Sudah hampir sebulan, Reza Dimas dan Viola tidak pergi ke sekolah lagi karena mereka sudah lulus.
Sekarang mereka sibuk mempersiapkan masuk perguruan tinggi negeri.
Reza ikut intensive bimbingan belajar di kota, karena hanya di kota yang ada.
Viola juga ikut intensive bimbingan belajar.
Dia dan teman kompaknya Adel, Putri, dan Nisa setiap hari pergi bimbel dengan naik angkot.
Reza dan Dadang perginya naik sepeda motor milik Reza.
Sedangkan Dimas tidak ikut intensive bimbingan belajar sebab dia mau masuk kuliah di universitas swasta yang ada di kota itu.
Ketika selesai UN, ibu Dimas sudah berpesan pada anaknya Dimas untuk kuliah di swasta saja yang penting di dekat sini.
Kalau lulus perguruan tinggi negeri, tentu akan tinggal di ibu kota. Sementara ibunya tidak ada biaya untuk membayar sewa kos.
Kalau kuliah di dekat sini kan bisa pulang ke rumah setiap hari. Jadi biaya tidak terlalu besar.
Paling yang perlu persiapkan ibunya, biaya kuliah sama biaya transportasi saja.
Dimas nurut saja apa kata ibunya. Dia juga sadar kalau penghasilan ibunya tidak seberapa karena hanya seorang pembantu.
Bisa kuliah saja sudah syukur, batin Dimas dalam hati.
Tepat jam 14.00 wib ibu Dimas pulang ke rumah. Kalau jam segini sudah pulang, biasanya tidak banyak pesanan keripik.
Saat masuk ke rumah, dilihatnya Dimas sedang menonton TV.
"Sudah jadi daftar kuliah Mas." kata mbak Sri pada anaknya Dimas.
"Sudah bu, tadi daftarnya sama Andi." jawab Dimas sambil mengecilkan suara TV nya.
"Jadi kamu ngambil jurusan apa?" tanya ibunya lagi.
"Dimas ngambil jurusan Management Pemasaran bu." jawab Dimas lagi.
"Kuliah yang rajin, jangan kecewakan ibu. Ibu setengah mati bekerja untuk biaya kuliah kamu. Jadi jangan kamu sia-sia kan pengorbanan ibu ya." kata ibunya menasehati anaknya.
"InsyaAllah Dimas hargai pengorbanan ibu." kata Dimas lagi.
Setelah tidak sekolah lagi, Dimas lebih banyak di rumah saja. Kerjaan rumah dihandlenya sendiri. Mulai nyapu, ngepel, nyuci, nyetrika pakaian. Kecuali masak yang tidak dikerjakannya.
Selesai kerjaan rumah, dia mencari uang tambahan dengan membantu memasukkan keripik ke plasti-plastik. Gajinya Rp. 10.000,- selama dua jam. Lumayan bisa nambah tabungnya.
Kalau Reza sibuk dengan bimbelnya. Sore hari baru dia pulang, sehingga jarang ngobrol dengan Dimas. Paling kalau hari Minggu baru mereka bisa ngobrol dan bermain bersama.
Malam minggu ini mereka berdua duduk-duduk di joglo dan bermain gitar. Tidak lama kemudian Andi pun datang.
Kemudian mereka ngobrol bertiga. Sejak sudah tidak sekolah lagi, Andi sering bermain ke rumah Dimas karena dia selalu di rumah saja.
"Besok pagi kita gowes yok." kata Andi pada Reza dan Dimas.
"Jam berapa?" kata Reza dan Dimas bersamaan.
"Jam 6 saja ya, biar aku nunggu di simpang rumahku." jawab Andi.
"Ok." jawab Reza dan Dimas.
Tepat jam 06.00 wib, Dimas sudah siap untuk bersepeda. Tidak lama kemudian Reza pun keluar dari rumahnya.
"Yok bergerak." kata Dimas pada Reza.
"Ayok." jawab Reza sambil mulai mendayung sepedanya.
Mereka pun menghampiri Andi di simpang rumahnya. Setelah bertemu Adi, mereka pun bersepeda keliling lapangan bola kaki di kampung itu.
Kira-kira 6 kali putaran mereka pun pulang. Tetapi sebelum pulang mereka singgah dulu di warung kak Susi untuk sarapan pagi. Warung kak Susi letaknya tidak jauh dari lapangan.
