Hari ini hari Senin tepat seminggu sudah Reza menginggal dunia.
Sejak kepergian Reza, Dimas tidak tenang. Dia selalu dibayangi rasa bersalah.
Dimas merasa, karena ajakan dia lah makanya Reza meninggal dunia.
Apalagi dengan pesan terakhir Reza yang memintanya untuk menjaga Viola dan bayinya.
Apa Viola sedang hamil. Kenapa Reza ngomong seperti itu. Berarti Viola lagi hamil anak Reza. Tapi Viola kelihatan biasa saja. Perutnya tidak besar, batin Dimas dalam hati.
Seribu pertanyaan muncul dalam benaknya.
Kepada siapa aku menceritakan ini semua?
Pada ibu, atau pada nek Sani, atau pada Viola, batin Dimas. Hatinya tidak tenang.
Sementara Viola di rumahnya juga mengalami hal yang sama.
Gimana dengan kandunganku. Semakin lama perutku akan semakin besar. Papa mama pasti akan marah besar karena menanggung malu. Apalagi yang melakukannya, orangnya sudah meninggal. Batin Viola dengan perasaan takut.
Sejak Reza meninggal, kondisi Viola semakin parah. Badannya semakin kurus karena tidak nafsu makan dan juga terlalu banyak yang dipikirkannya.
Mama Viola semakin hari semakin curiga. Setiap sarapan pagi, Viola bawaannya mau muntah.
Suatu pagi mama nya masuk ke kamarnya.
"Tok-tok .... Viola!"
Karena tidak ada jawaban, mama nya pun masuk ke kamarnya.
Ternyata Viola lagi di kamar mandi sedang muntah-muntah.
Mendengar mama nya ada di kamar, dia pun cepat-cepat keluar.
"Ada apa ma." kata Viola dengan nada heran.
"Kamu kenapa Vi. Mama lihat kamu setiap pagi kok mual-mual. Ada apa sebenarnya Vi? Coba ceritakan pada mama." kata mama dengan tegas karena sudah mulai curiga.
"Viola gak apa-apa kok ma." jawab Viola sambil tertunduk karena tidak berani menatap wajah mama nya.
"Coba jujur pada mama. Mama gak pernah ngajari kamu berbohong." kata mama nya.
"Viola gak bohong loh ma." kata Viola lagi.
"Jangan kamu bohongi mama Vi!" suara mama nya semakin keras.
Papa Viola yang sedang menikmati kopi di teras, terkejut mendengar suara istrinya. Dia pun segera masuk ke dalam. Begitu sampai di depan pintu, dia terkejut mendengar percakapan istri dan anaknya di kamar.
"Maafkan Viola ma, sebenarnya Viola hamil." kata Viola dengan suara terbata-bata sambil menangis.
"Apa ..... kamu hamil dengan siapa Viola?" kata mama nya dengan suara lebih keras lagi dari sebelumnya.
"Re... za... ma." jawab Viola sambil menangis dengan keras.
Tiba-tiba papa nya terjatuh di depan pintu kamar Viola.
Segera Viola dan mama nya keluar dari kamar dan menyaksikan pak Rudi sudah tergeletak di lantai dan tidak sadarkan diri.
Viola pun menangis sejadi-jadinya karena merasa bersalah atas semua perbuatannya.
Kemudian mama dan Viola membawa pak Rudi ke rumah sakit.
Sesampai di rumah sakit, papa Viola segera ditangani dokter. Viola hanya bisa menangis menyesali semuanya.
Kata dokter, pak Rudi terkena stroke dan serangan jantung. Kebetulan papa Viola memang ada penyakit jantung dan darah tinggi.
Setelah papa nya sadar, Viola pun masuk dan meminta maaf. Papa nya seperti ini karena perbuatan dia.
Sejak kejadian itu, papa Viola tidak bisa jalan sama sekali. Viola merasa sangat bersalah.
Nasi sudah menjadi bubur. Mau kayak manapun Viola kita marahi, tidak akan kembali seperti semula.
Sekarang yang perlu kita pikirkan, siapa yang bisa menggantikan Reza. Bagaimanapun kita harus mencari ayah untuk calon bayi Viola, walaupun itu ayah sementara. Harapan papa, kalau bisa ya suami seterusnya. Tapi kalau gak ada, suami sementara juga gak apa-apa.
