Suara Leon membuat langkah Nura terhenti. Ia tertegun mendengar Leon memanggil namanya.
Ini sama seperti saat dirinya mabuk kala itu. Pada akhirnya dia akan di usir keluar.
Jika Nura tetap tinggal, Itu hanya akan menambah sakit dan menciptakan luka baru.
Nura segera pergi meninggalkan kamar Leon.
Dan membiarkan Angga membantu Leon.
"Nura......"
Batin Angga tak tega.
Sampai kapan kakaknya tidak bisa memaafkan Nura. Sampai kapan hanya Nura yang menerima luka.
Sebenarnya, apa benar-benar Nura yang meracuni ayah ?.
Tapi Angga tidak pernah percaya akan hal itu. Ia percaya pasti ada yang salah dalam hal ini.
Tapi bagaimana cara membuktikan nya. Bukti yang bisa membuat Leon berhenti menyakiti Nura.
Selesai mengganti baju Leon. Angga menghampiri Nura.
Ternyata pintunya tak terkunci.
Ia melihat Nura yang menangis terisak merebahkan tubuhnya diatas ranjang sambil memeluk guling.
"Nura....."
Panggil Angga.
Mendengar suara memanggil namanya. Dengan cepat Nura menghapus air matanya.
Dan melihat siapa yang datang.
"A...Angga .. kenapa kamu kemari ? tuan... eh Leon...dia...dia sakit. Harus ada yang menemani nya"
"Aku rasa yang lebih sakit dan yang butuh di temani adalah dirimu."
Mendengar ucapan Angga. Nura dengan cepat menghampiri nya dan memeluknya.
Angga sontak terkejut dengan perlakuan Nura.
Hanya untuk menenangkan diri dan membuat Nura nyaman.
Tidak apakan ?
Nura semakin menangis histeris di pelukan Angga.
Angga menerima pelukan Nura, Karena ia sadar, Nura sangat membutuhkan orang disisinya saat ini.
Lama Nura memeluk Angga. Hingga lelah ia menangis dan melepaskan pelukannya.
"Ma... maaf maafkan aku, aku sudah lancang"
Angga membalas dengan senyuman.
"Nura..."
Ucap Lembut Angga sambil sesekali menghapus air mata yang beberapa masih membasahi pipi Nura.
"Aku tidak keberatan. Sama sekali tidak"
Angga semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Nura. Ia mencoba memberanikan diri meluapkan isi hatinya.
"Jika Nura butuh seseorang dalam hal apapun. Aku siap, sebisa mungkin aku akan ada untuk Nura"
Nura tersenyum mendengar ucapan Angga.
"Terimakasih Angga... terimakasih banyak"
"Nura... aku ingin bertanya..apakah kamu mencintai kak Leon.?"
Mendengar ucapan Angga. Nura diam sejenak dan malah menunduk menangis.
Melihat bahasa tubuh Nura. Angga tau jawabannya. Terlihat jelas dia sangat mencintai Leon.
Ia memeluk Nura lagi dan meletakkan kepalanya pada dada bidang miliknya.
Membiarkan Nura melegakan perasaan nya.
Sampai suara tangis tak terdengar, Angga mencoba berbicara lagi.
"Nura..."
(Nura masih dalam pelukan Angga)
"Aku tau kau sangat mencintai kak Leon. Tapi aku merasa, Kak Leon selalu menyakiti mu. Dan aku tak tega melihat kamu diperlakukan kasar olehnya, Walaupun dia kakak ku sendiri."
Nura melepas pelukannya dan melihat ke arah Angga. Sembari mengusap air matanya.
"Dia tidak menyakiti ku. Saat ini dia hanya salah paham padaku. Aku yakin pasti semua ini akan segera berakhir. Dia masih mengira aku yang membunuh Paman Alex. Tapi Angga.... Angga percayalah, aku tidak pernah membunuhnya. Aku tidak pernah Angga, percayalah padaku.... hiks... hiks...."
Dengan cepat Angga memeluk tubuh Nura.
Melihat kondisi Nura. Hati Angga semakin sakit. Entah kenapa begitu sakit.
Ia melihat mata polos itu benar-benar berbicara. Mata itu dengan nyata menjelaskan bahwa memang bukan dia yang melakukan nya.
"Angga ... a... Angga percayalah padaku....hiks...hiks..."
Nura berbicara hingga sesegukan. Karena terlalu lama menangis.
"Iya Nura... aku percaya... Aku percaya "
Angga membelai lembut kepala Nura agar membuat nya lebih tenang. Seperti nya ini bukan waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya.
Pagi Hari
Leon perlahan membuka matanya dan memegang kepala yang terasa berat.
Dia melihat Angga tertidur di samping nya.
"Kenapa dia tidur disini ?"
Semalam setelah memenangkan Nura. Angga Kembali ke kamar Leon untuk menjaganya.
Ya karena itu permintaan Nura melalui perdebatan.
Leon tak ingat apapun kejadian semalam. Ia nampak bingung. Ingin bertanya pada Angga tapi ia tak tega membangunkan tidurnya yang nampak pulas.