Selesai sarapan di warung kak Susi, mereka kembali menuju rumah Reza.
Kemudian mereka istirahat di joglo nek Sani yang letaknya dekat dengan pohon rambutan.
"Reza, Dimas, Andi, mari sarapan." kata nek Sani saat melihat mereka bertiga sampai rumah.
"Kami sudah sarapan di warung kak Susi nek. " jawab Dimas dan Andi serentak.
"Iya nek, kami sudah sarapan." Reza pun ikut menjawab.
"Main volly kita yok." kata Reza pada Dimas dan Andi.
"Ayok." jawab Dimas sambil berdiri.
"Bentar ya aku ambil bola vollynya dulu." kata Reza sambil masuk ke dalam rumah.
Setelah capek bermain volly, mereka pun kembali ke joglo untuk istirahat.
Tidak lama kemudian, mereka pun pulang ke rumah masing-masing untuk mandi.
Sejak pagi, selesai sarapan sampai siang Viola di kamar saja. Biasanya kalau selesai sarapan dia menonton TV di ruang tengah, tapi kali ini tidak ada keluar dari kamarnya.
"Viola mana ma, kok dari tadi gak kelihatan. Biasanya dia suka nonton acara minggu pagi film karton." kata papa Viola pada istrinya.
"Dia lagi di kamar, mungkin banyak tugas dari bimbelnya. Makanya gak keluar-keluar dari kamarnya." jawab mama nya.
Saat akan makan siang, mamanya memanggil Viola ke kamar.
"Tok tok, Viola..." kata mamanya sambil membuka pintu kamar Viola.
"Kamu sudah sholat zuhur Vi? Kalau sudah, biar kita makan siang. Bentar lagi papa pulang dari masjid." kata mamanya sambil mendekati anaknya yang sedang asik main handpond.
"Sudah ma barusan. Tadi Viola sholat di kamar, makanya gak ada keluar." jawab Viola pada mama nya.
"Apa kamu sakit, kok mama lihat kamu lesu kali." kata mama nya lagi.
"Viola gak sakit kok ma, hanya agak sedikit lelah karena kecapekan." jawab Viola lagi.
Setelah papa pulang, mama pun menyiapkan makan siang. Kemudian mereka pun makan siang bersama.
"Mama masak apa." kata Viola sambil jalan mendekati meja makan.
"Ayam goreng kesukaan kamu, sambal udang sama bayam direbus." jawab mamanya.
"Enak kali ma." kata papa nya sambil menarik kursi untuk diduduki.
Saat Viola mengambil sambal udang, tiba-tiba perutnya terasa mual. Kemudian dia masuk ke kamar mandi.
"Kenapa Vi, mungkin kamu masuk angin." kata mama nya setelah melihat Viola keluar dari kamar mandi.
"Iya ma, kayaknya Viola masuk angin." kata Viola sambil jalan ke kamarnya.
"Ya sudah, kamu ke kamar sana bentar lagi mama nyusul." kata mama nya.
Setelah mama nya selesai makan, dia pun ke kamar Viola dengan membawa minyak kayu putih.
"Sini biar mama gosok punggung kamu dengan minyak kayu putih ini." kata mama nya sambil mendekati Viola yang telah berbaring di tempat tidur.
Kemudian mama nya menggosok punggung Viola dengan minyak kayu putih. Setelah itu kepala Viola dipijeti juga.
"Sudahlah ma, sudah mendingan kok." kata Viola pada mama nya.
"Mama ambilkan makan ya." kata mama nya sambil berjalan keluar kamar.
Viola hanya mengangguk menandakan setuju.
"Nasi sama ayam goreng saja ya ma." kata Viola pada mama nya.
"Baiklah." jawab mama nya sambil berjalan keluar kamar.
Mama pun membawakan nasi dan ayam goreng untuk Viola. Kemudian mama menyulangi Viola.
Tetapi Viola hanya makan sedikit saja karena perutnya terasa mual lagi.
"Sudah ma, sudah kenyang." kata Viola sambil menutup mulutnya.
"Kok sedikit kali makannya Vi." kata mama nya sambil meletakkan piring di meja belajar Viola.
Kemudian mama nya memberikan air putih hangat yang sudah dibawanya pada saat membawa nasi tadi.
