Pindah Rumah

Pagi ini saat Viola bangun tidur, langsung dia masuk ke kamar mandi. Dimas yang sedang tertidur pulas, begitu mendengar Viola muntah-muntah langsung bangun dan masuk ke kamar mandi yang kebetulan tidak terkunci. Dimas pun memijit-mijit pundak Viola.

"Aku ambilkan air hangat ya?" tanya Dimas pada Viola setelah sudah di tempat tidur.

Viola hanya mengangguk menandakan setuju. Badannya lemas.

"Ini minumnya Vi." kata Dimas sambil ingin memasukkan langsung ke mulut Viola.

"Biar aku minum sendiri." kata Viola sambil cepat-cepat mengambil gelas dari tangan Dimas.

Andaikan saja Reza masih ada, pasti dia yang akan sibuk mengurus aku. Dia yang akan selalu menyulangi makan dan minumku. Dan dia yang selalu memijit-mijit aku, batin Viola sedih.

Meskipun sudah dua hari Viola menikah dengan Dimas, tetapi sikap Viola masih dingin saja. Setiap ditanya Dimas, Viola jawabnya singkat dan ketus.

"Sri, gimana kalau Dimas dan Viola tinggal di rumahmu saja. Kamu yang tinggal di rumah ibu. Ibu kan tinggal sendiri, kamu juga sendiri. Karena yang dikandung Viola darah daging Reza, jadi ibu bertanggung jawab atas semuanya." kata nek Sani.

"Kalau saya sih setuju saja nek, tapi keputusan ada pada Dimas. Dimas juga ada rencana, meskipun biaya kuliah dan biaya hidup dibantu nenek, tetapi dia ingin bekerja. Rencananya, pagi kerja sore kuliah." kata mbak Sri ibu Dimas.

"Oh gitu." kata nek Sani

"Tapi begitupun, nanti saya sampaikan sama Dimas ya nek." kata mbak Sri lagi.

Sejak papa Viola terkena strok, usaha percetakannya untuk sementara dipegang orang kepercayaannya yaitu mas Rizky.

"Ma.... gimana kalau usaha percetakan kita, kita serahkan pada Dimas. Dari pada sama orang lain, kan lebih bagus sama menantu sendiri. Kalau Viola sudah melahirkan, bisa ikut bekerja disitu juga. Jadi mereka biar lebih mandiri." kata papa pada istrinya.

"Jadi gimana dengan kuliah Dimas pa?" jawab mama.

"Kuliah kan bisa sore, jadi paginya bisa bekerja di percetakan." kata papa.

"Mama pikir ide papa itu cukup bagus. Nanti mereka biar menempati rumah kita yang ada di kota. Jadi Dimas pergi kerja dan kuliah lebih dekat dari pada kalau tinggal dengan kita disini." kata mama.

Awalnya Viola tidak setuju, karena dia gak mau hidup pisah dengan kedua orang tuanya. Apalagi hidup berdua dengan orang yang telah membuat Reza meninggal.

"Ma, Viola gak bisa hidup dengan Dimas. Viola gak mencintainya." kata Viola sambil menangis.

"Dia sudah menjadi suamimu yang sah. Kemanapun dia pergi, kamu harus ikut. Mama pun dulu saat menikah dengan papa gak ada rasa cinta, karena kami dijodohkan. Kebetulan ibunya papa berteman dekat dengan ibunya mama. Padahal saat itu papa mu sudah mempunyai pacar. Seiring berjalannya waktu kami pun saling mencintai. Awalnya memang susah, tapi lama kelamaan pasti bisa. Yang penting kita selalu menerima dia apa adanya, jangan kita bandingkan dengan orang lain. Reza merupakan masa lalu, yang mau kita jalani masa depan. Jangan pernah lihat lagi ke belakang." kata mama sambil membelai rambut Viola.

"Bagaimana Mas dengan tawaran papa yang semalam." kata papa Viola membuka pembicaraan saat selesai makan malam.

"Kalau Dimas sih terserah Viola saja. Dimas juga memang ada rencana pa, nanti kalau sudah masuk kuliah mau bekerja. Pagi bekerja, sore sore kuliah." kata Dimas menjelaskan.

"Nanti mama papa akan sekalu menjenguk kalian." kata mama sambil melirik Viola.

"Mau kan Vi pindah ke rumah kita yang lama bersama Dimas? Kalau kamu sudah melahirkan, kamu bisa ikut bekerja di percetakan dengan Dimas. Atau mau kuliah juga bisa." kata papa lagi.

Viola hanya mengangguk pertanda setuju.

