Tiga hari yang lalu Viola melahirkan di rumah sakit. Hari dia akan pulang ke rumah bersama bayi laki-lakinya.
"Bi... hari ini Viola pulang ke rumah. Jadi bibi bereskan kamar dan box bayinya ya." kata Dimas pada bi Ijah.
Jam sebelas siang Dimas sudah pulang kerja. Hari ini sengaja dia pulang cepat karena mau menjemput Viola dari rumah sakit.
Dimas mengajak bi Ijah ke rumah sakit supaya bi Ijah nanti yang menggendong bayinya.
Sesampai di rumah sakit, Viola sudah berkemas-kemas membereskan pakaiannya.
"Sini biar bibi yang gendong dedeknya." kata bi Ijah sambil mengambil bayi Viola dari tangan Dimas.
"Ini bi." kata Dimas memberikan pada bi Ijah dengan sangat hati-hati.
Dimas sangat senang melihat Viola dan bayinya sudah pulang.
Sesampainya di rumah, segera Viola masuk ke kamarnya untuk beristirahat. Dedek bayinya diletakkan di box bayi.
Sedangkan Dimas duduk disamping Viola sambil main handpond. Tiba-tiba dedek bayinya menangis karena haus.
"Vi... ini dedeknya sudah haus." kata Dimas sambil menyerahkan dedek bayinya ke tangan Viola.
"Mas... kamu bisa keluar bentar, aku mau memberikan asi pada dedek bayi." kata Viola pada Dimas.
"Kenapa aku harus keluar Vi, kamu kan istri aku." kata Dimas keheranan.
"Iya memang, tapi aku kan malu." jawab Viola tersipu malu.
Dimas pun segera keluar sambil tersenyum pada Viola.
Bi Ijah keheranan melihat Dimas keluar kamar sambil tersenyum.
"Ada apa Mas, kok tersenyum sendiri." tanya bi Ijah pada Dimas.
"Viola lagi memberi asi dedek bayi, saya disuru nunggu diluar saja." jawab Dimas.
Kenapa nunggu di luar. Atau Viola malu pada Dimas? Bukankah merekah sudah suami istri. Atau mereka memang tidak pernah tidur sama. Aku baru ingat, setiap pagi aku membereskan tempat tidur Viola, disamping tempat tidur Viola selalu dibentang ambal yang diatasnya ada bantal, bantal guling dan selimut.
Berarti Dimas tidur dibawah. Jadi dedek bayi itu anak siapa ya? Beribu pertanyaan muncul di benak bi Ijah.
"Silakan masuk bu, Viola baru saja pulang." kata bi Ijah pada mama dan papa nya Viola saat baru tiba di rumah Viola.
Mama dan papa pun langsung masuk ke kamar Viola untuk melihat cucu pertamanya.
"Ihhh... gemesnya." kata mama sambil menggendong dedek bayi.
"Mirip siapa ya ma." kata papa pada istrinya.
"Ya mirip Viola waktu kecil, pipinya tembem. " jawab mama.
Dimas dan Viola hanya senyum saja melihatnya.
"Siapa namanya Vi." papa bertanya pada Viola.
"Gimana kalau namanya Nauval Aditya Bagaskara. Aditya diambil dari nama Reza Aditya, sedangkan Bagaskara diambil dari Dimas Bagaskara. Gimana menurut kamu Mas." Kata Viola pada Dimas yang sedang duduk disampingnya.
"Kalau aku terserah kamu saja Vi." jawab Dimas.
"Itu nama yang bagus. Siapa panggilannya Vi?" tanya papa lagi.
"Siapa ya... Nauval saja pa." jawab Viola.
"Rencananya kapan mau ditabalkan?" tanya papa pada Viola dan Dimas.
"Kapan Mas?" tanya Viola pada Dimas.
"Terserah kamu saja Vi." jawab Dimas.
"Jangan semuanya terserah aku, ini kan anak kamu juga." kata Viola dengan wajah cemberut.
"Ya sudah, kita tabalkan kalau usianya tepat sebulan ya." kata Dimas sambil mencubit pipi Viola gemas.
Mama papa hanya tersenyum melihat kemesraan Dimas dan Viola.
Setiap hari sehabis Dimas pulang kerja, Dimas selalu menjaga Nauval. Dia tahan lama-lama di kamar hanya untuk nemani Nauval.
Setiap pagi sebelum berangkat kerja, Dimas selalu menggendong Nauval, kemudian dibawanya ke teras depan. Dimas sangat sayang sekali pada Nauval.
Setiap malam kalau Nauval nangis dan minta asi, Dimaslah yang selalu membangunkan Viola. Kadang Viola gak dengar Nauval menangis, walaupun tidur di sampingnya.
Hari ini usia Nauval tepat sebulan. Penabalan dilaksanakan secara sederhana. Hanya famili dan teman dekat saja yang diundang Viola dan Dimas.