"Ini, minum dulu air putihnya." kata mama nya sambil memberikan air putih pada Viola.
Selesai makan, tidak berapa lama Viola pun tertidur. Dengan harapan setelah bangun tidur, badannya segar kembali.
Tetapi setelah bangun tidur, badannya tidak segar juga. Padahal dia tidur dari jam 14.00 wib sampai 16.00 wib.
Viola merasa heran, kenapa badanku lemas seperti ini. Mencium bau yang amis kok mual.
Dia baru ingat, seharusnya minggu ini aku sudah datang bulan, tapi sampai sekarang kok belum. Apa aku hamil? batin Viola dalam hati. Viola pun semakin ketakutan.
Kemudian dia segera mandi dan sholat ashar. Selesai sholat ashar dia pun pamit pada mama nya mau ke rumah Putri.
Viola bukan ke rumah Putri, melainkan ke apotik untuk membeli tespack.
Dibelinya tespack sampai tiga.
Semalaman pikiran Viola tidak tenang. Dia memikirkan hasil tes besok. Rencananya besok pagi bangun tidur, dia memeriksa air seninya dengan tespack yang baru dibelinya.
"Tok-tok, Mas.... " kamu sudah sholat subuh?" kata mbak Sri membangunkan Dimas anaknya.
"Sudah bu barusan." jawab Dimas.
"Apa ibu gak dengar saat Dimas ngambil wudhu ke belakang tadi?" kata Dimas sambil keluar dari kamarnya.
"Ibu kesiangan tadi, badan ibu kurang sehat." jawab ibunya sambil bersin-bersin.
"Ya sudah, biar Dimas yang bereskan semuanya bu. Ibu minum obat, kemudian istirahat." kata Dimas sambil menuntun ibunya ke kamar.
"Tapi obat flu kita habis pula loh Mas." kata ibunya.
"Nanti biar Dimas yang beli di apotik ya bu." kata Dimas lagi.
Kemudian Dimas pergi ke rumah Reza mau minta tolong ngantarkan dia ke apotik untuk membeli obat ibunya.
"Ada apa Mas, kok tumben pagi-pagi cari Reza." kata nek Sani.
"Dimas mau minta tolong sama Reza untuk temani Dimas ke apotik untuk membeli obat nek." kata Dimas pada nek Sani.
"Memangnya siapa yang sakit Mas." balas nek Sani.
"Ibu nek, ibu kena flu." jawab Dimas.
"Bentar ya nenek panggilkan." kata nek Sani sambil berjalan menuju kamar Reza.
Sementara jantung Viola berdetak kencang saat menunggu hasil tes air seninya.
Setelah satu menit, baru dilihat hasil tespacknya. Betapa terkejutnya dia, setelah tau hasilnya positif.
Masih ragu dia dengan hasilnya, kemudian dicoba lagi tespack kedua, sampai ketiga. Hasil ketiga tespack yang dibelinya semalam sore sama, yaitu positif.
Viola terduduk lemas di dalam kamar mandi sambil menangis.
Kemudian dia keluar kamar mandi dan mengirim pesan melalui wa yang isinya :
Za.... aku hamil. Kita ketemu sekarang ....
Wa yang dikirim Viola sudah dibaca Reza, tapi belum di balas juga.
Kembali Viola mengirim pesan yang isinya :
Za.... kenapa gak dijawab !!!
Tidak lama kemudian hp Viola berbunyi pertanda ada wa masuk. Dengan cepat Viola membuka dan membaca isinya :
Ntar y kukbri, aku mo ngantar Dimas dulu...
Viola sangat kecewa membaca wa dari Reza. Kok lebih penting Dimas dari pada aku. Bukankah ini kesalahan dia. Kenapa aku yang kena getahnya, batin Viola dalam hati.
Reza pun segera mengeluarkan sepeda motornya dari garasi.
Dalam perjalanan ke apotik, pikirannya suntuk. Dia memikirkan isi wa Viola barusan.
Apa yang harus aku lakukan. Aku belum siap jadi seorang ayah. Gimana kalau nenek tau ini semua. Aku gak tega lihat nenek. Nenek sudah merawat dan membesarkan aku.
Dari kecil aku sudah tinggal serumah dengan nenek. Kenapa sekarang aku mengecewakan nenek, batin Reza dalam hati.
