Viola Ulang Tahun

"Selamat ulang tahun sayang." kata mama mencium kening Viola dan kemudian memeluk anak gadisnya erat-erat.

"Terima kasih mama." kata Viola sambil membalas pelukan mamanya.

Papa juga tidak ketinggalan. Segera papa mendekati putri satu-satunya, mengucapkan selamat ulang tahun, kemudian memeluknya.

Setelah itu ketiganya pun sholat berjemaah di ruang sholat.

Sudah menjadi kebiasaan di keluarga itu, kalau sholat subuh selalu berjemaah.

Kecuali sholat zuhur, ashar, magrib dan isya, papa Viola selalu pergi ke mesjid untuk berjemaah di mesjid.

Selesai sholat subuh, mama Viola langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.

Sedangkan papanya masih di ruang sholat membaca Al quran.

Viola langsung pergi ke ruang tengah untuk membaca buku pelajaran.

Saat dia membaca buku, hpnya berbunyi.

Dilihatnya ada pesan wa yang masuk dari Fanji Nur Faisal.

Ternyata Fanji atau Faisal mengirim pesan yang isinya Selamat Ulang Tahun Sayang,,,,,

Segera dibalasnya singkat. Trims ya Fanji atas ucapannya. Itulah jawaban singkat yang dikirimnya.

Sejak kejadian tiga bulan yang lalu, Viola sudah memutuskan hubungan dengan Fanji.

Setiap Fanji wa Viola, tidak pernah dibalasnya. Dan Viola sudah ngirim pesan pada Fanji yang isinya, jangan pernah nganggu dia lagi.

Awalnya Fanji marah, tetapi karena pesan Fanji tidak pernah ditanggapi Viola, akhirnya Fanji pun gak pernah ngirim pesan.

Kemudian Viola melanjutkan membaca buku pelajarannya lagi.

Sudah menjadi kebiasaan Viola, malam ngerjakan tugas atau PR, paginya membaca buku pelajaran yang akan dipelajari nanti di sekolah.

"Viola .... panggil papa sana. Sarapan sudah siap ini." kata mamanya dari dapur.

"Iya ma." jawab Viola dari ruang tengah.

Segera Viola menjumpai papanya yang sedang membaca Al quran di ruang sholat.

"Pa .... sarapan sudah siap." kata Viola pada papanya.

"Iya ... bentar lagi papa kesana." kata papanya sambil menutup Al quran yang baru dibacanya.

Viola langsung ke dapur untuk membantu mama nya membereskan meja makan.

Setelah sarapan selesai ditata di meja, papa nya pun datang.

Kemudian mereka pun sarapan pagi bersama.

"Nanti mama masakkan apa Vi untuk temanmu yang mau datang." kata mamanya saat sarapan pagi.

"Terserah mama saja, yang penting gak merepotkan mama." jawab Viola.

"Kira-kira berapa orang yang datang Vi, biar mama tau nyiapkannya." lanjut mama nya lagi.

"Hanya 5 orang saja kok ma." jawab Viola.

"Masak ayam goreng saja, Viola kan suka ayam goreng." kata papa nya memberikan ide.

"Cocok juga ide papa." kata Viola lagi.

"Gimana kalau lauknya ayam goreng dan sambal udang basah, terus sayurnya sayur urap. Karena seperti biasa kalau hari ulang tahun kamu, mama kan selalu membagikan nasi urap pada tetangga." kata mama nya.

"Iya ma, gitu pun cocok. Tapi jangan lupa minumannya ya ma, air sere dingin campur jeruk kasturi. Aduh .... segarnya." kata Viola dengan senangnya.

"Ok sayang, nanti akan mama buatkan." kata mamanya.

Setiap hari ulang tahun Viola, mama selalu membuat nasi urap dan dibagikan pada tetangga. Begitu juga tahun ini saat ulang tahun Viola yang ke-16 tahun.

Sesampainya di sekolah, Viola memberi tau teman dekatnya yaitu Adel, Putri, dan Nisa agar pulang sekolah nanti langsung ke rumahnya.

"Memangnya ada acara apa Vi, kok ngajak kami ke rumah kamu." kata Nisa saat Viola mengundangnya.

"Gak ada acara apa-apa kok. Kebetulan mama aku buat nasi urap. Lagian kalian kan belum pernah main ke rumahku. Besok kan hari Minggu, jadi hari ini kita kan bisa pulang lama-lama." jawab Viola.

