Papa Viola Meninggal Dunia

Dimas dan mama lah yang menjaga papa Viola di rumah sakit. Sedangkan ibu Dimas ikut pulang bersama pak Dedi dan istrinya.

Ibu Dimas tidak jadi nemani Viola karena lagi banyak orderan keripik. Kalau ibu Dimas tidak pulang, kasihan nek Sani bekerja sendiri. Memang pekerjanya ada beberapa orang, tetapi yang mengatur semuanya tugas mbak Sri ibunya Dimas.

"Mas... ibu pulang ya. Kasihan nek Sani kerja sendiri. Kebetulan lagi banyak pula orderan." kata mbak Sri pada Dimas anaknya.

"Gak apa-apa kok bu, Dimas maklum. Ibu hati-hati ya." kata Dimas sambil memeluk ibunya.

"Bapak pamit dulu ya Mas. Kalau ada apa-apa cepat kabari kami." pak Dedi dan istrinya pada Dimas.

Kemudian mereka pun pamit pada mama Viola.

"Kami pamit ya mbak. Mbak yang sabar ya. Banyak berdoa supaya mas Rudi cepat sembuh seperti semula." kata istri pak Dedi sambil memeluk mama Viola.

"Terima kasih ya." jawab mama Viola sambil menangis.

Kemudian Dimas mengantar pak Dedi sampai depan ruangan.

Setelah ibu Dimas pulang dengan pak Dedi dan istrinya, Viola dan bi Ijah pun ikut pulang.

"Bibi tidur di rumah saja ya nemani Viola. Takutnya Nauval rewel nanti malam. Saya biar tidur di rumah sakit nemani mama." kata Dimas pada bi Ijah.

"Ya gak apa-apa. Biar bibi tidur di rumah, biar ada teman ngobrol Viola." kata bi Ijah pada Dimas.

"Mas, kami pulang dulu ya." kata Viola pada Dimas.

"Hati-hati ya sayang." kata Dimas sambil mencium Nauval dan mencium kening Viola.

Viola dan bi Ijah pun pulang ke rumah naik taxi. Sepanjang jalan pulang Viola hanya bisa menangis. Dia merasa sangat bersalah dengan keadaan papa nya seperti sekarang ini.

Sampai di rumah Viola, sudah magrib.

"Bi... kita gantian sholatnya ya." kata Viola pada bi Ijah.

"Iya non, biar saya yang jaga Nauval dulu." kata bi Ijah.

Viola dan bi Ijah pun bergantian sholat biar ada yang menjagakan Nauval.

Sehabis magrib, Nauval pun tidur. Setelah Nauval tidur, Viola pun menelepon Dimas, menanyakan kabar papanya.

"Ya... masih seperti tadi Vi, belum sadar. Belum ada perubahan. Kamu banyak berdoa ya. Jangan lupa kunci pintu. Kalau ada orang yang ngetuk-ngetuk tengah malam jangan dibuka." kata Dimas mengingatkan. Dia khawatir pada istri dan anaknya.

Dimas khawatir sekali pada kami. Padahal aku ditemani bi Ijah, batin Viola dalam hati.

Selesai magrib, Dimas pun pergi ke kantin untuk makan malam, sedangkan mama mertuanya dibelikan nasi bungkus.

"Ma... ini nasinya ya. Mama makan dulu biar gak sakit." kata Dimas pada mama mertuanya.

"Mama masih kenyang loh Mas. Mama gak selera makan." kata mama mertuanya lagi.

"Walaupun gak selera, harus dipaksakan biar mama gak sakit." kata Dimas lagi.

Kemudian mama Viola pun membuka nasi tersebut dan memakannya. Hanya beberapa sendok yang dimakannya. Pikirnya gak tenang, sehingga nafsu makannya pun gak ada.

Sementara Viola di rumah tidak bisa tidur. Dilihatnya Nauval sudah tidur nyenyak. Syukurnya dia tidak rewel. Hanya saat mau tidur tadi minta digendong dulu.

Karena sudah menjadi kebiasaan, kalau mau tidur biasanya digendong dulu sama Dimas. Kalau sudah tertidur baru dimasukkan ke bok baby nya. Malam ini Nauval tidur di tempar tidur bersama Viola.