Pikiran Reza tidak tenang dan diliputi rasa bersalah yang cukup besar.
Tiba-tiba terdengar "traakkj"....
Reza dan Dimas tercampak dari sepeda motornya. Mereka menabrak truck yang sedang berhenti.
Dimas sempat pingsan sebentar. Setelah sadar dia pun berdiri dan mencari Reza yang sedang terkapar di pinggir jalan.
Dimas mengalami luka ringan. Kaki dan tangannya lecet-lecet akibat terbentur pinggiran aspal
Ramai orang berdatangan melihatnya, tetapi tidak ada yang berani menolongnya sebelum polisi datang. Mereka semua takut, kalau menolong pasti jadi saksi.
"Za.... kamu gak apa-apa kan?" kata Dimas sambil mengangkat kepala Reza.
"Jaga Viola dan bayi ku ya." kata Reza dengan suara lemah dan terbata-bata.
Kemudian matanya terpejam dan sempat mengucapkan kata "Allah".
"Za.... " Dimas spontan memeluk Reza.
Dimas pun menangis histeris.
Tidak dapat dibayangkan Dimas. Kenapa kejadiannya begitu cepat sekali.
Tidak lama kemudian, polisi pun datang dan menyelesaikan ini semua.
Dimas pun segera menelpon ibunya. Kemudian dia menelpon Viola.
"Apa....? Innalillahi wainnailaihi rojiun." kata ibu Dimas saat menjawab telepon Dimas.
Sambil menangis, mbak Sri berlari ke rumah nek Sani dan menceritakan semuanya.
Kemudian nek Sani pun pingsan.
Tidak berapa lama kemudian, tetangga pun pada berdatangan.
Mendengar berita dari Dimas, Viola pun menjerit histeris. Dengan setengah berlari mama nya pun masuk ke kamar Viola.
"Ada apa Vi?" kata mama nya.
"Ma... Reza kecelakaan." kata Viola dengan suara terbata-bata.
"Jadi...?" kata mama nya tanpa meneruskan.
"Meninggal ma." jawab Viola sambil menangis histeris.
Semua teman sekelas Reza waktu SMA hadir. Begitu juga teman bimbelnya.
Viola hadir bersama teman kompaknya Adel, Putri dan Nisa.
"Yang sabar ya Vi." kata Adel, Putri dan Nisa saat bertemu Viola di rumahnya.
Kemudian mereka berempat pergi ke rumah Reza untuk melayat.
Sesampai di rumah Reza, sebagian teman sekelas Reza sewaktu SMA sudah pada datang. Sebagian lagi mungkin masih di jalan.
Menjelang zuhur, jenazah pun tiba. Dari tempat kejadian tadi, korban dibawa ke rumah sakit untuk diotopsi.
Begitu jenazah dibawa masuk ke rumah, semua teman cewek sekelas Reza waktu SMA dan teman bimbelnya pada menangis.
Nek Sani pingsan untuk kedua kalinya. Mbak Sri lah yang mengurusnya.
Sedangkan Viola tak henti-hentinya menangis. Adel, Putri dan Nisa selalu setia mendampinginya. Mereka takut kalau Viola pingsan.
Jenazah sudah dimandikan di rumah sakit. Jadi saat tiba di rumah duka tidak dimandikan lagi.
Tidak lama kemudian diadakan acara pemberangkatan. Pidato dari keluarga duka diwakilkan oleh pak Usman yang merupakan tetangga dekat nek Sani.
Setelah selesai acara pemberangkatan, jenazah segera dibawa ke mesjid untuk disholatkan. Kemudian digotong untuk dibawa ke kuburan.
Dimas, Dadang dan Budi ikut menggotong kerenda jenazah. Sedangkan Viola, Adel, Nisa dan Putri berjalan dibelakang kerenda jenazah. Mereka juga ikut ke kuburan.
"Vi... yok kita pulang." kata Adel sambil mengangkat badan Viola untuk berdiri.
Setelah Viola berdiri, Putri merangkul pundak Viola sambil membawanya berjalan pulang.
Langit sudah kelihatan mendung pertanda akan turun hujan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
💞Adinda Tya💞
😭😭😭😭 kasian
2020-11-17
1
Aen
Gws rezaaa
2020-11-15
1
Ade Firandarii
cepat sembuh rezaa
2020-11-13
1