Sebenarnya Nisa, Adel, dan Putri sudah tau kalau hari ini ulang tahun Viola. Makanya mereka sudah beli kue ulang tahun buat surprise nanti.

"Dimas dan Reza diajak juga Vi." kata Adel pada Viola.

"Iya, mereka sudah aku beritau tadi pagi." jawab Viola.

Adel tersenyum puas dengar jawaban Viola.

Sebab Adel naksir berat pada Dimas.

"Cie .... ada yang senang nampaknya ini." kata Putri sambil melirik Adel.

"Siapa ya .... " kata Nisa sambil ikut melirik Adel.

"Kalian ini loh, jadi malu aku." kata Adel sambil tersipu malu.

"Jangan khawatir Del, nanti biar aku yang urus." kata Nisa sambil tersenyum.

Begitu bel pulang sekolah berbunyi, Reza bergegas keluar kelas. Dia ingin cepat menjumpai Dimas menanyakan tentang ajakan Viola untuk ke rumahnya.

Begitu keluar dari kelasnya, ternyata Dimas sudah menunggu di luar.

"Sebenarnya ada acara apa ya, kok Viola ngajak kita ke rumahnya." kata Reza penasaran.

"Aku juga gak tau Za." jawab Dimas.

"Mungkin mau ngenalin calon menantunya ya Mas." kata Reza sambil bercanda.

"Mungkin juga." jawab Dimas sambil tertawa.

"Tapi siapa calon menantunya disini, aku atau kamu." kata Dimas lagi.

"Tebak sendiri saja lah." jawab Reza sambil tertawa lebar.

Mereka pun segera berjalan menuju gerbang untuk menjumpai Viola.

Setiap pulang sekolah, mereka bertiga jumpanya di gerbang sekolah.

Sampai gerbang sekolah baru mereka berjalan pulang bertiga.

Ketika sampai di gerbang, Reza dan Dimas heran karena yang diajak Viola bukan hanya Reza dan Dimas. Ternyata Nisa, Putri dan Adel diajak juga.

"Ayok kita jalan." kata Viola setelah mereka semua sudah kumpul di gerbang.

Mereka pun segera jalan beramai-ramai menuju rumah Viola.

Rumah Viola ternyata cukup besar. Pekarangannya juga luas.

Memang bangunan rumahnya bangunan lama, tapi masih kelihatan bagus karena mungkin sering dirawat.

Rumah itu dibangun saat papa Viola masih kecil, masih kelas dua SD, kata Viola menjelaskan.

Ada pohon mangga, sawo dan jambu biji di samping rumahnya.

Ada juga pohon rambutan di sudut belakang rumahnya.

Di pekarangan belakang rumahnya, ada kebun sayur-sayuran.

Halaman depan rumahnya penuh dengan bunga bougenville yang sedang berbunga.

Semua warna ada.

Sedangkan di teras depan dan samping dipenuhi dengan berbagai macam bunga lompong.

Mama Viola memang rajin mengurus bunga. Setiap pagi setelah Viola berangkat sekolah, mama nya membereskan bunga-bunga miliknya.

Bunga lompong yang mulai berdebu dibersihkan dengan kain basah.

Satu persatu daunnya dilap dengan kain basah.

Sehingga daun bunga lompongnya kelihatan bersih dan mengkilat.

Sesampainya mereka di rumah Viola, mereka disambut oleh mama nya dengan ramah.

"Mari silahkan masuk." kata mama nya menyalami teman-teman Viola.

"Vi .... kita duduk di luar saja, di joglo itu." kata Adel sambil menunjuk ke arah joglo yang ada didekat pohon mangga.

"Iya Vi, disitu kan lebih enak, biar bisa memandang keluar." kata Putri menambahi.

"Oh iya ya .... biar Adel bisa lebih jelas memandang wajah Dimas, kalau di dalam kan gelap, jadi gak jelas." kata Viola sambil meledek Adel.

Seketika wajah Dimas merah padam karena malu, sedangkan Adel tersipu malu.

Dimas memang terkenal pemalu.

"Betul juga itu Vi." kata Reza sambil tersenyum.

Kenapa aku dijodohkan sama Adel, kenapa tidak dengan Viola. Padahal aku mengharap Viola lah yang menjadi pacarku, batin Dimas.

