Pelepasan Kelas XII

Tidak terasa Reza, Dimas, dan Viola sudah mau tamat SMA.

Seminggu lagi mereka UN.

Setiap hari Reza dan Dimas belajar bersama.

Mereka banyak membahas soal-soal UN tahun sebelumnya.

Terkadang Viola juga ikut bergabung bersama mereka.

Kalau Viola kurang paham pelajaran Matematika, maka dia akan mengajak Reza menjumpai Dimas.

Kemudian mereka pun belajar bersama.

Dimas adalah anak yang pintar. Mulai tingkat SD sampai SMA dia selalu mendapat juara umum di sekolahnya.

Reza sering belajar bersamanya.

Tidak segan Reza minta diajari Dimas, layaknya murid yang belajar sama gurunya.

Begitu juga dengan Viola.

"Za, yok temani aku belajar Matematika sama Dimas? Aku kurang paham tentang pelajaran integral." kata Viola saat di sekolah.

"Ya sudah, nanti pulang sekolah kita langsung ke rumahku, atau ke rumah Dimas. Kita belajar bersama." jawab Reza.

Meskipun Reza sudah resmi pacaran dengan Viola, tetapi kemana-mana mereka selalu mengajak Dimas.

Terkadang Dimas segan sendiri, dan selalu menghindar. Tapi Reza dan Viola maksa,sehingga Dimas ikut juga

"Mas kami mau minta diajari Matematika loh. Kebetulan aku kurang paham tentang integral. Bisa kan kamu mengajari aku dan Reza?" kata Viola.

"Ya bisa saja loh." jawab Dimas.

Kemudian seperti biasa, setelah pulang dari sekolah mereka bertiga jalan menuju rumah nek Sani tempat Reza dan Dimas tinggal.

Reza tinggal di rumah neneknya, kebetulan sejak almarhum kedua orang tuanya menikah, mereka tinggal serumah dengan neneknya.

Sedangkan Dimas tinggal di rumah milik nek Sani yang terletak di belakang dapur nek Sani.

"Kita belajar dimana?" kata Reza pada Dimas dan Viola.

"Kita belajar di joglo itu saja Za." jawab Viola.

"Oh iya ya .... disitu kan sejuk tempatnya." kata Dimas sambil berjalan ke joglo.

Tidak berapa lama, mbak Sri ibunya Dimas datang memberikan minum.

"Ini minumnya ya." kata mbak Sri pada Reza, Dimas dan Viola.

"Makasih bu." kata Viola sambil mengambil gelas di talam yang berisi kurnia dingin.

"Banyak tugas kalian." kata mbak Sri lagi.

"Kami bukan ngerjakan tugas bu, tapi membahas soal-soal UN. Karena sebentar lagi kan UN." jawab Dimas.

"Oh... bagus lah kalau gitu." kata mbak Sri sambil berlalu pergi.

Ternyata Dimas memang benar-benar pintar. Setiap pertanyaan yang diajukan Viola, dengan cepat dia dapat menjelaskannya.

Penjelasannya juga mudah dimengerti.

Sesekali Dimas melirik Viola, dilihatnya Viola serius sekali mendengarkan penjelasannya.

Subhanallah cantiknya, apalagi saat dia tersenyum, batin Dimas.

Ketika tatapan mereka saling bertemu, Dimas tersipu malu.

Ya Allah, kuatkanlah hatiku. Hindarkanlah aku dari godaan ini. Hilangkanlah rasa cinta dihatiku. Aku gak mau sampai merusak hubungan Viola dengan Reza.

Berulang kali Dimas memanjatkan doa pada Allah, karena setiap kali dia menatap Viola, jantungnya berdetak kencang.

Masih tersimpan benih-benih cinta dihatinya.

Gimana respon Reza kalau sampai dia tau bahwa aku ternyata sangat mencintai Viola dari pertama kali bertemu.

Pasti dia akan marah besar, batin Dimas dalam hati.

Sementara Reza merupakan teman dari kecil Dimas.

Walaupun Viola telah resmi menjadi pacar Reza, tetapi Dimas masih sering menatap Viola dalam-dalam. Karena cinta di hati Dimas belum juga hilang.

Sudah berulang kali Dimas belajar untuk melupakannya, tetapi sampai sekarang belum juga bisa.

Gimana aku bisa melupakan Viola, sementara setiap hari bertemu, batin Dimas dalam hati.

