"Keguguran..?"
Angga tertegun mendengar ucapan dokter.
Leon masih menatap dengan tangis diatas kertas perjanjian itu.
Ia tak percaya akhirnya yang dikhawatirkan terjadi.
Tubuhnya serasa kaku tak bisa bergerak. Seakan waktu berhenti dan tak berpihak padanya.
"Dok..... kau pasti bercanda. Ini... ini ... bisakah dengan cara lain. Aku mohon selamatkan bayi kami dok"
Leon mengguncang tubuh dokter yang berdiri dihadapannya. Memohon agar tidak menggugurkan bayinya.
"Tuan cepatlah tanda tangan. Jika terlalu lama, Bisa membahayakan istri anda.!"
Leon masih terdiam sejenak. Air matanya terus dan terus mengalir.
"Tuan... tolong cepatlah !waktunya tidak banyak"
Dengan gemetar Leon mengangkat bolpoin dan terpaksa menandatangani surat keterangan persetujuan dilatasi dan Kuretase.
Selesai Leon tanda tangan, Dengan cepat dokter melaksanakan tugasnya.
Perlahan pintu tertutup dan lampu merah menyala kembali.
"Bughhhhh....."
Leon terjatuh lemas hingga lututnya membentur lantai keras.
Dia menangis sesegukan. Seakan tak bisa menerima kenyataan.
"Aaa................."
Teriaknya keras hingga menggema di depan ruangan operasi itu.
Beberapa orang sampai melihat histeris Leon.
Karena waktu itu masih siang dan banyak orang datang berobat.
"Tuan Leon... tuan tenang ya.... "
Ucap Bi Tutik menenangkan Leon.
"Bu... tolong tenangkan saudaranya.!"
Pinta perawat lain yang berjaga menasehati.
Angga berjalan keluar meninggalkan ruangan itu, Dirinya hendak mencari udara segar. Entah kenapa sangat pengap tempat dia berdiri.
Tak terasa matanya mulai berkaca-kaca.
Betapa besar cobaan yang Nura hadapi.
Kenapa rasanya sakit melihat pujaan hati mengalami penderita-an yang seakan tiada henti dan bertubi-tubi.
Rumah Alex
"Kenapa Angga tidak mengangkat telponnya sih...."
Clara yang tak sabar mendengar keadaan Nura, Cepat-cepat ingin mendengar berita buruk menimpa wanita yang ia benci itu.
Mencoba terus menghubungi Angga namun Angga mengabaikan setiap panggilannya.
"Nomor yang anda tuju sedang sibuk! Silahkan hubungi beberapa saat la...."
"Angga .... heh..... kenapa malah di matikan!"
"Oh, Stefy.."
Tak mendapat jawaban dari Angga, Clara menghubungi Stefy.
"Kamu tau dimana Leon ?"
Clara bertanya tanpa basa-basi.
"Aku tidak tau, Dia meninggalkan rapat. Sampai sekarang belum kembali. Emang kenapa sih ?"
"Heh... Ya sudah ya sudah... percuma tanya sama kamu"
Dengan kesal Clara menutup panggilannya.
"Dasar wanita gila"
Batin Stefy.
"Kenapa dia mencari Leon? Apa ada sesuatu yang terjadi?"
Stefy yang penasaran berusaha mencari info.
Beberapa Jam kemudian
"Nura ......"
"Nura.... "
Leon berjalan mengikuti brankar yang di dorong beberapa perawat.
Hendak dipindahkan ke ruang perawatan.
"Tolong sampaikan pada suaminya. Istrinya bisa pulang malam ini! Atau besok pagi. Dan silahkan selesaikan administrasi ! Untuk saat ini biarkan pasien istirahat"
Pinta perawat kepada Bi Tutik. Karena setelah Dilatasi bisa dilakukan rawat jalan.
"Baik.... baik sus.. Terimakasih"
Leon masih duduk melihat Nura yang terbaring di atas ranjang.
Ia terus menggenggamnya tangannya. Berharap Nura segera membuka mata.
Bi Tutik keluar mencari makan. Mengingat waktunya untuk makan siang.
"Tuan, aku akan pergi membeli makan siang."
Dibalas anggukan oleh Leon.
"Terimakasih banyak bi ..."
"Tunggu sebentar ya tuan!"
Bi Tutik pergi dengan meninggalkan senyuman.
Beberapa Jam Kemudian
Perlahan Nura membuka matanya.
Sampai pandangannya mulai jelas, ia melihat ke langit-langit.
Tempat yang asing baginya.
"Ini dimana...?"
"Ahhh......"
Nura merintih memegang kepalanya yang terasa berat.
Bi Tutik yang mendengar rintihan Nura lantas menghampirinya.
"Nona Nura anda sudah bangun..."
Ucap Bi Tutik bahagia.
Bi Tutik membangun kan Leon yang tertidur di samping ranjang.
"Tuan Leon...tuan... Nona Nura sudah sadar"
"em...emh..."
