Bertemu Fanji

Tidak terasa sudah sebulan Viola menjadi murid baru di sekolah Reza dan Dimas.

Tentu sudah banyak temannya.

Hampir semua teman Viola menyukainya. Hanya ada beberapa cewek di sekolahnya yang syirik dan tidak suka sama Viola. Mungkin karena kecantikannya.

Karena kecantikannya, banyak cowok-cowok yang naksir padanya dan berusaha mendekatinya.

Salah satunya Farhan teman sekelasnya yang tergila-gila padanya.

Dia selalu berusaha mencari simpati Viola.

Tetapi Viola tidak pernah menanggapinya.

Pada saat pelajaran renang, Farhan menawarkan diri pada Viola untuk naik sepeda motor bersamanya.

Kebetulan di kampung itu ada tempat pemandian yang air nya berasal dari mata air. Air nya sangat jernih dan segar. Tempatnya juga indah dan nyaman.

Setiap minggu banyak pendatang yang datang dari luar kota.

Biaya masuk ke pemandian itu juga sangat murah.

Setiap anak sekolah praktek renang saat jam Penjas pasti di tempat pemandian itu.

Begitu juga dengan SMA baru Viola.

"Vi... nanti pergi ke tempat pemandian itu sama aku saja ya, biar aku bonceng." kata Farhan pada Viola.

Kebetulan hari ini jam 1-2 mereka praktek renang.

"Maaf ya Farhan. Aku, Nisa, Putri, Adel, dan teman cewek lainnya pada mau naik angkot saja. Kami sudah janjian. Kan gak enak kalau sudah janji tapi tidak ditepati." kata Viola menghindar.

Viola tau kalau Farhan naksir berat, tapi Viola tidak suka, makanya Viola tidak pernah memberi kesempatan pada Farhan.

Setelah mereka sampai di tempat pemandian, dengan segera mereka ganti pakaian untuk renang.

Pakaian yang boleh dipakai, pakaian renang yang sopan. Terutama pakaian untuk wanita.

Tidak boleh yang pendek yang nampak paha dan betis. Yang diperbolehkan yang sopan yaitu pakaian renang muslim.

Kalau pakaian renang muslim biasanya baju celananya, panjang dan tidak kelihatan bentuk dada dan pantat karena ada rimpel tambahannya.

"Sudah selesai semuanya ganti baju, kalau sudah selesai biar kita pemanasan dulu." kata Pak Asmadi pada Viola dan teman-temannya.

"Sudah pak." kata Viola dan teman-temannya sambil berjalan ke tempat pemandian.

Kemudian mereka semua mulai latihan berenang.

Setelah selesai berenang, semuanya istirahat sambil membuka bekal yang dibawa dari rumah.

"Kamu bawa bekal apa Vi." kata Adel pada Viola.

"Ini nasi dengan telur dadar." jawab Viola.

"Aku juga lauknya telur, tapi telur mata sapi." kata Putri.

"Kalau aku lauknya sambal ikan nila." kata Nisa.

"Aku pake sambal teri dan kacang tanah." kata Adel.

"Kita tukar-tukaran lauknya ya." kata Viola.

"Ok." jawab mereka kompak.

Kebetulan Adel, Putri dan Nisa teman kompak Viola. Mereka berempat selalu bersama-sama. Sampai untuk makan pun duduknya harus berdekatan.

Waktu untuk istirahat hanya 15 menit. Setelah selesai istirahat, semuanya kembali ke sekolah.

Jarak dari tempat pemandian ke sekolah tidak terlalu jauh, lebih kurang 1 km.

Setelah sampai sekolah, tidak berapa lama masuk jam ke-3. Semuanya segera masuk kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya.

Saat bel pulang berbunyi, segera semua murid keluar kelas. Semuanya ingin cepat-cepat pulang.

Saat Viola sampai gerbang, dia dikejutkan oleh suara Fanji yang memanggilnya.

"Viola !" panggil Fanji di dekat gerbang.

Viola segera mencari suara yang memanggilnya.

Betapa terkejutnya dia, ternyata yang memanggil adalah Fanji.

"Ngapain kamu disini Nji." kata Viola sambil berjalan mendekati Fanji.

"Ayok naik." kata Fanji.

Karena Viola memang cinta sama Fanji, tanpa pikir panjang Viola pun segera naik sepeda motor Fanji.