"Za .... kamu sudah siap?" panggil Dimas dari dekat pintu dapur nek Sani.

"Iya, bentar." jawab Reza dari dalam.

Hari ini Reza dan Dimas UN. Sudah diingatkan gurunya, kalau UN nanti cepat datang, jangan ada yang terlambat.

Itulah pesan gurunya pada siswa kelas XII yang akan mengikuti UN.

Saat UN berlangsung, semua siswa ujian dalam keadaan hening. Tidak ada yang berani buka suara. Apalagi pengawasnya guru dari luar. Guru dari sekolah lain.

Semua soal Matematika selesai dijawab Dimas dengan cepat. Sementara teman-temannya masih pada sibuk mengerjakan.

Ada yang sedang menghitung. Ada yang sedang membaca dan memahami soalnya. Dan ada juga yang melirik kesana kemari untuk minta jawaban.

Walaupun Dimas sudah selesai mengerjakannya, tetapi dia tetap duduk tenang di kursinya sambil berulang kali memeriksanya.

Setelah waktu habis dan bel pun berbunyi, barulah Dimas mengumpulkan kertas ujiannya.

Seperti biasa, begitu bel pulang berbunyi semua bergegas keluar.

Tidak mau ketinggalan juga Reza dan Dimas.

"Gimana soal UN Matematika tadi Mas, kalau menurutku susah kali ya." kata Reza memulai pembicaraan saat jalan pulang.

"Kalau menurutku gak terlalu susah lah. Karena hampir semua selesai ku jawab. Entah benar atau gak, gak tau lah. Yang penting kujawab semua." kata Viola.

"Kalau Dimas sudah pasti benar semua. Dimas kan pintar." kata Reza lagi.

"Iya, betul itu Za." kata Viola lagi.

"Kalian ini loh, suka kali memuji. Mudah-mudahan banyak yang benar, Aamiin." jawab Dimas.

Hari ini acara pelepasan kelas XII. Orang tua siswa juga diundang untuk hadir saat pelepasan tersebut.

Siswa pria semuanya memakai jas warna hitam, sedangkan wanita memakai kebaya.

Warna kebayanya disesuaikan dengan kelasnya.

Kebaya di kelas Viola berwarna hijau toska.

Di kelas Reza, wanitanya memakai kebaya berwarna pink.

Sedangkan di kelas Dimas, wanitanya memakai kebaya berwarna kuning.

Semuanya kelihatan cantik dan tampan.

Begitu juga dengan Reza dan Dimas, kelihatan gagah.

Setelah semua siswa dan orang tua hadir, acara pun segera dimulai.

Acara pertama kata sambutan dari protokol, kemudian panitia acara, dan yang terakhir dari kepala sekolah.

Antara kata sambutan yang satu dengan berikutnya diselingi dengan hiburan.

Hiburannya bermacam-macam.

Ada tari menari, menyanyi, dan ada juga puisi.

Setiap kelas dapat menunjukkan kebolehannya.

Panitia pada acara pelepasan kelas XII adalah pengurus OSIS kelas XI.

Kedua orang tua Viola hadir untuk mendampingi anaknya.

Reza didampingi neneknya, sedangkan Dimas didampingi ibunya.

Ada perasaan sedih yang mendalam di hati Reza saat melihat teman-temannya didampingi kedua orang tuanya.

Seandainya tidak terjadi kecelakaan pesawat setahun yang lalu, mungkin aku didampingi ayah ibu, batin Reza dengan sedih.

Dimas juga mempunyai pikiran yang sama. Kalau saja ayahku masih hidup, pasti aku akan didampingi ayah ibu, batin Dimas.

Semalam siang saat Reza memberikan undangan pelepasan pada neneknya, neneknya sudah mengingatkan.

"Ya sudah, biar nanti nenek yang akan datang ke acara itu. Kamu gak perlu sedih. Kan masih ada nenek. Biar nenek nanti pergi dengan mbak Sri. Mbak Sri juga kan mendampingi Dimas." itulah kata-kata yang diucapkan nek Sani pada Reza.

Saat yang dinanti-nanti Dimas pun tiba. Yaitu saat pemanggilan siswa yang berprestasi.

Segera Dimas maju ke depan dengan didampingi ibunya.

Dimas adalah salah satu siswa yang berprestasi. Dari kelas X sampai kelas XII dia selalu juara umum.