"Nura... Nura kau sudah bangun. Apa yang kau rasakan ? Kau butuh sesuatu ?"
Leon masih tetap menggenggam tangan Nura, Seakan tak akan pernah melepaskannya.
Nura mencoba mengingat apa yang terjadi. Tak menghiraukan perhatian Leon.
"Bayiku....?"
Perlahan dia mulai ingat. Dan menyentuh perutnya.
"Bayiku.... ? Bi.. Bagaimana dengan bayiku ?"
Bi Tutik malah melihat ke arah Leon. Tak tau bagaimana cara menjawab pertanyaan Nura.
Bahkan Leon bingung bagaimana menjelaskan agar tidak menyakiti hati.
Nura ikut-ikut melihat Leon yang diam.
Melihat Leon menunduk malah membuat Nura teringat kejadian terakhir kali yang ia lihat. Potongan foto Leon dengan Stefy.
Perlahan Nura melepaskan genggaman Leon.
"Nura....."
Panggil Leon terkejut genggaman nya terlepas.
"Kenapa semuanya diam... ?"
"Bagaimana dengan bayi ku ?"
Leon dan Bi Tutik masih saja bungkam.
"hiks....hiks.....huaaaaaaa........haaaaaa......"
Nura tau jawabannya. Dia telah kehilangan bayinya. Dia menangis sekencang-kencangnya.
"Nura... Nura aku mohon tenanglah"
Ucap Leon yang berurai air mata menenangkan Nura. Memeluk erat tubuh Nura agar lebih tenang.
"Kembalikan bayiku.....! kembalikan bayiku....! kembalikan .....! hiks.... hiks..."
Teriaknya dan berulang kali memukul dada Leon.
Lama ia menangis dan mulai bangun dari mimpi buruknya.
"Aku mau sendiri..."
"Nura... aku gak mungkin ninggalin kamu sendiri "
Ucap Leon.
"Aku bilang aku mau sendiri !"
Nura mengulang kata-kata nya dengan nada yang tinggi penuh tekanan.
"Tuan muda Leon!"
Tambahnya dengan menatap tajam mata Leon.
"Baik... aku akan memberimu waktu untuk sendiri. Tapi aku tidak akan pergi jauh. Aku akan menunggu mu di luar. Cepat panggil aku jika kamu membutuhkan bantuan ya...."
Nura mengalihkan pandangannya dari Leon.
Leon dan Bi Tutik berjalan keluar meninggalkan Nura sendiri.
"Bi .... kau pulanglah. ! Biar aku yang menjaga Nura"
Ucap Leon menghawatirkan Bi Tutik jika terlalu lelah.
"Aku akan pulang dan mengambilkan baju ganti untuk tuan dan Nona. Aku akan kembali kesini nanti malam. Pinta dokter, Nona sudah boleh pulang malam ini. Tapi menurut saya, baiknya besok saja. Biarkan Nona istirahat dulu semalam"
"Baik Bi Terimakasih banyak ya...."
"Ya tuan..."
Bi Tutik pergi dan Leon menyelesaikan administrasi.
Sepulangnya membayar tagihan rumah sakit.
Leon melihat Nura melalui kaca pintu. Memastikan Nura baik-baik saja.
Dugaannya benar, Nura berdiri di balkon rumah sakit dan melangkahkan kakinya satu persatu di atas besi balkon.
Dengan cepat Leon berlari dan menarik tubuh Nura dari belakang.
"Nura apa yang kamu lakukan...!"
Teriaknya setelah berhasil menghentikan Nura yang hendak membunuh dirinya.
***
Setelah Leon dan Bi Tutik pergi.
Nura melihat kearah jendela, Tirai yang mengayun terhembus angin seakan mengajaknya untuk melihat pemandangan dari atas.
Ia mulai turun dari ranjang dan berjalan perlahan. Mulai mendekati balkon dan sejenak melihat kebawah. Sangat tinggi, Ia berdiri di lantai 6 dari gedung rumah sakit.
Sejenak merentangkan tangannya menghirup udara sepoi-sepoi yang menyejukkan.
Puas menikmati angin ia melihat betapa indahnya kota yang ia tinggali.
"Indah sekali......"
Tak terasa matanya mulai berkaca-kaca
"Selama 23 tahun ini aku sudah puas melihat semua ini. Sekarang saatnya aku pergi, Bersama rasa sakit atas hidupku."
Perlahan Nura mengangkat kakinya diatas besi penyekat.
***
"Nura.... apa kau gila..?"
Teriak Leon.
Readers makasih ya. Semoga kalian suka.
Jangan lupa vote dan likenya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Julita
semangat ya Thor
aku udah 20 like mendarat. jangan lupa mampir balik👉cinta segitiga 👉love from instagram like dan vote nya ja
2020-12-06
0
Umi Yan
Semangat thor..., ditunggu lagi up terbarunya😊
Salam dari "Cinta Sang Desainer" terimakasih🙏
2020-10-22
0