Nauval Sakit

Sudah tiga bulan Dimas tidur di kamar tamu. Setiap pagi dia masuk ke kamar Viola hanya untuk mengambil Nauval. Pulang kerja juga seperti itu. Diambilnya Nauval dari kamar Viola, kemudian dibawa ke kamarnya. Dimas sangat senang sekali menjaga Nauval. Semakin hari Nauval semakin lucu dan menggemaskan.

"Mas... gak sarapan dulu." tanya Viola pada Dimas saat berangkat kerja.

"Aku sudah terlambat, nanti biar sarapan di kantor saja." jawab Dimas sambil berjalan terburu-buru.

Tadi sehabis subuh Dimas menjaga Nauval. Karena keasikan dia sampai lupa waktu kalau sudah jam tujuh pagi. Untunglah Viola mengingatkan. Cepat-cepat dia ganti baju kerja dan langsung berangkat kerja.

Saat mau berangkat kerja, dia hanya mencium Nauval dari gendongan Viola.

"Aku berangkat kerja Vi." kata Dimas pamit pada Viola.

Dimas sudah tidak pernah mencium Viola lagi seperti sebelum-sebelumnya. Dia hanya mencium Nauval saja.

Terkadang Viola merasah sedih karena Dimas sudah tidak peduli lagi padanya.

Dia ngomong pada Viola seperlunya saja. Lebih banyak waktunya digunakan untuk melawani Nauval ngoceh.

Bi Ijah sangat heran melihat pakaian Dimas semuanya ada di kamar tamu. Dan dia juga heran melihat di kamar tamu bantal dan guling berserakan seperti ada yang meniduri. Apa Dimas tidur di kamar tamu. Apakah mereka sudah tidak sekamar lagi, batin bi Ijah dalam hati.

Karena bi Ijah ke rumah Viola jam 8 pagi setelah Dimas berangkat kerja, dan pulangnya sebelum Dimas pulang kerja. Jadi bi Ijah tidak pernah tau kalau Dimas tidur di kamar tamu.

Kalau hari minggu saat Dimas tidak kerja, biasanya dia main dengan Nauval di ruang tengah di depan TV. Makanya bi Ijah gak pernah tau kalau mereka sudah tidak sekamar lagi.

Jam sembilan pagi saat Nauval bangun tidur, badannya agak panas. Kemudian dia pun agak sedikit rewel. Viola dan bi Ijah pun gantian menggendong Nauval.

Semakin lama, demamnya semakin tinggi. Viola panik dan menelepon Dimas.

Dimas pun segera pulang ke rumah.

"Sini biar sama ayah." kata Dimas mengambil Nauval dari tangan Viola.

"Sayang anak ayah, sayang anak ayah." kata Dimas sambil menimang-nimang Nauval.

"Gimana kalau kita bawa ke dokter anak saja Vi." kata Dimas pada Viola.

"Ya...aku beres-beres dulu ya." kata Viola dengan wajah panik.

Nauval rewel saja dari tadi. Digendong Viola rewel, digendong bi Ijah juga rewel. Tetapi begitu Dimas datang, digendong Dimas langsung diam, gak rewel lagi.

Kemudian Nauval dibawa ke dokter oleh Dimas dan Viola.

"Sudah berapa hari demam anaknya bu," tanya dokter pada Viola dan Dimas.

"Baru saja dok. Tadi bagun tidur jam sembilan pagi saat saya angkat dari tempat tidur ternyata badannya panas. Terus dia nangis saja. Sudah diberi asi pun masih nangis. Sebentar nangis, sebentar diam." kata Viola menjelaskan pada dokter.

"Anak ibu mau tumbuh gigi ini. Biasa anak-anak kalau mau tumbuh gigi demam, rewel saja." kata dokter menjelaskan.

Sesampai di rumah, Nauval langsung diberi obat oleh Viola dibantu Dimas yang memangkunya.

Setelah itu, Nauval ditimang-timang Dimas supaya cepat tidur. Dipangkuan Dimas Nauval pun tertidur.

Kemudian Dimas memasukkan Nauval ke box baby yang ada di kamar Viola. Dimas dengan sabar dan pelan-pelan meletakkan Nauval di box baby nya takut kalau bangun. Setelah itu ditunggu beberapa menit. Setelah dilihatnya sudah benar-benar nyenyak, barulah Dimas keluar dari kamar Viola.

Saat Dimas lagi di kamar Viola, handpond Dimas yang terletak di meja ruang TV berbunyi. Kebetulan Viola sedang nonton TV dan melihat panggilan masuk dari Rina. Viola kemudian memanggil Dimas, saat Dimas keluar kamar dan akan mengangkat handpondnya, tiba-tiba sudah mati. Setelah itu ada wa masuk, Dimas pun membacanya.

"Vi, aku berangkat kerja lagi ya. Mungkin nanti aku pulangnya agak lama karena ulangan mid semester di kampus. Kamu makan duluan saja nanti." kata Dimas pada Viola yang sedang duduk di sofa di ruang tengah sambil menonton TV.