Itulah kata-kata yang diucapkan papa Viola pada mama nya.
Setelah papa Viola pulang ke rumah, mereka pun berkumpul dengan adik sepupu pak Rudi yang kebetulan rumahnya dekat dengan rumah pak Rudi.
"Bagaimana menurutmu Ded masalah Viola ini. Gimana jalan keluarnya." kata pak Rudi meminta pendapat dari adik sepupunya setelah pak Rudi menceritakan semuanya.
"Kalau menurut saya, kita harus memberitau keluarga Reza. Bagaimana pun, keluarga Reza harus tau ini semua. Karena yang dikandung Viola, darah daging Reza." jawab pak Dedi pada abang sepupunya.
"Kalau memang seperti itu, besok kamu bawa kakakmu (maksudnya mama Viola) dan istrimu ke rumah keluarga Reza." kata papa Viola pada pak Dedi adik sepupunya.
Besok malamnya, datanglah mama Viola dan pak Dedi beserta istrinya. Papa Viola tidak ikut, karena tidak dapat berjalan lagi sehabis kena strok.
Sejak Reza meninggal dunia, hampir setiap malam mbak Sri tidur di rumah nek Sani. Ini semua karena permintaan nek Sani yang merasa kesepian sejak ditinggal cucu satu-satunya.
Segera mbak Sri membuatkan minum untuk tamu nek Sani. Hanya dalam hati kecilnya bertanya-tanya. Ada keperluan apa ibu Viola datang ke rumah nek Sani. Kok tumben mau datang, biasanya gak pernah datang, batin mbak Sri.
Nek Sani menangis setelah mendengar penjelasan pak Dedi dan mama Viola.
Kemudian nek Sani minta waktu pada keluarga Viola untuk mencari pengganti Reza. Karena tidak mudah mencari calon suami walaupun itu suami sementara.
Setelah pak Dedi dan keluarga pulang, nek Sani memanggil mbak Sri yang sedang berada di dapur.
"Ada apa nek." kata mbak Sri pada nek Sani.
Kemudian nek Sani menceritakan pada mbak Sri maksud dan tujuan kedatangan keluarga Viola.
"Ibu mau minta tolong sama kamu Sri. Mau kah Dimas menggantikan Reza untuk menikah dengan Viola. Pernikahan ini juga hanya sementara. Hanya untuk menutupi rasa malu. Setelah anak Viola lahir, mereka pisah.
Tapi kalau Dimas mau menjadi suami Viola seterusnya, lebih bagus lagi." Kata nek Sani pada mbak Sri.
Namanya hidup di kampung, semuanya serba dijaga. Salah sedikit saja jadi omongan orang sekampung.
Kemudian mbak Sri memanggil anaknya Dimas.
Nek Sani pun menceritakan semuanya pada Dimas. Dimas terkejut, ternyata permintaan nek Sani sama dengan permintaan Reza. Padahal Dimas belum sempat menyampaikan ini pada nek Sani atau pun pada ibunya.
Setelah Dimas berpikir cukup lama, dia pun mengasi keputusan pada nek Sani.
"Biarlah Dimas yang akan menggantikan Reza nek. Dimas berjanji akan menjadi suami Viola selamanya. Dimas juga akan mengganggap anak Reza nantinya, anak Dimas juga." kata Dimas sambil meneteskan air mata karena dia teringat pesan Reza diakhir hayatnya.
Nek Sani kemudian memeluk Dimas sambil menangis.
"Terima kasih ya Mas, kamu rela berkorban demi Reza. Nenek doa kan, semoga akan lahir cinta diantara kalian. Semoga rumah tangga kalian sakinah sampai anak cucu, Aamiin." kata nek Sani sambil menangis.
"Viola gak mau nikah dengan Dimas ma. Dimaslah penyebab Reza kecelakaan. Kalau tidak karena diajak Dimas pergi, Reza gak akan meninggal dunia." kata Viola sambil menangis.
"Astagfirullah Vi... umur seseorang itu ditentukan oleh Allah. Tidak ada yang bisa memperlambat atau mempercepatnya. Kamu banyak beristigfar, biar gak seuzon sama orang. Sudah syukur Dimas mau menikahi kamu, sementara kamu sudah mengandung anak orang lain. Dia juga berjanji akan menjadi suami selamanya, bukan sementara." kata mama Viola agak sedikit kesal.