Dimas orangnya pemalu. Perasaan sukanya pada Viola tidak pernah dinampakkan. Sehingga Viola tidak pernah tau kalau Dimas menaruh hati padanya.

Mereka pun semua diajak Viola duduk di joglo.

"Bentar ya aku ambilkan minum." kata Viola sambil pergi masuk rumahnya.

Saat Viola masuk untuk mengambilkan minum, segera mereka menyiapkan kue ulang tahun yang sudah dibawa dari rumah.

Reza dan Dimas baru tau, ternyata hari ini Viola ulang tahun.

Tidak berapa lama Viola keluar dengan membawa minuman air sere dingin.

Saat Viola keluar, semua menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Tentu Viola sangat terkejut mendapat surprise dari teman-teman dekatnya.

"Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang.... ju.... ga, sekarang.....ju....ga, sekarang.... ju.... ga." semua bernyanyi bersama.

Kemudian lilin pun ditiap Viola.

Setelah lilin ditiup, kue ulang tahunpun dipotong-potong.

Putri, Nisa dan Adel gantian menyulangi Viola.

"Sekarang kamu sulangi seseorang yang kamu anggap paling dekat, paling berarti dalam hidup kamu." kata Putri dengan memberikan kue ulang tahun tersebut pada Viola.

Jantung Dimas berdebar kencang, mengharap dia lah orang yang mendapat sulangan dari Viola.

Viola juga bingung. Dia lebih suka lihat wajah Dimas dibanding Reza. Karena lebih tampan Dimas dari pada Reza.

Tetapi Dimas sikapnya biasa saja, tidak pernah memperlihatkan kalau dia suka.

Sedangkan Reza setiap saat menunjukkan perhatiannya pada Viola. Reza juga berasal dari orang kaya yang sudah tentu masa depannya lebih terjamin dibanding Dimas.

Itulah yang ada dalam pikiran Viola.

Akhirnya Viola mendekati Reza dan menyulanginya.

Semuanya tepuk tangan dengan penuh gembira.

Dimas juga ikut tersenyum, tetapi batinnya menangis sedih.

Karena orang yang sangat dicintainya, yang selalu hadir dalam pikirannya, ternyata mencintai orang lain yang merupakan sahabatnya sendiri.

Kenapa hatiku sedih seperti ini. Bukankah cinta tidak bisa dipaksakan. Berarti Reza lebih berarti dibandingkan aku. Berarti Viola mencintai Reza. Berarti aku dianggap teman biasa saja. Seribu pertanyaan muncul dalam benaknya.

Mulai sekarang aku harus bisa menerima kenyataan ini. Aku harus bahagia karena Reza mendapatkan wanita idamannya, batin Dimas.

"Ayok semuanya masuk, makan siang sudah ibu siapkan." kata mama Viola sambil jalan mendekati Viola dan teman-temannya.

"Iya bu bentar lagi." kata teman-teman Viola.

Akhirnya mereka semua masuk untuk mengambil nasi dan membawanya ke joglo. Semua makan di joglo.

"Del, ambilkan air putih untuk Dimas. Dimas belum ngambil air putih." kata Putri ngerjain Adel.

Pikiran Dimas lagi kacau, sehingga dia lupa membawa air putih.

"Gak usah, air sere tadi masih ada kok." kata Dimas sambil menunjukkan air sere disampingnya.

Mereka pun makan dengan lahapnya.

Dimas makan tanpa selera karena pikirannya lagi kacau.

"Mas.... tambah lagi sana." kata Viola.

"Iya terima kasih, aku sudah kenyang kok." kata Dimas sambil tersenyum.

Selesai makan, mama Viola membawa jeruk manis ke joglo.

"Ini jeruknya ya." kata mamanya sambil menyerahkan jeruk di dalam keranjang buah.

"Terima kasih bu." kata teman-teman Viola.

"Del, kupaskan jeruk untuk Dimas. Percuma kamu duduk disamping Dimas. Kan gak mungkin kami yang ngupaskan. Kami duduknya kan jauh dari Dimas." kata Nisa ngerjain Adel.

"Gak usah repot-repot Del. Aku bisa ngupas sendiri kok." kata Dimas saat dilihat Adel mau ngupaskan jeruk untuknya.

