Viola Melahirkan

Tidak terasa kandungan Viola sudah masuk usia sembilan bulan. Tinggal menghitung hari kapan lahirnya.

Dokter menyarankan supaya rajin jalan kalau sudah dekat waktunya melahirkan. Biar saat proses melahirkan nanti lancar tidak ada masalah.

Sehingga setiap pagi Viola jalan pagi dengan ditemani Dimas. Mereka keliling lapangan. Kalau sudah agak capek, mereka pun pulang dan singgah di warung kak Susi untuk membeli sarapan pagi.

Selesai sarapan pagi, perut Viola agak terasa sedikit sakit.

"Kenapa Vi, perut kamu sakit." kata Dimas saat melihat Viola merintih kesakitan.

"Gak kok Mas, tadi sakit sikit saja. Tapi sekarang sudah hilang kok. Mungkin karena kebanyakan jalan ya." kata Viola sambil mengelus-ngelus perutnya.

"Kalau sakit, biar kita ke dokter. Lagi pula ini kan sudah masuk sembilan bulan." kata Dimas dengan penuh rasa khawatir.

"Perkiraan dokter kan minggu depan. Berarti ini sakit biasa, bukan karena mau melahirkan." kata Viola menjelaskan.

Kemudian Dimas pun berangkat kerja.Tetapi pikirannya tidak tenang, memikirkan Viola di rumah.

Setelah Dimas berangkat kerja, Viola merasakan perutnya sakit lagi. Kemudian dia berjalan ke ruang tengah, sampai disana rasa sakitnya hilang.

Dia pun menghidupkan TV, kemudian menonton Upin Ipin. Sambil senyum sendiri dia menontonnya.

Tidak berapa lama bi Ijah pembantu Viola pun datang. Kemudian Viola pun membukakan pintu buat bi Ijah.

Setelah Viola membuka pintu, perutnya terasa sakit lagi.

"Kenapa non, sudah nyakiti." kata bi Ijah karena melihat Viola merintih kasakitan.

"Sakitnya kadang datang, kadang hilang bi." kata Viola pada bi Ijah.

"Ya memang gitu kalau sakit mau melahirkan." kata bi Ijah menjelaskan.

"Tapi perkiraan dokter minggu depan loh bi." kata Viola lagi.

"Perkiraan manusia kan bisa meleset non." kata bi Ijah lagi.

Aduh... gimana kalau aku tiba-tiba melahirkan, Dimas sudah berangkat kerja pula, batin Viola dalam hati.

Kemudian Viola masuk ke kamar mandi yang ada di dapur. Saat buang air kecil, banyak sekali air yang keluar. Kemudian ada bercak darah di pakaian dalamnya. Dia pun ketakutan, apa aku akan melahirkan sekarang.

Segera dipanggilnya bi Ijah. Bi Ijah pun bingung.

"Gimana kalau kita ke rumah sakit sekarang non." kata bi Ijah pada Viola.

"Tapi Dimas sudah pergi kerja bi." kata Viola pada bi Ijah.

"Kita naik taxi saja biar cepat. Nanti Dimas biar langsung ke rumah sakit." kata bi Ijah lagi.

Kemudian Viola merasakan sakit lagi. Sambil jalan pelan-pelan, Viola pun masuk ke dalam taxi.

Sampai di rumah sakit, Viola langsung ditangani dokter. Tapi kata dokter baru buka tiga, jadi masih harus jalan-jalan dulu biar cepat keluar bayinya.

Tidak berapa lama Dimas pun sampai di rumah sakit.

"Gimana Vi." kata Dimas sambil memegang pundak Viola.

"Kata dokter bentar lagi." jawab Viola sambil memegang tangan Dimas erat sekali karena menahan rasa sakit.

Tidak lama kemudian, perut dan pinggangnya terasa sakit yang luar biasa.

"Mas... aku sudah gak tahan." kata Viola sambil duduk dibangku.

Dimas pun semakin panik melihat wajah Viola semakin pucat.

Tidak lama kemudian Viola pun dibawa masuk ke ruang bersalin.

"Mas... aku gak tahan, sakitnya luar biasa." kata Viola sambil menggenggam tangan Dimas erat sekali.

"Yang kuat ya sayang." kata Dimas sambil mencium kening Viola.

Kemudian Dimas dan bi Ijah pun menunggu di luar di ruang tunggu. Dimas kelihatan bingung menghadapi semua ini.

Kemudian dia pun memberi kabar pada mama mertua dan ibunya kalau Viola sudah di rumah sakit akan segera melahirkan.