Viola hanya bisa menangis. Kemudian dia teringat sama papa nya yang sudah strok karena mendengar Viola hamil. Maafkan Viola pa, karena Viola papa seperti ini, batin Viola dalam hati.
Hari pernikahan pun tiba. Semua keluarga dan tetangga sibuk mempersiapkan resepsi pernikahan. Termasuk juga Adel, Putri dan Nisa.
Sengaja Viola menceritakan semuanya pada teman dekatnya itu. Awalnya mereka sangat terkejut mendengar Viola akan menikah dengan Dimas. Tetapi setelah dijelaskan, mereka semuanya mengerti dan maklum.
Kami doakan semoga kamu bisa mencintai Dimas seperti kamu mencintai Reza ya Vi. Itulah pesan Adel, Putri dan Nisa.
"Maafkan aku juga ya Del, aku gak bermaksud merebut Dimas dari kamu." kata Viola menjelaskan.
"Kamu gak perlu meminta maaf padaku, kamu gak salah Vi. Dimas mau menikah denganmu, berarti karena dia mencintaimu. Jadi aku harus sadar diri. Cinta kan gak bisa dipaksa." jawab Adel sambil tersenyum.
"Betul itu Vi yang dibilang Adel, cinta kan gak bisa dipaksakan." kata Putri sambil meyakinkan Viola.
Acara ijab kabulpun segera dimulai. Semua tamu sudah berdatangan, termasuk penghulu yang akan menikahkan mereka.
Kemudia Viola keluar dari kamarnya dengan didampingi Adel, Putri dan Nisa.
Saat Viola keluar dari kamarnya, semua tamu melihat ke arah Viola. Viola tampak anggun sekali dengan memakai kebaya berwarna dusty pink seperti warna wajahnya yang merah merona. Subhanallah cantiknya, batin Dimas dalam hati.
Kemudian Viola berjalan dan duduk disamping Dimas, tanpa melihat wajah Dimas.
Acara ijab kabul pun dimulai.
"Sah ... sah." kata penghulu dan undangan yang hadir.
Viola hanya bisa menangis.
Pernikahan seperti apakah ini. Apakah bisa aku hidup dengan Dimas, sementara dia lah penyebab Reza meninggal, batin Viola.
Kemudian Dimas mamasukkan cincin di jari manis Viola, begitu juga sebaliknya Viola memasukkan cincin dijari manis Dimas.
Setelah itu, Viola mencium tangan Dimas tanpa melihatnya. Sedangkan Dimas dengan sedikit gemetar mencium kening Viola.
Viola menangis saat memeluk mama nya.
"Jadilah istri yang baik ya sayang, jangan kecewakan Dimas." pesan mama nya sambil memeluk erat anak satu-satunya.
Kemudian Dimas menyalami papa mertuanya yang duduk di kursi roda karena sudah tidak bisa berjalan lagi.
"Jaga Viola ya Dimas, bahagiakan dia." kata papa Viola. Tak terasa keluar air disudut matanya.
Papa nya sangat bahagia, walaupun kondisi Viola seperti itu, tetapi masih ada yang mau bertanggung jawab terhadap diri anaknya.
Setelah acara ijab kabul selesai, acara selanjutnya resepsi pernikahan.
Kemudian Viola dan Dimas duduk di pelaminan. Mereka menyalami setiap tamu yang datang. Banyak tamu yang datang sehingga Viola sedikit lelah.
"Kamu capek Vi." kata Dimas sambil melirik ke Viola.
"Gak." jawab Viola singkat.
Selama di pelaminan mereka tidak berbicara sepata katapun. Keduanya diam saja.
Dimas sedikit gemetar saat fotografer meminta Dimas untuk memeluk Viola dari belakang.
"Santai saja mas, jangan terlalu tegang. Kalau tegang, nanti hasil fotonya gak bagus." kata fotografer pada Dimas.
Dimas pun kembali memeluk Viola dari belakang. Tetapi saat akan memegang pinggang Viola, tiba-tiba Nisa memanggil dari kejauhan.