Tentu mbah Sri bangga dengan Dimas, anak sati-satunya. Walaupun tanpa didikan dan bimbingan seorang ayah, Dimas dapat meraih juara.

Tak terasa air mata mbak Sri menetes saat dia berjalan ke depan untuk mendampingi anaknya Dimas.

Setelah acara selesai, semua teman sekelas Dimas mengucapkan selamat pada Dimas karena sudah menjadi siswa yang berprestasi. Tidak ketinggalan juga Reza dan Viola.

"Selamat ya Mas." kata Reza dan Viola sambil menyalami Dimas.

"Terima kasih ya." jawab Dimas dengan tersenyum.

Dilihatnya Viola sangat anggun dengan kebayanya. Kebayanya warna hijau toska dan bawahannya kain batik yang ada nuansa warna hijaunya.

Memakai seragam SMA saja Viola sudah kelihatan cantik dan anggun, apalagi memakai kebaya dan bermake up, aduh,,,, cantiknya luar biasa, batin Dimas dalam hati

Kemudian mereka semua berfoto-foto. Tiap kelas berfoto bersama wali kelasnya, kemudian berfoto-foto dengan teman-temannya.

"Mas, yok kita foto bersama." ajak Reza sambil menarik lengan Dimas.

Dimas nurut saja. Kemudian mereka foto bertiga dengan Viola.

Viola ditengah, sedangkan Dimas disamping sebelah kiri, dan Reza di samping sebelah kanan sambil menggenggam tangan Viola.

Ada perasaan sakit di hati Dimas, saat melihat Reza menggenggam tangan Viola.

Kenapa aku harus sakit hati, bukankan mereka sudah resmi pacaran, batin Dimas dalam hati.

Kemudian Nisa, Putri dan Adel datang menghampiri Reza, Dimas dan Viola yang sedang foto bertiga.

Mereka pun segera ikut berfoto-foto.

"Kita kan sudah berfoto semuanya, sekarang aku pingin Dimas dan Adel foto berdua." kata Putri sambil mendekatkan Adel pada Dimas.

Dimas tidak bisa berbuat apa-apa saat Adel sudah berada di sampingnya.

Dengan cepat kilat Viola memfoto mereka berdua.

Keduanya pun malu-malu saat difoto.

Baru saja Viola merebahkan badannya di tempat tidur, tiba-tiba mama memanggilnya.

"Tok-tok .... Viola, Reza datang itu." terdengar suara mama nya memanggil dari luar kamar.

"Iya ma." jawab Viola.

Reza datang untuk mengajak Viola pergi ke rumah teman sekelasnya. Mereka sudah janjian, selesai acara pelepasan kelas XII akan berkumpul di rumah Tantri untuk manggang-manggang. Kebetulan ayah Tantri mempunyai kolam ikan gurami.

Rencananya Reza mau ngajak Dimas, ternyata Dimas sudah mempunyai acara sendiri dengan teman sekelasnya.

Akhirnya Reza pun pergi mengajak Viola.

Sampai di rumah Tantri, semua teman kompaknya sudah pada kumpul.

"Kami pikir kamu gak jadi datang Za." kata Dadang saat Reza turun dari sepeda motornya.

"Ya datanglah, kita kan sudah janji. Janji itu utang loh dan harus ditepati." jawab Reza.

Dadang, Tantri, Dewi, Budi, dan Lila adalah teman kompak Reza. Jauh-jauh hari sudah direncanakan acara ini. Kalau gak datang kan gak enak, pikir Reza. Makanya dia pun datang dengan mengajak Viola.

Selesai ashar mereka pun pulang ke rumah masing-masing.

Rumah Dadang, Budi, Dewi dan Lila kebetulan satu arah. Jadi mereka pulang berempat.

Sedangkan Reza hanya berdua dengan Viola.

Saat mau pulang, langit kelihatan mendung.

Jalanan juga sunyi. Mereka melewati sawah dan ladang sawit. Kendaraan yang lewat juga satu-satu.

Walaupun jalan ke rumah Tantri sunyi, tapi mudah-mudahan sampai sekarang masih aman.

Karena di belakang persawahan masih banyak rumah penduduk.

Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba hujan deras. Segera Reza mencari tempat untuk berteduh.

Karena jalan pulang yang mereka lewati sawah-sawah, jadi susah mencari tempat untuk berteduh.

Tidak berapa lama mereka melihat ada sebuah gubuk. Langsung saja Reza menuju ke gubuk itu. Gubuk itu letaknya tidak pas di pinggir jalan, tetapi agak masuk sedikit dari pinggir jalan.