"Kita mau pergi kemana Nji." kata Viola sambil memegang erat pinggang Fanji.

"Kita ke kota makan bakso di tempat biasa." jawab Fanji.

"Aduh Nji, aku takut mama ku pasti marah. Pulangnya pasti lama karena dari sini ke ke kota setengah jam, belum lagi pulang kemari." kata Viola dengan perasaan ragu karena khawatir ortunya akan marah.

Apalagi Viola tau kalau orang tuanya tidak menyukai Fanji.

"Bilang aja kamu belajar kelompok dengan teman kelasmu." kata Fanji ngajari Viola berbohong.

Akhirnya Viola nurut saran dari Fanji.

Kira-kira 25 menit mereka pun sampai ke warung bakso.

"Mo pesan apa dek." kata pelayan bakso pada Viola dan Fanji.

"Seperti biasa ya mbak." jawab Viola.

Tidak berapa lama pelayan pun datang membawa dua mangkok bakso.

"Ini dek baksonya." kata pelayan sambil memberikan bakso.

"Terima kasih ya mbak." jawab Viola.

Saat Fanji akan memasukkan bakso ke mulutnya, dilihat baksonya belum dikasi daun seledri. Mungkin pelayannya lupa masukkan.

Dengan nada ketus, dan suara sedikit tinggi, Fanji memanggil pelayan tadi.

"Hei pelayan, bakso apa ini, mana daun seledrinya." kata Fanji dengan nada kesal.

Spontan Viola yang mendengar itu terkejut dan agak tersinggung karena Fanji terlalu sepele terhadap pelayan.

"Mungkin mbak itu lupa, maklum aja karena kan banyak yang pesan." kata Viola pada Fanji yang sedang emosi.

Pelayan segera datang menghampiri mereka.

"Ada apa dek." kata pelayan itu.

"Lihat ini, daun seledrinya mana!" kata Fanji dengan agak kesal.

"Maaf dek, saya lupa." kata pelayan itu sambil mengambil mangkok Fanji .

"Punya saya gak apa-apa gak ada daun seledrinya." kata Viola ketika melihat pelayan akan mengambil mangkoknya juga.

Tidak berapa lama, pelayan itu datang dengan membawa bakso yang telah diberi daun seledri.

Ternyata apa yang dibilang mama betul, sifat Fanji tidak bagus. Tidak ada sopan santunnya pada orang yang lebih tua. Omongannya juga kasar. Saat ngomong tadi nadanya agak tinggi sementara lawan bicaranya orangnya lebih tua dari dia.

Mama, maafkan Viola ya. Viola tidak menuruti kata mama. Gimana kalau mama tau aku pergi dengan Fanji, batin Viola sambil menyesali tindakan yang sudah dilakukan.

Dia pergi dengan Fanji , tetapi menelpon mama tadi mau kerja kelompok.

"Ma ....Viola sore baru pulang ya, karena Viola mau tempat teman ada tugas kelompok." itulah kata-kata yang diucapkan Viola saat akan pergi tadi. Ini semua ide Fanji supaya Viola bisa pergi dengan Fanji tetapi harus membohongi mama.

Cepat-capat Viola menghabiskan baksonya supaya dia bisa cepat pulang. Karena batin Viola tidak tenang karena sudah berbohong.

"Yok kita pulang." kata Viola ketika melihat Fanji selesai menghabiskan baksonya. Sementara bakso Viola tidak habis karena pikirannya tidak tenang.

Hal ini disebabkan dia sudah membohongi mama, dan sudah mulai terbuka mata hatinya melihat kelakuan Fanji barusan.

"Tapi baksonya belum habis." kata Fanji sambil melihat mangkok bakso Viola.

"Aku uda kenyang Nji." kata Viola lagi.

"Nantilah, aku kan masih kangen sama kamu. Kita kan sudah lama tidak ketemu." kata Fanji sambil tersenyum pada Viola.

Viola semakin muak lihat wajah Fanji.

Sambil berdiri dia berkata. "Ya sudahlah biar aku pulang duluan."

Kemudian Viola berjalan ke meja kasir sambil membayar bakso yang telah mereka makan.

Sudah menjadi kebiasan mereka, kalau makan bakso pasti Viola yang bayar.

Karena Viola cinta berat sama Fanji, dia rela mengeluarkan uang untuk membayar bakso setiap mereka kemari.