"Vi.... mesrah dikitlah." kata Nisa dari kejauhan.
Akhirnya wajah Dimas bertemu dengan wajah Viola dan mereka pun saling bertatapan. Jantung Dimas berdebar kencang saat mata mereka saling memandang. Kemudian Dimaspun tersenyum, sedangkan Viola tertunduk malu karena hampir saja Viola mencium Dimas.
Setelah tamu-tamu sudah pada pulang, Viola dan Dimas pun masuk ke kamar.
Kamar Viola didekorasi seindah mungkin. Di setiap sudut ruangan diberi bunga sehingga menambah keindahan ruangan.
Sesampainya di kamar, keduanya diam. Tidak ada yang berani melulai percakapan. Setelah menikah keduanya merasa semakin asing.
"Kamu gak mandi Vi, kalau mau mandi, mandi saja dulu. Biar aku belakangan." kata Dimas memulai percakapan.
"Aku dulu ya." kata Viola langsung masuk ke kamar mandi.
Selesai mandi dia baru sadar, ternyata lupa membawa pakaian untuk ganti. Pakaian gantinya sudah disiapkan di atas tiolet.
Dengan sedikit agak malu, Viola pun memanggil Dimas dari dalam kamar mandi.
"Mas .... tolong ambilkan pakaian gantiku di atas tiolet lah." kata Viola dari dalam kamar mandi.
"Bentar ya." kata Dimas sambil mengambil pakaian Viola.
"Vi.... ini pakaiannya." kata Dimas sambil berdiri di depan pintu kamar tidur.
"Kamu jangan ngintip ya." kata Viola sambil mengeluarkan separuh tangannya untuk mengambik pakaiannya.
Selesai mereka mandi, mama Viola mengajak mereka makan.
Viola dan Dimas pun makan di meja makan.
"Ibu ini kayak gak pernah jadi pengantin loh. Kalau jadi pengantin, di kamar saja sudah kenyang." kata kak Siti pembantu mama Viola sambil becanda.
"Kamu ini loh Sit, suka kali becanda. Dimas jadi malu itu." kata mama Viola sambil melirik Dimas.
Tiba-tiba Viola merasa mual dan pergi ke kamar mandi. Segera Dimas mengikuti Viola dari belakang. Dimas juga ikut masuk ke kamar mandi dan memijit-mijit pundak Viola saat dia muntah.
"Mari kita ke kamar." kata Dimas sambil merangkul pundak Viola.
Viola sedikit malu, karena ada beberapa orang tetangga yang lagi beres-beres di rumah Viola melihat dirinya dirangkul Dimas masuk ke kamar.
"Mas, aku jangan dirangkul seperti inilah, kan malu dilihat orang." kata Viola pelan.
"Kamu kan sekarang sudah jadi istriku, jadi kalau sampai kamu terjatuh karena gak dipegangi, nanti aku yang disalahkan." kata Dimas sambil tetap merangkul Viola.
"Sekarang kamu tidur ya." kata Dimas sambil menyelimuti Viola.
"Mau aku pijiti, kaki, tangan, atau pundak." kata Dimas menawarkan diri.
"Terserah." jawab Viola lemas.
Dimaspun segera memijit kaki Viola, kemudian tangannya sambil sesekali melihat wajah Viola yang begitu cantik. Aku seperti bermimpi rasanya. Bisa sekamar dengan orang yang paling kucintai. Batin Dimas dalam hati.
Setelah Viola tertidur nyenyak, Dimas pun mencari bantal dan selimut. Kemudian dia tidur di atas ambal dekat tempat tidur Viola.
Walaupun sudah menikah, Dimas gak berani tidur dengan Viola. Dia takut tidak bisa mengendalikan diri. Yang namanya laki-laki normal pasti akan tergoda bila disampingnya ada perempuan cantik.
Sementara Dimas tau kalau Viola gak mencintainya. Tidur dengan orang yang tidak mencintai kita, sama saja namanya pemerkosaan. Biarlah aku tidur di ambal, sampai Viola benar-benar mencintai aku, batin Dimas dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
💞Adinda Tya💞
kasian
2020-11-17
2
Ade Firandarii
dimas😍
2020-11-13
2
Aen
Lanjut thor
2020-10-23
1