Reza segera mendekati gubuk itu, kemudian berteduh disitu. Hujannya cukup deras dan diiringi petir membuat Viola takut.

Setiap terdengar suara petir, Viola terkejut. Bajunya sedikit basah kena air hujan, sehingga dia kedinginan.

Dilihatnya Viola kedinginan dan ketakutan mendengar suara petir, Reza pun mendekat sambil merangkul pundak Viola.

"Za .... aku takut." kata Viola.

"Kamu gak perlu takut sayang, kan ada aku disini." kata Reza sambil berbisik di telinga Viola.

Hujan tak kunjung berhenti membuat Viola merasa semakin dingin. Begitu juga dengan Reza.

Karena merasa kedinginan, Reza kemudian memeluk pinggang Viola. Semakin lama pelukannya semakin erat. Viola hanya pasrah saja.

Akhirnya Reza dan Viola tidak dapat mengendalikan diri, dan terjadilah hal yang tidak seharusnya mereka lakukan.

"Za .... aku takut. Gimana kalau aku hamil." kata Viola sambil menangis.

"Jangan khawatir sayang, aku pasti bertanggung jawab." kata Reza sambil mengelus rambut Viola.

Setelah hujan berhenti, mereka pun segera pulang ke rumah. Dalam perjalanan pulang, keduanya diam saja. Mereka masing-masing menyesali perbuatan yang baru mereka lakukan.

Menjelang magrib mereka pun sampai di rumah Viola.

Setelah mengantarkan Viola, Reza langsung pamit pulang karena bajunya sedikit basah.

"Langsung mandi dan keramas ya sayang." kata mama nya setelah melihat Viola pulang dengan baju agak basah.

"Iya ma." jawab Viola sambil masuk ke kamarnya.

Sesampainya di rumah, Reza pun segera mandi. Kemudian sholat magrib.

Saat neneknya mengajaknya makan, dia gak mau makan karena sudah makan di rumah Tantri.

Pikirannya lagi gak tenang, memikirkan kejadian tadi sore dengan Viola.

Selesai isya, Reza pun cepat masuk kamar dan permisi pada neneknya untuk tidur.

Di kamar Reza tidak bisa langsung tidur. Pikirannya melayang entah kemana, mikirkan perbuatan dosa yang sudah dia lakukan bersama Viola.

Reza dan Viola mengalami hal yang sama. Pikiran mereka tidak tenang karena telah melakukan dosa besar.

Selesai mandi, Viola pun sholat magrib.

Dalam sholatnya, Viola minta ampun pada Allah karena telah melakukan dosa.

"Vi .... ayok kita makan." kata mama membuyarkan lamunannya.

Sejak kejadian di gubuk tadi, Viola banyak diam. Makan pun gak selera. Dia terus memikirkannya.

"Kenapa nasinya gak dihabiskan Vi." kata mama nya melihat nasi di piring Viola masih banyak.

"Masih kenyang ma, tadi di rumah Tantri kami manggang-manggang ikan gurami." kata Viola pada mama nya.

Padahal saat di rumah Tantri, Viola hanya makan ikan gurami bakar saja tanpa nasi.

Itupun hanya sedikit.

Selesai sholat isya, Viola langsung masuk kamar.

"Ma.... pa .... Viola tidur dulu ya." kata Viola pada mama dan papa nya.

"Iya sayang." jawab mama papa nya bersamaan.

Sesampai di kamar, Viola langsung merebahkan badannya di tempat tidur.

Dipejamkan matanya, tetapi tidak bisa tidur juga. Balik ke kanan, balik ke kiri, tetap tidak bisa tidur juga.

Pikirannya tidak tenang. Bagaimana kalau aku sampai hamil, sedangkan papa mama berharap aku menjadi dokter. Papa mama pasti akan kecewa, batin Viola.

Saat Viola melihat jam di dinding, jam menunjukkan pulul 01.15 wib.

Tidak berapa lama kemudian, dia pun mulai menguap kemudian tertidur nyenyak.

Terpopuler

Comments

💞Adinda Tya💞

💞Adinda Tya💞

kasian

2020-11-17

1

Aen

Aen

Pasti sedih krn pisah sama temen2 SMA :0

2020-11-15

1

Ade Firandarii

Ade Firandarii

MANTAP

2020-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!