"Kan gak apa-apa ada yang ngupaskan." kata Viola lagi.

Semua temannya suka gangguin Adel. Apalagi mereka tau kalau Adel naksir berat pada Dimas.

Selesai makan, mereka pun pergi ke belakang rumah Viola untuk melihat tanaman sayuran yang ditanam mama Viola.

Mama Viola selain rajin menanam bunga, juga rajin berkebun sayur. Segala macam sayur ditanamnya.

Kebetulan perkarangan belakang rumah Viola cukup luas. Sehingga ditanami sayur-sayuran, cabe dan tomat.

Sebelum Viola dan orang tuanya pindah ke rumah itu, nenek Viola lah yang menanam sayur-sayuran.

Setelah nenek meninggal, mama Viola lah yang melanjutkan menanam sayuran.

Tanaman yang ditanam digunakan sendiri, bukan untuk dijual.

Lebih baik menanam sayuran sendiri dari pada beli di pasar. Kalau sayuran yang dibeli di pasar sudah tentu diberi pupuk biar cepat besar dan subur.

Kalau nanam sendiri hanya diberi pupuk tetapi pupuk kandang, tidak ada zat kimiannya.

Tentu lebih sehat yang diberi pupuk kandang dari pada pupuk yang dibeli yang mengandung zak kimia.

Demi kesehan, mama Viola rajin berkebun yang hasilnya digunakan sendiri.

"Tidak terasa sudah Ashar ya," kata Dimas saat mendengar azan di mesjid

"Yok kita pulang sekarang." kata Reza.

"Ayok." kata teman-teman Viola kompak.

Sesampainya di rumah, Dimas segera mandi dan sholat ashar.

Jam sudah menunjukkan pukul 17.00 wib, tetapi ibu Dimas belum pulang juga.

Kalau lagi banyak pesanan keripik, biasanya ibu Dimas pulangnya menjelang magrib.

Berarti banyak orang yang pesan keripik makanya ibu sampai jam segini belum pulang juga, batin Dimas.

Tidak berapa lama, ibu Dimas pun pulang dari rumah nek Sani setelah selesai membuat keripik.

"Sudah lama kamu pulang Mas." kata ibunya.

"Baru saja bu." jawab Dimas dengan agak lemas.

"Ibu apa banyak pesanan, kok sampai jam segini baru pulang." kata Dimas.

"Iya Mas, ada yang pesan buat pesta pernikahan anaknya, makanya lama baru pulang." kata ibunya lagi.

Untung saja rumah Dimas disamping dapur keripik itu, jadi setelah selesai membuat keripik tinggal berjalan beberapa sudah sampai rumah.

Sejak ibunya Reza meninggal, ibunya Dimas lah yang meneruskan usaha itu. Nek Sani hanya mengawasi saja.

"Yok kita makan Mas." kata ibunya setelah selesai membereskan meja makan.

"Iya bu." kata Dimas sambil berjalan mendekati meja makan.

"Kenapa kamu dari tadi ibu perhatikan diam saja, gak banyak ngomong. Ada apa Mas." tanya ibunya ingin tau.

"Gak ada apa-apa kok bu, hanya capek saja. Pulang sekolah tadi Dimas sama Reza ke rumah Viola, kebetulan Viola ulang tahun.

Ashar tadi baru pulang, langsung ngerjakan PR untuk Senin. Dimas belum sempat istirahat makanya lemas." jawab Dimas menjelaskan.

Padahal yang capek bukan badannya, tapi pikirannya. Mikirkan kejadian tadi siang.

Selesai sholat isya, Dimas langsung masuk kamar.

"Bu, Dimas tidur ya." kata Dimas pada ibunya yang sedang seriur nonton TV.

"Iya Mas, ibu bentar lagi juga mau tidur." jawab ibunya.

Sesampai di kamar, Dimas merebahkan badannya. Mata dipejamkan, tapi pikirannya melayang entah kemana. Dia asyik memikirkan Viola.

Tepat jam 23.00 wib, Reza baru bisa tidur dengan nyenyak.

Terpopuler

Comments

💞Adinda Tya💞

💞Adinda Tya💞

wah kasian dimas

2020-11-17

2

Aen

Aen

Happy birthday viola 😍

2020-11-15

1

Ade Firandarii

Ade Firandarii

happy birthday viola:3

2020-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!