Karena banyak orderan undangan, walaupun hari Minggu Dimas berangkat kerja. Begitu juga dengan pegawai yang lain. Tetapi kalau hari Minggu kerjanya setengah hari saja. Selesai zuhur sudah pulang.
Ketika Dimas sampai di percetakan, Nita baru saja sampai. Mereka ketemu di parkiran
"Selamat pagi mas Dimas...." sapa Nita pada Dimas.
"Kok tumben lama Mas?" tanya Nita heran.
"Biasa, malam minggu acara di TV seru. Aku tadi malam nonton sampai larut malam. Makanya kesiangan, jawab Dimas sambil berjalan masuk.
"Tumben kompak, sampainya bersamaan." sapa mas Bambang di depan pintu masuk ke percetakan.
"Ah... kebetulan kami ketemu di parkiran tadi." jawab Dimas sambil berjalan masuk. Nita hanya tersenyum malu.
Viola di rumah sudah tidak sabar menunggu kedatangan Dimas. Sejak melihat bekas lipstik di kemeja Dimas, perasaannya tidak tenang.
Sebenarnya Viola ingin menelepon Dimas, tetapi niatnya diundurkan dulu. Kalau ngomong melalui telepon kan gak enak, batin Viola dalam hati. Sehingga ditunggunya sampai Dimas pulang kerja.
Seperti biasa, setiap jam 10 pagi saat Dimas break, dia selalu menelepon Viola nanya keadaannya. Pagi ini juga Dimas nelepon seperti biasa.
"Lagi ngapain sayang." tanya Dimas saat menelepon Viola.
"Lagi nonton TV nih.... kamu jam berapa pulang?" tanya Viola.
"Kenapa.... sudah kangen ya." jawab Dimas sambil becanda.
Viola hanya menjawab biasa saja, padahal dalam hatinya sudah geram pingin marah.
Perilaku Nita yang selalu mencari simpati Dimas mulai tercium juga oleh mas Bambang. Kemudian mas Bambang menjumpai mas Rizky di ruang kerjanya.
Mas Bambang : "Mas... kalau saya perhatikan, sepertinya si Nita ada hati pada Dimas loh."
Mas Rizky : "Dari mana mas Bambang tau?"
Mas Bambang : "Setiap hari Nita masuk ruang kerja Dimas."
Mas Rizky : "Ah.... mungkin ada yang ditanyanya. Kan biasa, kalau ada yang kurang ngerti pasti nanya."
Mas Bambang : "Kalau setiap hari nanya, kan sudah gak wajar. Awalnya nanya tentang kerjaan, lama kelamaan..... Apalagi Dimas orangnya ganteng, baik lagi."
Mas Rizky : "Benar juga itu mas. Namanya laki-laki normal, mana ada yang menolak bangkai. Laki-laki semuanya buaya. Kasihan Viola ya... mana lagi hamil besar. Coba kita selidiki dulu mas Bambang, kalau terbukti bersalah baru kita ambil tindakan."
Mas Bambang : "Baik mas, biar saya selidiki dulu."
Sesampai di rumah, Dimas disambut Viola seperti biasa. Dimas pun bermain dengan Nauval. Setelah Nauval tidur siang, Dimas pun mau ikut tidur. Tetapi Viola melarangnya dan mengajaknya berbicara berdua di kamar.
"Tidur yok Vi," ajak Dimas pada istrinya.
"Mas... ada yang mau aku bicarakan." kata Viola sedikit ketus.
"Kok serius kali sih Vi, ada apa?" tanya Dimas heran.
"Mas... coba lihat, ini bekas lipstik siapa!" Viola menunjukkan kemeja yang semalam dipakai Dimas.
"Lipstik siapa, aku gak tau." jawab Dimas dengan penuh heran. Dia heran kenapa ada noda lipstik di kemejanya.
"Kenapa kamu gak tau, ini kan kemeja kamu. Kalau kemeja orang lain mungkin kamu gak tau. Tapi ini kemeja sendiri kok gak tau!" desak Viola.
"Iya benar aku gak tau Vi...." jawab Dimas.
"Semalam kamu ada pergi sama siapa!" tanya Viola.
"Semalam aku memang ada mengantar Nita pulang. Sebelum pulang kami singgah ke apotik beli obat. Dari situ terus ke rumah kontrakan Nita. Setelah Nita sampai depan rumah, aku pun langsung pulang." Dimas menjelaskan pada Viola.