Tapi sejak hari ini rasa cinta di hati Viola sudah mulai luntur ketika melihat tingkah laku Fanji yang sepele terhadap pelayan.

Pak Rudi papa Viola masih belum pulang dari kerjanya di percetakan miliknya.

Dia masih menunggu datangnya bahan baku berupa kertas.

Sambil menunggu bahan baku datang, dia duduk sambil menonton TV di ruang kerjanya.

"Tok-tok." terdengar pintu ruang kerja pak Rudi diketuk.

"Masuk." kata pak Rudi.

Bi Ijah pelayan di percetakan pak Rudi masuk.

"Bapak mau minum apa, biar saya buatkan." kata bi Ijah.

"Gak usah bik, bentar lagi saya mo pulang kok." kata pak Rudi.

"Apakah neng Viola sudah mau pulang dari les nya pak." kata bi Ijah pada pak Rudi.

"Memangnya Viola les apa, saya kok gak tau bik." kata pak Rudi dengan sedikit heran.

"Loh.... bukanya bapak nunggu neng Viola pulang les, makanya bapak masih disini. Karena tadi waktu saya beli gula di toko sebrang sana, saya lihat neng Viola dibonceng temannya. Saya pikir dia mau pergi les sama temannya itu." kata bi Ijah menjelaskan.

"Temannya laki-laki atau perempuan bi." tanya pak Rudi penuh curiga.

"Temannya laki-laki yang biasa bonceng dia pak." jawab bi Ijah lagi.

Berarti si Fanji ini, batin pak Rudi dengan sedikit emosi.

"Permisi ya pak." kata bi Ijah sambil menutup pintu ruangan pak Rudi.

Setelah bi Ijah keluar, pak Rudi segera menelpon istrinya.

"Ma, Viola uda pulang sekolah." kata pak Rudi saat menelepon istrinya.

"Apa, dia ada tugas kelompok." kata pak Rudi lagi.

"Papa baru dapat info kalau Viola tadi ada di kota dibonceng laki-laki yang tidak lain si Fanji." kata pak Rudi menjelaskan.

"Kalau nanti dia pulang, tanyakan pada dia. Kenapa dia bohongi mama, bilang kerja kelompok, padahal pergi dengan Fanji." kata pak Rudi lagi.

Kemudian pak Rudi menutup teleponnya.

Dia tidak menyangka, kenapa Viola tega membohongi mamanya hanya karena seorang Fanji.

Padahal dia sudah berjanji pada mamanya kalau tidak berhubungan lagi dengan Fanji.

Tepat jam 17.00 wib Viola sampai di rumah.

Tetapi dia diturunkan Fanji di simpang empat jalan mau ke rumahnya, bukan di depan rumahnya. Karena takut kalau sampai ketahuan orang tua Viola.

Ketika dia buka pintu rumahnya, mamanya lagi ada di kamar.

Dia segera masuk kamarnya karena takut diinterogasi mamanya.

Tiba-tiba pintu diketuk dari luar kamar.

"Tok-tok, Viola... " terdengar suara mama memanggil dari luar kamar.

"Iya ma." jawab Viola sambil berjalan menuju pintu.

"Coba kamu jelaskan pada mama, kamu tadi pergi kemana." kata mama dengan nada agak marah setelah dia masuk kamar Viola.

"Tempat teman ngerjakan tugas kelompok ma." jawab Viola dengan sedikit ragu.

Dia berpikir dalam hatinya, apakah mama tau sebenarnya dia sudah berbohong.

Gimana kalau mama sampai tau. Hatinya tidak tenang memikirkannya.

"Mama gak pernah ngajari kamu berbohong Viola.Tapi kenapa kamu tega bohongi mama. Mama sangat kecewa dengan kamu Viola." jelas mama.

Viola terdiam dan merenung. Kenapa mama kok tau. Setelah selesai mama ngomong panjang lebar, Viola memeluk mama dan menangis sejadi-jadinya.

Dia menceritakan kejadian semuanya dan berjannji untuk tidak mengulangi perbuatannya.

"Yang terpenting sekarang, kamu sudah sadar, dan sudah terbuka mata hati kamu." kata mama sambil mengelus kepala anak gadisnya.

Tidak berapa lama papa Viola pun pulang dari kerjanya.

