsenik racun yang membunuh Bapak Alex"
Ditemani rasa gugup, petugas laboratorium menjawab singkat. Karena mendengar suara gebrakan meja.
Leon mematikan telponnya ,
Dengan cepat ia menarik paksa tangan Nura dan membawanya ke kamar nya.
Dengan kasar ia menghempas tubuh Nura hingga terjatuh lagi di atas ranjang. Kejadian yang sama persis seperti kemarin. Membuat Nura sangat ketakutan dengan adegan ini.
"Sekarang mana sisa racunnya.? Aku akan berikan pada tikus. Dan kamu liat nanti. Bagaimana tikus itu mati. Akan kesakitan. Dan kamu liat betapa menderitanya mati belum pada saatnya."
Amarah Leon mulai tak terkendali.
Angga yang masih di kurung merasa ada sesuatu yang aneh terjadi. Ia sangat menghawatirkan Nura.
Ia terus berteriak pada Clara agar dikeluarkan dari dalam kamar. Namun hanya sia-sia
"Cepat mana racunnya?"
Nura menggeleng kan kepalanya. Tanpa terasa air matanya mulai menetes. Percuma ia menjelaskan. Tidak ada gunanya.
"Oh, aku heran ya.... Bagaimana kamu bisa mendapatkan racun itu. kamu ternyata hebat juga ya."
Yang ada dalam amarah Leon. Bukan nama racun yang baru dikatakan pihak laboratorium. Tapi bagaimana bisa Nura mendapatkan racun dan sampai hati memberikan pada ayahnya.
"Kenapa cuma diam ?"
"Aku bosan melihat air mata kamu itu. bisa gak sih gak usah sembunyi di balik air mata palsu kamu itu ? Aku tu capek liat kamu nangis gak jelas terus. bisanya cuma nangis nangis aja"
"Cepat mana sisa racunnya.!"
Leon mulai mendekati tubuh Nura. Ia kesal karena Nura hanya diam dan menggelengkan kepala.
Nura yang ketakutan, berusaha mundur perlahan menjauhi Leon.
Kini wajah Leon sudah dekat didepan wajah Nura.
"O,.... apa kamu sengaja menyimpan sisanya. Dan kalau waktunya sudah tepat. Kamu campurkan ke dalam makanan ku dan seisi rumah ini. Supaya rumah ini jadi milik kamu penuh.. iya ? "
Nura terus menggeleng kan kepalanya.
Dalam benaknya ia tak tau harus bagaimana. Penjelasan apapun dari Nura tak akan pernah di dengar oleh Leon.
Merasa kesabaran nya di uji. Leon lantas mencari kesana kemari. Di laci, di almari, kamar mandi. Sampai lelah ia tak menemukan sisa racun. Ia ingin membuktikan kalau memang Nura yang membunuh ayahnya. Sehingga Leon tanpa penyesalan menyiksa Nura. Tapi bukti itu tidak ada. Sampai lelah mencari dan waktu semakin siang, Leon menghentikan aktivitas nya dan menghampiri Nura yang masih terisak-isak.
"Baik... aku memang tidak menemukan sisa racun di sini. Tapi kamu tau, sepandai-pandainya kamu menyimpan bangkai pasti baunya akan tercium."
"Tu....tuan muda"
"Oh.... sudah tidak bisu kamu?"
"Aku ... aku tidak punya racun itu. hiks....hiks...aku berani bersumpah... Aku tidak pernah memberi Paman racun. Aku harus bagaimana supaya tuan percaya padaku"
"Mana aku tau... itu urusan kamu. Terus saja memelas."
Leon berlalu pergi meninggalkan Nura sendiri. Karena dia juga punya tanggung jawab besar atas perusahaan properti milik ayahnya.
Melihat Leon yang sudah pergi. Clara lantas masuk mendekati Nura.
Berdiri di depan Nura yang masih duduk di atas ranjang.
"Haduh... kasihan sekali ya kamu. Mau bela diri sampai kiamat juga gak bakal bisa. Mana ada maling teriak maling. Udah ngaku aja deh"
"Tante....aku tidak pernah membunuh Paman. Tante jangan asal bicara"
Nura berusaha membela diri.
"Kamu.....!"
"akhgggggg......Tante sakit"
Rambut panjang indah milik Nura ditarik paksa oleh Clara. Membuat Nura merintih menahan sakit.
"Kamu berani melawan Tante. Kamu itu siapa.? sekarang kamu itu cuma tempat pelampiasan amarah Leon. Gak berguna. Mati aja sana !"
Ucap kasar Clara.
Dan menghempaskan tubuh Nura.
"Mau sampai kapanpun cari bukti juga gak bakal ketemu. Orang buktinya udah aku bakar. ha. ha...."
Batin Clara bangga.
Berlalu pergi meninggalkan kamar Nura.
"Nyonya. Tuan muda Angga sudah saya sajikan makan. Tapi beliau menolak untuk makan."
"Biarkan saja. Pusing saya ngurusi dia. Saya mau arisan. Kamu tinggal siapkan aja makanan lewat jendela seperti biasa. Jangan sampai dia keluar. Nanti saya yang kena amukan Leon lagi. Dah ah...ada tarikan berlian hari ini."
Ucap Clara dan berlalu pergi.
"Baik Nyonya."
Bi Tutik hanya menggeleng kan kepala melihat tingkah nyonya nya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Elegi Senja
semangat selalu kakak authorku 😍 aku mendukungmu
2020-10-27
0