"Iya Mas," jawab Viola.

"Oh ya Vi, tunggu Nauval di kamar ya. Takutnya bentar lagi dia bangun nangis. Kalau ada apa-apa pada Nauval jangan lupa telepon aku." kata Dimas sambil berlalu pergi.

Viola sangat senang karena Dimas sangat menyayangi Nauval walaupun bukan darah dagingnya.

Tapi batinnya juga sakit, karena Dimas sudah tidak cinta lagi. Dimas sudah tidak mau tidur sekamar dengan Viola lagi.

Tadi begitu ada telepon masuk dari Rina, terus ada wa masuk, Dimas langsung pergi kerja lagi. Apakah Dimas memang mempunyai hubungan spesial dengan Rina. Viola tidak tenang memikirkannya. Dia mulai cemburu melihat kedekatan Dimas dengan Rina.

Jam 19.30 wib Dimas baru pulang ke rumah. Saat disiapkan makan oleh Viola, katanya sudah makan di kampus. Bertambah besarlah kecemburuan Viola pada Dimas. Jangan-jangan Dimas baru pulang makan malam dengan Rina, batin Viola dalam hati.

Begitu masuk rumah, Dimas langsung masuk ke kamar Viola untuk melihat Nauval yang sudah tertidur.

"Nauval sudah gak demamkan." tanya Dimas saat mau masuk ke kamar Viola.

"Alhamdulillah sudah turun kok panasnya," jawab Viola.

Kemudian Dimaspun menuju kamarnya, kamar tamu.

Saat Dimas mandi, teleponnya di tiolet Viola berdering. Dilihatnya panggilan masuk dari Rina.

Setelah lima menit kemudian wa masuk lagi dari Rina.Viola semakin sakit hatinya.

Selesai mandi Dimas langsung masuk kamar Viola untuk melihat Nauval lagi. Viola mengikuti dari belakang. Kemudian Viola duduk di sisi tempat tidur.

"Mas... ada yang mau aku omongkan." kata Viola pada Dimas.

Dimas pun kemudian berjalan mendekati

Viola. Dia duduk disamping Viola.

"Masalah apa Vi." kata Dimas.

"Aku gak tahan seperti ini Mas. Aku mau kita pisah." kata Viola sambil menangis.

"Apa....?" jawab Dimas pada Viola.

"Kamu cuek sama aku. Kamu sudah gak cinta sama aku. Kamu lebih mencintai Rina dari pada aku. Padahal aku sudah mulai mencintai kamu. Aku... "

Belum sempat Viola melanjutkan kata-katanya, Dimas langsung memeluk Viola erat-erat sampai Viola sulit untuk bernapas.

"Kata-kata inilah yang aku tunggu selama ini Vi. Maafkan aku sayang. Aku telah menyakiti perasaanmu. Rasa cemburuku terlalu besar sehingga membutakan mata hatiku." kata Dimas sambil membelai rabut Viola.

Kemudian Dimas pun menghapus air mata di pipi Viola. Viola hanya terdiam saja.

"Kamu tau, semalam pagi Rina nelepon aku mau permisi datang terlambat karena mau ngantar anaknya ke dokter. Tadi siang Rina nelepon aku untuk menanyakan berapa lembar undangan pak Bayu yang akan dicetak. Aku kan tadi siang pulang cepat karena mau membawa Nauval ke dokter.

Barusan, dia nelepon lagi mau ngasitau kalau besok gak masuk kerja karena barusan mertuanya meninggal dunia." jawab Dimas menjelaskan.

Viola hanya tertunduk malu mendengar penjelasan Dimas. Maafkan aku Rin, aku telah berburuk sangka padamu, batin Viola dalam hati.

"Kamu gak perlu cemburu sama aku Vi. Karena wanita yang aku cintai itu hanya kamu, gak ada wanita lain di hati aku selain kamu Vi." kata Dimas sambil memeluk Viola lagi.

"Maafkan aku ya Mas, aku telah berburuk sangka sama kamu." kata Viola dengan sedikit malu.

"Sst... kita sama-sama salah. Aku juga telah berburuk sangka sama kamu Vi," kata Dimas sambil meletakkan jari telunjuknya dibibir Viola.

Akhirnya keduanya tersenyum bahagia karena telah mengakui kesalahan masing-masing.

Malam ini adalah malam terindah buat Dimas dan Viola. Karena mereka telah melaksanakan kewajibannya sebagai suami istri.

Dimas sangat bersyukur pada Allah, karena penantiannya selama ini tidak sia-sia. Wanita yang sangat dicintainya telah dapat ditaklukkan hatinya.

Terpopuler

Comments

💞Adinda Tya💞

💞Adinda Tya💞

😘😘😘

2020-11-17

1

Aen

Aen

Sukaa

2020-11-16

1

Ade Firandarii

Ade Firandarii

bagus

2020-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!