Sudah enam bulan Viola ikut Dimas bekerja di percetakan. Walaupun dalam keadaan hamil, Viola tetap bekerja. Padahal Dimas sudah melarang Viola agar tidak usah bekerja dulu. Nanti kalau sudah melahirkan baru kerja, tetapi Viola bersikeras tetap mau bekerja.
Apalagi usaha percetakan yang dikelola Dimas semakin hari semakin maju, karena setiap hari orderan semakin bertambah.
"Gimana kalau kita tambah pegawai baru Mas. Pekerjaan semakin banyak karena banyaknya orderan setiap hari." kata Viola pada Dimas saat jam istirahat makan siang.
"Menurutku itu ide bagus Vi, biar orderan selesai tepat waktu." jawab Dimas.
Keesokan harinya, masuklah pegawai baru dua orang. Satu orang wanita dan satu orang pria. Nita adalah pegawai baru wanita yang kerjanya ditempatkan di bagian percetakan. Dia adalah seorang janda dan sudah mempunyai seorang anak yang masih berumur dua tahun.
"Sudah selesai Mas, kalau sudah selesai biar kita pulang sekarang." tanya Viola pada Dimas yang sedang asik di meja kerjanya.
"Apa kamu sudah selesai meriksa laporan keuangan pak Abdi." tanya Dimas pula.
"Sudah, baru saja selesai." jawab Viola.
"Kalau kamu sudah selesai, mari kita pulang." Dimas pun mengajak istrinya pulang.
Dimas dan Viola selalu pulang sehabis zuhur, karena Dimas harus kuliah lagi. Sedangkan Viola harus banyak istirahat karena sedang hamil.
Setelah Dimas dan Viola pulang, pak Rizky lah yang mengawasi percetakan tersebut. Mas Rizky adalah orang kepercayaan papa Viola dari dulu.
Sesampainya Dimas dan Viola di rumah, mereka disambut Nauval dengan tangisannya. Dia selalu minta digendong ayahnya dulu. Setelah digendong Dimas, barulah Nauval diam dan Dimas pun bersiap-siap untuk pergi kuliah.
Sehabis magrib biasanya Nauval sudah tidur. Sedangkan Dimas dan Viola sehabis isyah baru masuk kamar dan tidur.
"Kamu gak perlu pergi kerja setiap hari Vi, jaga kesehatan kamu. Kamu gak boleh capek loh. Kasihan baby di perut kamu." kata Dimas sambil mengelus-ngelus perut Viola.
"Aku gak capek kok Mas. Di rumah saja aku pun suntuk, gak ada kegiatan. Lagian jam kerjaku kan pendek. Pergi pagi, siang sudah pulang." jawab Viola.
"Aku gak mau terjadi masalah dengan kandungan kamu Vi." kata Dimas sambil mencium kening Viola dan dia pun mulai tidur.
Keesokan paginya, saat Dimas dan Viola sampai ke tempat percetakan, dilihatnya Nita yang merupakan pegawai baru sudah sampai juga.
"Selamat pagi pak.....bu.... " kata Nita sambil menyapa Dimas dan Viola.
"Kok cepat sekali kamu datang." kata Dimas pada Nita.
"Sudah terbiasa pak, saya biasa pergi kerja selalu cepat." jawab Nita.
"Sebelumnya kamu kerja dimana." tanya Viola.
"Sebelumnya saya kerja di pabrik triplek yang ada di jalan Krakatau bu." jawab Nita pada Viola.
Setelah sebulan.
Sebulan sudah Nita bekerja di percetakan Viola. Dan setiap pagi setiap Dimas dan Viola sampe ke percetakan, Nita sudah sampai juga. Sebenarnya dia memang rajin atau mencari perhatian Dimas, batin Viola.
Tepat jam sembilan pagi, ketika Viola akan masuk ke ruang kerja Dimas, dilihatnya Nita ada di dalam ruang kerja Dimas.
Dan bukan hanya sekali ini saja Viola melihat Nita di ruang kerja Dimas, tetapi sudah tiga kali dia melihat Nita di ruang kerja Dimas.
"Ngapain tadi Nita kemari Mas." tanya Viola saat Viola masuk ruang kerja Dimas.
"Ada yang dia tanya." jawab Dimas tenang.