Setengah jam kemudian lahirlah bayi laki-laki Viola yang sehat dan ganteng.

"Pak, bayinya sudah lahir." kata perawat memberitau Dimas.

Kemudian Dimas dan bi Ijah masuk untuk melihat bayi Viola.

Subhanallah gantengnya, batin Dimas dalam hati saat melihat bayi Viola.

Kemudian Dimas mengazankan bayi Viola yang baru dilahirkan kedunia. Dipandangnya bayi mungil yang ada di tangannya.

Hidungnya mancung, matanya agak sedikit sipit dan rambutnya hitam lebat. Kalau Reza masih hidup, pasti dia akan bahagia sekali melihat bayinya lahir sehat dan ganteng seperti ini," batin Dimas dalam hati.

"Vi.... bayi kamu, eh.. bayi kita ganteng sekali." kata Dimas sambil mencium kening Viola.

"Iya Mas, bayi kita sehat." kata Viola tersenyum bahagia.

Setelah bayinya diperlihatkan pada kedua orang tuanya, kemudian diambil oleh suster untuk dibawa ke ruang baby.

Seandainya Reza masih hidup, pasti akan sangat bahagia sekali melihat bayinya sehat dan ganteng seperti dia, batin Viola.

Tidak terasa air mata menetes di pipi Viola mengingat kenangan bersama Reza.

"Kenapa kamu Vi." tanya Dimas saat melihat Viola menangis.

"Gak ada kok Mas, aku sangat bahagia karena sudah menjadi seorang ibu." jawab Viola berbohong.

Viola masih saja terus memikirkan Reza. Dia masih belum bisa ikhlas dengan kepergian Reza.

"Mas, badanku kok terasa lemas ya. Kok sepertinya dialas tidurku bayak darah." kata Viola pada Dimas yang saat itu sedang duduk di samping Viola.

Dimaspun segera membuka selimut yang menutup perut sampai kaki Viola. Betapa terkejutnya dia, ternyata sudah banyak darah yang keluar, bahkan sampai ke paha dan betis.

Dimaspun panik, kemudian memanggil suster. Tidak lama kemudian suster dan dokter pun datang untuk memeriksa Viola.

"Gimana kondisi istri saya dok." kata Dimas pada dokter setelah selesai menangani Viola.

"Istri bapak mengalami pendarahan, tapi baru saya berikan suntikan untuk menghentikannya. Yang penting sekarang, istri bapak harus tenang, jangan banyak pikiran biar tidak banyak darah yang keluar." kata dokter menjelaskan pada Dimas.

"Terima kasih ya dok." kata Dimas sambil mendekati Viola yang sudah tertidur setelah diberi suntikan oleh dokter.

Didekatinya Viola, dibelainya rambutnya. Kemudian digenggamnya jemari Viola.

Vi... apa yang sedang kamu pikirkan. Bayimu sudah lahir dengan selamat. Seharusnya kamu bahagia. Kenapa kamu masih memikirkan Reza Vi...., batin Dimas dengan perasaan cemburu dan sedih. Sedih karena sampai saat ini Viola belum bisa menerima dia. Viola masih memikirkan Reza.

Tidak lama kemudian, mama Viola, ibu Dimas dan nek Sani sampai rumah sakit.

"Mas... gimana kondisi Viola?" tanya mama Viola pada Dimas.

"Alhamdulillah sudah mendingan kok ma." jawab Dimas sambil menjelaskan semuanya.

Kemudian mereka melihat bayi Viola di ruang baby. Nek Sani menangis sedih saat melihat bayi Viola. Dia teringat pada Reza cucunya yang telah meninggal dunia.

"Nenek jangan bersedih. Bayi Viola ini pengganti Reza. Coba nenek perhatikan wajahnya. Kan mirip dengan Reza. Reza juga pasti bahagia nek melihat bayinya sehat seperti ini." kata ibu Dimas pada nek Sani yang sedang bersedih.

"Iya nek, nenek jangan bersedih lagi. Sekarangkan sudah ada Reza kecil." kata mama Viola menghibur nek Sani.

Akhirnya nek Sani pun tersenyum bahagia. Mereka semua sangat bahagia melihat bayi Viola yang sehat, ganteng dan menggemaskan.

Terpopuler

Comments

💞Adinda Tya💞

💞Adinda Tya💞

bikin baperr

2020-11-17

1

Aen

Aen

Selamat viola

2020-11-16

1

Ade Firandarii

Ade Firandarii

semoga ceritanya sampe anak viola ada 4

2020-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!