"Selamat menjadi ibu ya Vi." kata Putri, Adel dan Nisa.
"Terima kasih ya." kata Viola pada Putri, Adel dan Nisa.
"Vi.... gimana hubungan kamu dengan Dimas sekarang." tanya Putri pada Viola.
"Hubungan kayak mana maksudnya, aku gak ngerti." jawab Viola.
"Ya hubungan suami dan istri. Waktu nikah kan kamu gak suka pada Dimas karena menurutmu dia telah menyebabkan Reza meninggal." kata Putri.
"Berarti sekarang ya sudah bagus. Buktinya Nauval tidurnya di box baby, berarti Dimas tidurnya disamping Viola." jawab Adel sambil tertawa menggoda Viola.
"Kalian ini loh... suka kali gangguin Viola. Lihat itu, wajahnya merah padam." kata Nisa sambil tersenyum.
Viola hanya tersipu malu. Putri, Adel dan Nisa sudah berpikir terlalu jauh karena dilihatnya Viola dan Dimas sekamar.
"Vi... mama papa pulang dulu ya. Jam lima sore ini papa ada jadwal terapi." kata mama pada Viola.
"Oh iya ma, pa." jawab Viola sambil memeluk mama dan papa nya.
Sekitar jam lima sore, semua tamu sudah perpulangan. Tinggal bi Ijah dan tetangga dekat Viola yang masih di rumah Viola untuk membereskan dapur dan ruang tamu.
"Tok-tok....non ada tamu." kata bi Ijah dari luar kamar.
"Siapa bi." jawab Viola dari dalam.
Karena bi Ijah tidak menjawab, Viola pun buru-buru keluar kamar.
Betapa terkejutnya Viola saat melihat ternyata Fanji yang datang.
"Ada apa kamu kemari Nji?" tanya Viola pada Fanji.
"Aku hanya ingin melihat kamu saja. Aku dengar kamu sudah menikah ya, sudah punya baby lagi." jawab Fanji dengan tenang.
"Fanji... sekarang aku sudah punya suami. Jadi aku harap kamu gak perlu datang kemari." kata Viola dengan nada agak ketus.
Dimas yang ketiduran di kamar, mendengar ada suara orang sedang ngobrol, segera keluar.
Begitu keluar kamar, dilihatnya Viola sedang asik ngobrol pada tamunya. Hatinya seperti terbakar melihat istrinya berduaan dengan laki-laki lain. Segera dia berjalan mendekati mereka berdua.
"Siapa Vi?" tanya Dimas pada Viola.
"Kenalkan saya Fanji mantan Viola." kata Fanji
"Fanji ini teman sekelas aku waktu SMA di kota ini." kata Viola.
Tidak lama kemudian, Fanji pun pamit pulang.
"Enak ya ngobrol dengan mantan panca!" kata Dimas dengan nada sedikit ketus.
"Aku gak ada hubungan apa-apa lagi dengan dia loh Mas. Dia masa lalu aku." kata Viola.
"Iya....masa lalu yang tak terlupakan, sehingga kamu undang dia kemari!" jawab Dimas sambil pergi masuk ke kamar.
Dimas pun segera masuk ke kamar. Viola mengikuti dari belakang.
"Mas... dengarkan aku dulu." kata Viola sambil menarik tangan Dimas yang sedang sibuk membereskan bajunya.
Dia membawa baju-bajunya ke kamar tamu. Viola mengikutinya ke kamar tamu.
"Mas....biar aku jelaskan." kata Viola.
"Gak perlu kamu jelaskan aku sudah tau Vi.... Aku memang gak ada artinya di mata kamu. Aku pikir hanya Reza yang gak bisa kamu lupakan, ternyata Fanji pun gak bisa kamu lupakan!"
"Sekarang kamu balik ke kamar kamu, kasihan Nauval nanti bangun. Biar aku tidur di kamar ini saja!" kata Dimas pada Viola.
"Tapi Mas.... " kata Viola.
Tak terasa air mata telah menetes di pipi Viola.
"Sudah... kembalilah ke kamar kamu, kasihan Nauval. Bentar lagi dia bangun nangis." kata Dimas pada Viola.
Viola pun segera berjalan menuju ke kamarnya. Sebenarnya Dimas tidak sampai hati melihat Viola nangis seperti itu. Tapi hatinya sakit sekali dikecewakan Viola.
Dimas menganggap Viola masih mencintai Fanji sehingga diundang untuk datang ke rumah mereka. Maafkan aku ya Vi, telah membuat kamu menangis. Tapi hatiku sangat sakit melihat kamu masih mencintai Fanji, batin Dimas dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
💞Adinda Tya💞
😍😍😍
2020-11-17
1
Aen
Seru banget sukaa
2020-11-16
1
Aen
😍😍😍
2020-11-16
1