Sehabis zuhur, Dimas dan Viola pun segera pulang. Dalam perjalanan pulang, pikiran Viola tidak tenang. Ada hubungan apa Dimas dengan Nita. Sepertinya Dimas sudah kenal lama dengan Nita.
Keesokan Harinya.
"Mas... aku hari ini gak masuk kerja ya. Aku kurang enak badan." kata Viola.
"Aku antar ke dokter ya." kata Dimas pada Viola.
"Gak perlu Mas. Aku gak apa-apa kok. Aku hanya lemas dikit saja, bentar lagi paling sudah baikan." jawab Viola.
"Ya sudahlah kalau begitu, kamu istirahat ya. Kalau ada apa-apa cepat telepon aku." Dimas pun mencium kening Viola seperti biasa dan berangkat kerja.
Setelah Dimas berangkat kerja, pikiran Viola gak tenang. Dia memikirkan Nita terus. Sepertinya Nita berusaha mendekati Dimas, batin Viola dalam hati.
Viola baru ingat dengan om Davit, teman sekolah papa yang mempunyai pabrik triplek di jalan Krakatau. Kemudian Viola menelepon om Davit menanyakan tentang Nita.
Betapa terkejutnya Viola setelah mendapat penjelasan dari om Davit. Ternyata Nita dipecat di pabrik triplek karena korupsi uang perusahaan. Kebetulan dia bendahara di pabrik triplek itu.
Sedangkan dia cerai dari suaminya karena ketauan selingkuh oleh suaminya. Selingkuhannya itu merupakan teman kerjanya yang juga anak buah om Davit.
Begitu dapat info dari om Davit, Viola pun bergegas ke percetakan untuk memberitau Dimas tentang prilaku Nita.
Sesampai di percetakan, Viola langsung menuju ruang kerja Dimas. Betapa terkejutnya Viola saat membuka pintu ruang kerja Dimas. Dilihatnya Nita dan Dimas sedang asik melihat ke komputer. Dimas duduk dikursi kerjanya, sedangkan Nita disamping Dimas sambil melihat ke komputer. Jarak mereka berdua sangat dekat sekali. Bahkan lengan Dimas bersenggolan dengan lengan Nita.
Dilihat Viola masuk tiba-tiba, Nita pun terkejut. Kemudian dia keluar terburu-buru. Sedangkan Dimas santai saja seperti tidak tidak ada masalah.
Kejadian ini seperti kejadian saat Viola memergoki Dimas dan Rina asik melihat contoh surat undangan. Bedahnya sekarang ini, Dimas dan Nita sangat dekat duduknya, bahkan bersenggolan kedua lengan mereka. Kan gak wajar kalau hanya sekedar hubungan kerja, batin Viola dalam hati.
"Ada hubungan apa kamu dengan Nita Mas." tanya Viola.
"Hubungan apa, ya hubungan kerja. Dia masuk ke ruangan ini untuk minta ditunjukkan contoh undangan yang lagi viral saat ini." jawab Dimas santai.
"Apa kalau lihat contoh undangan harus duduknya dekat-dekat, bahkan tanpa jarak." tanya Viola ketus.
"Vi... sudah kukatakan bahwa aku gak punya hubungan apa-apa dengan dia. Mengenai duduk saja kok dipermasalahkan sih Vi." Dimas berjalan keluar ruangan dan ditinggalkan nya Viola sendiri di ruang kerja Dimas.
Ditinggal Dimas begitu saja, Viola sakit hati dan hendak pulang. Kemudian dia pun keluar ruangan dan mencari taxi. Dari jauh Dimas melihat Viola ke luar gedung percetakan, dia pun segera mengejar Viola.
"Mau kemana Vi, kalau mau pulang biar aku antar." tanya Dimas sambil menarik tangan Viola.
"Gak perlu, aku bisa pulang sendiri." Viola menarik tangannya dan segera masuk ke taxi yang sudah ada disampingnya. Dalam perjalanan pulang, Viola hanya bisa menangis. Dia tidak menyangka kalau kejadiannya bakal seperti ini. Kenapa Dimas tegah berbuat ini padaku, batin Viola dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
💞Adinda Tya💞
wah
2020-11-18
1
Ade Firandarii
next
2020-11-13
1
Aen
Lanjut thor
2020-11-01
1