Malam hari selesai sholat isya, Dimas dan Viola membereskan pakaian yang akan dibawa pindah besok.

Pakaian dan barang Viola cukup banyak sehingga sudah satu jam memasukkan ke koper dan ke kotak tidak selesai juga.

"Vi...kamu tidur saja. Biar aku nanti yang membereskan semuanya." kata Dimas pada Viola.

"Gak apa-apa kok, lagian aku belum ngantuk." jawan Viola.

Dimas pun diam saja. Setelah setengah jam belum selesai juga, akhirnya Dimas pun menyuruh Viola menghentikan menyusun barang-barangnya. Tetapi Viola tidak mendengarkan omongan Dimas.

Akhirnya Dimas mendekati Viola. Setelah sudah dekat, pundak Viola dirangkulnya dan dibawanya menuju tempat tidur. Viola mengelak tidak mau karena belum siap memasukkan ke koper dan ke kotak.

Tanpa pikir panjang, Dimas pun membopong Viola dan membawanya ke tempat tidur. Spontan Viola menjerit.

"Mas... turunkan. Mau kamu apakan aku." kata Viola dalam gendongan Dimas.

Dimas diam saja sambil berjalan ke tempat tidur.

"Sekarang kamu tidur, biar aku yang akan membereskan semuanya. Kalau kamu gak nurut juga, akan aku cium kamu." kata Dimas sambil menyelimuti Viola.

Mendengar omongan Dimas, Viola langsung menutup mulutnya dengan kedua tanganny. Melihat Viola takut seperti itu, Dimas pun tersenyum sendiri.

Selesai sudah aku beres-beres barang Viola, batin Dimas. Dia pun segera mencari bantal dan selimut untuk dipakai tidur. Kebetulan bantal yang biasa dipakai Dimas, dibawah kaki Viola. Pelan-pelan Dimas mengambilnya.

Tiba-tiba Viola terbangun saat tangan Dimas mengambil bantal tersebut menyenggol betis Viola. Viola terbangun dan langsung marah.

"Kamu mau ngapain Mas, mau memperkosa aku!" kata Viola dengan sedikit marah.

"Kalau aku mau memperkosa kamu, sudah dari awal saat pertama kali aku tidur di kamar ini Vi. Kita sudah resmi jadi suami istri Vi. Tapi aku gak melakukan kewajibanku sebagai suami. Kamu tau kenapa? Karena kamu gak mencintai aku, kamu hanya mencintai Reza.

Kalau tetap aku lakukan juga, sama saja dengan pemerkosaan. Aku gak mau itu. Aku mau melakukan itu karena dasar cinta bukan karena nafsu semata. Dan perlu kamu tau Vi. Aku sudah mencintai kamu sejak pertama kali kita ketemu pagi-pagi di dekat meja piket. Tetapi aku gak berani mengutarakannya karena Reza pernah cerita kalau dia naksir berat sama kamu. Jadi aku harap kamu jangan pernah berpikir kalau aku akan memperkosa kamu, walaupun kamu sudah sah milik aku. Aku masih punya harga diri Vi." kata Dimas sambil meninggalkan Viola sendiri di kamar.

Begitu Dimas keluar dari kamar, Viola pun menangis dan menyesali perkataannya barusan. Dia tidak menyangka ternyata Dimas selama ini mencintainya, bahkan rela memendam perasaannya demi Reza.

Kenapa aku tega berbuat hal ini pada Dimas, batin Viola dalam hati. Karena kecapean menangis, akhirnya Viola pun tertidur juga.

Begitu semua barang-barang diturunkan dari mobil, Dimas pun segera membereskannya. Semua pakaian mereka disusun ke lemari. Pakaian dalam Viola juga Dimas yang menyusun ke lemari. Viola tidak boleh ikut membereskan. Dia hanya disuru istirahat saja.

"Coba kamu lihat Vi. Betapa perhatiannya Dimas sama kamu. Semua pekerjaan dihandlenya sendiri. Kamu tidak boleh membantunya. Kamu hanya disuru istirahat. Begitu pun masih kamu bilang gak bisa mencintai Dimas?" kata mama pada Viola.

"Iya loh ma, Viola akan selalu belajar untuk mencintainya." kata Viola sambil berjalan ke dapur.

Setelah semuanya selesai dibereskan Dimas, mama dan papa Viola pun kembali pulang ke rumahnya.

Terpopuler

Comments

💞Adinda Tya💞

💞Adinda Tya💞

waahhhh

2020-11-17

1

Aen

Aen

Gemes banget

2020-11-15

1

Ade Firandarii

Ade Firandarii

bagus banget si

2020-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!