"Mana Viola." kata papa dengan nada marah.

"Sabar papa, dia sudah menceritakan semuanya. Papa gak perlu emosi seperti ini. Nanti kumat jantung papa loh." kata istrinya sambil ngajak masuk ke kamar untuk mandi dulu biar seger.

Setelah selesai mandi, mama pun menjelaskan semuanya pada papa. Perlahan emosi papa mulai reda.

Saat dilihat emosi suaminya mulai redah, mama pun segera mengajak papa keluar untuk menasehati Viola.

Seperti biasa, setiap pagi Reza, Dimas dan Viola pergi ke sekolah bertiga.

"Semalam kami kok gak ada lihat kamu saat pulang sekolah Vi." kata Reza memulai pembicaraan.

"Iya Vi, kamu semalam pergi kemana." kata Dimas.

"Oh.... aku semalam buru-buru pulang karena perutku sakit." jawab Viola dengan sedikit ragu.

"Oh gitu." jawab Reza dan Dimas bersamaan.

"Tapi sekarang sudah sembuh kan?" kata Reza sambil melihat Viola.

"Alhamdulillah sudah kok." jawab Viola sambil tersenyum.

"Syukurlah kalau sudah sembuh." kata Dimas lagi.

"Kenapa mata kamu kok sedikit bengkak." kata Reza lagi sambil menunjuk mata Viola yang sedikit bengkak.

Kejadian semalam siang membuat Viola nangis cukup lama. Dia menangis karena menyesali perbuatannya sudah mengecewakan kedua orang tuanya.

"Oh ini.... aku tadi malam nangis. Novel yang kubaca sedih sekali ceritanya." kata Viola bohong.

Ya Allah.... aku sudah berbohong lagi, batin Viola dalam hati.

""Nanti ceritan sama kami ya isi novelnya." kata Dimas sambil bergurau.

"Aku gak suka loh baca novel. Karena cerita novel panjang kali, capek bacanya." kata Reza lagi.

"Sama.... aku juga." kata Dimas lagi.

"Baca dalam hati gak ngeluarkan tenaga kok capek sih." jawab Viola.

"Maksudnya, capek matanya baca terus." kata Reza lagi.

Tidak terasa, mereka sudah sampai depan kelas Viola. Kemudian mereka bertiga berpisah dan segera masuk ruang kelasnya masing-masing.

Sampai dalam kelas, Viola disambut dengan pertanyan Farhan yang selalu mau tau tentang Viola.

Walaupun Viola tidak pernah menanggapi cinta Farhan, Farhan tetap semangat mendekati Viola. Dia berharap suatu saat Viola akan menerimanya.

"Hai Viola.... semalam aku lihat kamu dibonceng cowok. Siapa cowok itu Vi." kata Farhan.

"Memangnya kenapa." jawab Viola dengan nada ketus.

"Ya gak ada. Aku hanya ingin tau saja." kata Farhan lagi.

"Oh itu.... itu pacar aku." jawab Viola singkat.

"Oh gitu." jawab Farhan sambil jalan pelan-pelan keluar kelas.

Sengaja Viola menjawab seperti itu supaya Farhan tidak menggodanya lagi.

Seperti biasa kalau pulang sekolah Viola selalu pulang bertiga dengan Reza dan Dimas. Mereka selalu ngobrol sambil jalan pulang.

Hari ini Viola tidak banyak bicara. Dia banyak diam. Masih terpikirkan kejadian semalam.

"Kok tumben hari ini kamu diam aja Vi." kata Reza pada Viola.

"Masih mikirkan novel yang tadi malam ya?" kata Dimas sambil menggoda.

Diliriknya Dimas yang baru ngomong. Hidungnya mancung dengan rambut sedikit gelombong dan postur tubuhnya juga bagus, tinggi. Ternyata Dimas ganteng juga, batin Viola dalam hati.

"Eh.... enggak kok, lagi malas aja." kata Viola sambil tersenyum.

Kemudian mereka pun melanjutkan perjalanannya untuk pulang ke rumah masing-masing.

Terpopuler

Comments

💞Adinda Tya💞

💞Adinda Tya💞

fanji oh fanji

2020-11-17

1

Aen

Aen

Mantap

2020-11-15

3

Ade Firandarii

Ade Firandarii

Fanji nya ganteng gak thor?

2020-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!