Jam sudah menunjukkan 01.00 wib. Lama kelamaan Viola tertidur juga karena ngantuk. Setelah satu jam tidur, Viola dikejutkan dengan bunyi handpondnya. Dilihatnya panggilan masuk dari Dimas. Jantung Viola berdetak kencang. Ada berita apa ya, pasti ada berita buruk, batin Viola dalam hati.

"Assalamualakum Mas... apa?" kata Viola menangis histeris.

Dia hanya bisa mengucapkan Innalillahi wainnailaihi rojiun dalam hati.

Bi Ijah yang tidur di kamar tamu didekat kamar Viola pun terkejut. Begitu juga dengan Nauval yang sedang tertidur nyenyak di sampingnya terbangun langsung menangis.

Setengah berlari bi Ijah menuju ke kamar Viola. Setelah pintu dibuka, bi Ijah pun masuk. Langsung digendongnya Nauval yang sedang menangis.

"Bi, kita siap-siap, bentar lagi mas Bambang jemput kita." kata Viola pada bi Ijah.

Mas Bambang pegawai lama papa dan kebetulan rumahnya dekat dengan rumah Viola. Selain hubungan kerja, hubungan mas Bambang dengan papa sangat dekat.

Sehingga Dimas tidak segan minta tolong mas Bambang untuk mengantar Viola langsung ke rumah mama nya. Sedangkan Dimas di rumah sakit yang ngurus administrasi dan semuannya.

Pak Dedi dan istrinya yang mengurus rumah mama Viola. Tetangga dekat Viola juga ikut serta. Semuanya sibuk memindahkan isi perabot di rumah pak Rudi. Setelah perabot dipindahkan, ambal dan tikar pun digelar. Walaupun jam menunjukkan 02.00 wib, tetapi tetangganya ringan tangan, semuanya ikut berpartisipasi.

Sepanjang jalan menuju ke rumah mama nya, Viola menangis terus. Bi Ijah lah yang memangku Nauval di mobil. Setelah lebih kurang 25 menit, sampailah Viola di rumah mamanya. Dilihatnya rumah sudah banyak orang yang datang. Tetangga sudah berkumpul semuanya.

Tidak lama kemudian, mobil ambulance pun sampai di rumah mama nya. Begitu mama nya turun dari mobil, langsung di peluk Viola.

Setelah jenazah papa nya diletakkan di ruang tamu, Viola pun langsung memeluknya dan menangis tak henti-hentinya. Dia menyesali, karena perbuatannya papa nya strok. Papa nya strok setelah mengetahui Viola hamil

Kemudia Dimas mendekati Viola dan menasehatinya agar jangan menangis terus. Kepergian papa harus diiklaskan, supaya papa tenang di alam sana. Itulah nasehat Dimas pada istrinya sehingga pelan-pelan Viola pun menghentikan tangisannya.

Banyak pelayat yang datang. Tetangga dan sanak famili semuanya sudah berdatangan. Begitu juga dengan pegawai papa Viola yang sekarang merupakan pegawai Dimas, semuanya berdatangan.

"Turut berduka cita ya pak Dimas." kata salah seorang pegawai Dimas di percetakan.

"Terima kasih pak." jawab Dimas.

Semasa hidupnya, papa Viola sangat baik dan perhatian pada pegawainya. Sehingga semua pegawainya merasa kehilangan.

Jam 10.00 wib jenazah pun diberangkatkan ke kuburan. Sebelum dibawa ke kuburan, jenazah disholatkan di rumah duka. Banyak tetangga, sanak famili dan pegawai pak Rudi yang mensholatkan. Pegawai pak Rudi semuanya ikut mensholatkan.

"Mas Rizky sudah ngambil wudhu?" tanya mas Bambang.

"Sudah barusan." jawab mas Rizky.

"Mas Rizky wudhu dimana, saya belum wudhu." kata mas Bambang.

"Di depan situ mas." kata mas Rizky.

Karena kebaikan pak Rudi lah makanya banyak dikenang orang. Sehingga berbondong-bondong orang ikut mensholatkan.

Kepergian pak Rudi membuat duka yang mendalam bukan saja di hati anak istrinya, tetapi dihati pegawa-pegawainya juga. Banyak pegawai yang lama merasa sangat kehilangan.

Terpopuler

Comments

💞Adinda Tya💞

💞Adinda Tya💞

terharuuuu

2020-11-17

1

Aen

Aen

Turut berduka cita viola

2020-11-16

1

Ade Firandarii

Ade Firandarii

sedih banget papanya viola meninggoy

2020-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!