"Oh... sejak kapan kamu jadi supirnya Nita. Dibayar berapa kamu sama Nita sampai rela ngantarkan dia pulang, sementara aku menunggu kamu sampai aku ketiduran di sofa!" Viola semakin marah.
"Apa gak boleh aku menolong orang yang lagi kesusahan. Dia gak bawa kendaraan makanya numpang sama aku. Lagian jalan yang kulewati searah dengan rumah dia. Apakah itu salah!" Dimas pun sedikit emosi.
"Bukan gak boleh kamu menolong orang, tapi ada batasnya. Jangan karena kamu menolong orang lain, kamu korbankan perasaan istri. Kamu lebih mengutamakan orang lain dari pada istri sendiri!" jawab Viola sambil menangis.
"Aku gak tau cara berpikirmu Vi. Kamu terlalu curiga. Kamu terlalu curiga pada si Nita. Padahal dia banyak menderita karena suaminya..... " belum sempat Dimas menjelaskan panjang lebar sudah dipotong Viola.
"Itu bukan urusan kamu. Sengaja dia cerita sama kamu seperti itu karena mau mencari simpati sama kamu. Kamu kan gak tau sebenarnya dia itu si..... " Dimas langsung memotong omongan Viola.
"Aku gak mau ribut Vi. Aku capek selalu ribut masalah ini. Sekarang apa yang harus aku lakukan supaya kamu senang, gak curiga lagi!" Dimas gak tahan melihat air mata Viola.
"Aku mau, putuskan hubunganmu dengan Nita." jawab Viola.
"Aku gak punya hubungan khusus sama Nita. Tapi kalau memang membuat kamu senang, ya sudah mulai besok aku akan menjaga jarak dengannya." kata Dimas sambil mendekati Viola.
Viola hanya tertunduk dan menangis.
Kemudian Dimas baru ingat, semalam saat di depan rumah Nita, dia sempat menarik tangan Nita karena Nita terpeleset.
Mungkin lipstik Nita yang menempel di kemejanya. Kemudian Dimas pun menjelaskan semuanya pada Viola.
"Maafkan aku ya Vi, kalau semua ini membuat kamu terluka. Demi Allah aku gak ada niat mengutamakan orang lain dari pada istriku sendiri." Dimas pun memeluk Viola dan menyesali kejadian semalam.
Keesokan Hari.
Saat jam istirahat makan siang, mas Bambang cepat-cepat berjalan mendekati ruang kerja Dimas. Ternyata Nita juga sudah didekat situ. Belum sempat Nita mengajak Dimas ke kantin, Mas Bambang langsung menarik tangan Dimas dan mengajaknya ke kantin.
"Yok Mas, kita ke kantin. Ada yang mau saya omongkan." kata mas Bambang sambil manarik tangan Dimas.
Sampai di kantin, mas Bambang mengajak Dimas duduk di pojok agar obrolannya tidak di dengar orang lain. Sambil makan, mas Bambang ngobrol pada Dimas.
"Kok mas perhatikan, belakangan ini Nita sering masuk ruang kerja kamu Mas. Ada bisnis apa, bagi-bagi lah... mas juga mau loh." tanya mas Bambang.
"Bisnis apa? Gak ada kok mas. Nita sering nanya kerjaan, kadang-kadang minta ditunjukkan contoh undangan yang lagi viral sekarang ini." jawab Dimas menjelaskan pada mas Bambang.
"Hati-hati berduaan di dalam ruangan, karena orang ketiganya adalah setan." kata mas Bambang sambil tertawa.
"Iya mas. InsyaAllah saya bisa menjaga jarak kok mas." jawab Dimas.
"Syukurlah kalau gitu. Mas sekedar mengingatkan saja. Lagian kalau di dalam ruangan berdua yang bukan muhrim, akan menimbulkan fitnah." kata mas Bambang lagi.
Kemudian mas Bambang pamit duluan, sedangkan Dimas masih duduk di kantin sendirian. Dia masih merenungkan omongan mas Bambang barusan. Mulai sekarang aku harus jaga jarak sama Nita, demi Viola dan fitnah orang, batin Dimas dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
💞Adinda Tya💞
sippppzzzz mas
2020-11-18
1
Ade Firandarii
mantap betulll
2020-11-13
1
Umi Yan
Semakin seru ceritanya kak. Ditunggu lagi up terbarunya, semangat..., 😊💪🙏
2020-11-02
1