Bagaimana ia bisa sampai ?
Apa yang terjadi pada dirinya ?
Dan kenapa Angga sampai tidur di kamarnya.
Sesekali mencoba mengingat, Semalam hendak bertemu dengan tuan Howard. Tapi dia ingat sekilas, sepertinya dirinya pingsan.
"Nanti saja tanyakan pada Stefy apa yang terjadi."
Batinnya.
Sembari menunggu Angga bangun. Leon menjalankan ritualnya untuk mandi.
Selesai membersihkan tubuhnya. Ia merapikan diri untuk segera ke kantor. Angga masih nampak pulas dalam mimpinya. Sehingga Leon mengurungkan niatnya untuk bertanya.
Setelah membuka pintu, ia mendengar suara di balik kamar Nura.
"Uweeeekkkk.... uweek...oekghhhhhh......"
Dengan cepat Leon masuk. Ternyata kamarnya tidak di kunci.
"Nura....."
Leon nampak panik. Di atas westafel kamar mandi, Nura sedang memuntahkan isi perutnya.
Dengan lembut Leon memijat leher Nura agar membuat nya lebih nyaman.
Sesekali memegang perut Nura.
"Nura... kau baik-baik saja...? Dia membuat mu muntah ?"
Ucap Leon sembari memegang perut Nura.
Dengan cepat Nura menghindar. Dan menundukkan kepalanya.
"Aku... aku baik-baik saja tuan. Ini... ini adalah hal biasa bagi ibu hamil."
"Tapi aku gak tega lihat kamu seperti tadi. Bagaimana kalau aku antar kamu ke dokter ...? ya...? Kita minta obat supaya kamu tidak terlalu sering mual."
Nura hanya menggeleng kan kepalanya. Melihat Leon, Ia teringat akan kejadian semalam. Masih teringat dan belum sepenuhnya hilang.
Leon kemudian meletakkan siku kakinya di atas lantai.
Dan mengarahkan wajahnya dekat dengan perut datar Nura.
"Sayang... jangan buat mama susah dong. Kamu gak kasian sama mama?"
Berbicara dengan calon bayinya, seperti ayah yang sedang menasehati anaknya.
Nura menjadi salah tingkah dan tak tau apa yang harus dilakukan. Hanya diam dan tak berani berkomentar.
"Papa pergi dulu... ingat... jangan buat susah mama mu lagi ya..?"
Ritual yang mulai menjadi aktivitas rutin. Leon mencium perut Nura.
Puas bicara dengan calon bayinya. Leon berdiri menghadap Nura.
"Aku ke kantor dulu..."
Dibalas anggukan oleh nya.
Leon menghilang dari pandangan nya. Nura memegang perutnya lembut. Dan tersenyum kecil.
Entah kenapa terasa begitu nyaman menerima perlakuan Leon. Mungkin karena dia ayahnya. Jadi bayinya senang.
"kamu senang di perhatikan ayahmu ya sayang...."
Batin kecil Nura bicara dengan calon bayinya. Sejenak kejadian semalam terlupakan karena perlakuan yang baru saja Leon tunjukkan.
Di dalam mobil
"Paman Joni, sebenarnya apa yang terjadi dengan ku semalam"
Paman Joni menjelaskan semuanya.
Leon mencoba mengingat.
"Apakah gara-gara anggur itu..?"
Batinnya.
Clara datang ke kamar Nura dengan membawa segelas bubur kacang hijau hangat.
"Nura..... Tante buatkan bubur kacang hijau untukmu..."
Dalam senyum palsu.
Nura menerima dengan senang hati.
"Terimakasih Tante..."
"Eh ....sama-sama..."
"Oh iya... apa kamu masih mual ?"
"Biasanya hanya pagi Tante. "
"Dulu saat hamil Angga. Tante itu jarang sekali mual. Malah hampir tidak pernah.
Maaf atas sikap Tante kemaren-kemaren ya. Soalnya Tante itu lagi pusing waktu itu"
Cerita hangat palsu dari Clara membuat Nura hanya tersenyum mendengar nya.
Nura tak berani berkomentar, Beberapa hari yang lalu. Sikap Clara juga buruk padanya. Jadi, Nura tidak ingin percaya lagi dengan Clara.
"eh .. kalau begitu kamu minumlah buburnya. Tante pergi dulu"
" Terimakasih Tante "
Dengan sengaja Clara menjatuhkan amplop di kamar Nura. Nura memanggilnya, Namun tidak dihiraukan oleh Clara.
Nura mengambil dan hendak ia berikan pada Clara.
Nura melihat ada satu foto keluar dari dalam amplop itu.
Nampak wajah Stefy yang tertidur dengan gaun merah yang nampak berantakan. Bahunya terlihat terbuka bahkan hampir menunjukkan payudara nya.
Nampak juga paha mulus miliknya.
Karena penasaran, Nura melanjutkan melihat sisa fotonya.
Dan betapa terkejutnya. Ternyata....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments