Pergi ke Dokter Kandungan

Tidak terasa kandungan Viola sudah masuk bulan ke tujuh. Dia sudah tidak muntah-muntah lagi, tetapi betisnya sering keram. Mungkin ini bawaan dari kehamilannya.

Kalau sudah keram, Dimaslah yang sering memijit-mijit betisnya. Kalau sudah dipegang Dimas, sebentar saja langsung sembuh.

Kenapa kalau tiba-tiba keram, begitu dipegang Dimas langsung sembuh ya. Padahal Dimas bukan ayah dari bayiku. Sepertinya bayiku manja pada Dimas, batin Viola dalam hati.

Tepat jam dua belas malam, Viola terbangun karena betisnya tiba-tiba keram.

"Mas... tolong aku, betisku keram lagi." kata Viola memanggil Dimas yang sedang tertidur pulas.

Dimaspun terbangun dan bergegas naik ke tempat tidur untuk memijit-mijit betis Viola.

"Gimana... masih sakit?" tanya Dimas pada Viola setelah lima menit memijitnya.

"Sudah berkurang." jawab Viola sambil mulai memejamkan matanya karena ngantuk.

Setelah dilihatnya Viola sudah tertidur pulas, Dimaspun berhenti memijit betisnya.

Kemudian diambilnya selimut, dan diselimutkan ke badan Viola sambil terus menatap wajah Viola dalam-dalam.

Dia pun tidak dapa mengendalikan diri untuk mencium kening Viola sebagai ungkapan betapa besarnya cintanya pada Viola.

Semakin hari semakin sayang Dimas pada bayi dalam kandungan Viola. Aku akan menjaga dan menyayangi bayimu seperti bayiku juga Vi, batin Dimas dalam hati.

Setelah itu Dimas pun kembali tidur di ambal. Dipeluknya guling erat-erat sampai dia pun tertidur pulas.

Setiap pagi Viola menyiapkan sarapan untuk Dimas. Bi Ijah pembantu Viola baru datang sekitar jam 08.00 wib. Sementara Dimas berangkat kerja jam 07.00 wib.

"Vi... biar aku saja yang buat sarapan. Kamu duduk saja. Nanti kamu capek loh. Tadi malam betismu kan baru keram." kata Dimas pada Viola.

"Gak apa-apa kok Mas. Lagi pula ada ibu dan nek Sani disini, kan gak enak kalau melihat kamu masak seperti ini." kata Viola.

Semalam sore ibu Dimas dan nek Sani datang ke rumah Dimas karena kangen. Sudah dua bulan mereka tidak ketemu. Dimas selalu sibuk dengan pekerjaan dan kuliahnya, jadi belum sempat pulang ke rumah ibunya.

"Sesibuk apa pun kamu di kerjaan atau pun di kampus, kamu harus tetap perhatikan Viola dan bayinya." kata mbak Sri pada Dimas saat sarapan pagi.

"Dimas selalu perhatikan Viola kok bu, nek. Kalau betis Viola keram, begitu dipijit-pijit Dimas langsung sembuh." kata Viola pada ibu Dimas dan nek Sani.

Dimas pun tertunduk malu mendengar penjelasan Viola.

Didepan ibu dan nek Sani, Viola pura-pura mesra pada Dimas. Karena dia merasa gak enak pada ibu dan nek Sani kalau dia kurang perhatian pada Dimas, sementara Dimas besar sekali pengorbanannya untuk dirinya.

"Tambah Mas nasinya?" kata Viola pada Dimas dengan penuh perhatian.

"Gak Vi, sudah kenyang." jawab Dimas.

Viola kemudian memberi air putih pada Dimas. Saat mau makan, Viola juga yang mengambilkan nasi dan lauk pauknya.

Dimas merasa heran, kok tumben Viola perhatian padaku, batin Dimas dalam hati.

"Ibu dan nenek nanti siang mau pulang ya Vi, Mas." kata ibu pada Dimas dan Viola.

"Kok cepat kali bu." kata Viola.

"Iya bu, kok cepat kali." kata Dimas.

"Kalau berhenti beroperasi keripiknya, kasian pedagang keliling yang setiap harinya pesan." kata nek Sani menjelaskan.

Tidak lama kemudian, Dimas pun berangkat kerja. Digandengnya lengan Dimas dengan mesra sampai ke teras. Dimas pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.

Dikecupnya kening Viola di depan ibunya dan nek Sani. Viola langsung tertunduk malu. Dia tidak menyangka kalau Dimas seberani ini.

Kemudia Dimas menyalami ibunya dan nek Sani.

"Dimas pamit ya bu, nek." kata Dimas pada ibunya dan nek Sani.

Dimas pun berangkat kerja dengan mengendarai sepeda motor hadia dari papa Viola.

Tepat jam 16.00 wib Dimas sudah sampai di rumah.

"Kok cepat pulangnya Mas." kata Viola saat melihat Dimas masuk rumah.

"Hari ini kan jadwal kamu periksa kandungan." jawab Dimas.

"Iya memang. Tapi rencanya aku mau pergi sendiri. Aku gak mau ngerepotkan kamu Mas. Kamu sudah cukup aku buat repot. Jadi a.... "

"Cukup Vi.... jangan kamu lanjutkan lagi. Kan sudah pernah aku katakan. Aku melakukan ini semua karena ikhlas. Aku benar-benar mencintaimu. Aku mencintaimu bukan karena kasihan, tapi memang dari hatiku yang paling dalam sejak pertama kali kita bertemu." kata Dimas menyakinkan Viola.

Viola terdiam dan berjalan ke kamar untuk siap-siap pergi ke dokter kandungan. Dalam hatinya dia menyesali ucapannya yang sudah menyinggung perasaan Dimas.

Sesampai di tempat praktek dokter kandungan, Viola mendapat antrian ke empat.

Viola dan Dimas pun duduk berdampingan di ruang tunggu.

"Anak keberapa bu?" kata salah seorang pasien yang sedang menunggu antrian.

Belum sempat Viola menjawab, sudah dijawab Dimas duluan.

"Anak pertama bu." jawab Dimas sambil memegang perut Viola.

Spontan Viola terkejut melihat Dimas memegang perutnya.

"Aku ke toilet dulu ya Vi." kata Dimas pada Viola.

Dimas pun segera pergi ke toilet.

"Ibu anak ke berapa?" gantian Viola bertanya.

"Anak ke tiga bu." jawab ibu itu.

"Oh... " kata Viola lagi.

"Ibu enak ya, suami ibu sayang, mau nemani ke dokter. Kalau suami saya, jangankan ngantar ke dokter kandungan, waktu saya melahirkan saja tidak peduli. Makanya saya iri melihat ibu disayang suami, diantar suami, jalan digandeng. Pokoknya saya lihat suami ibu sayang sekali pada ibu." kata ibu itu lagi.

Viola hanya tersenyum saja mendengarnya.

Memang benar, Dimas sangat sayang padaku dan bayiku. Tapi kenapa aku belum bisa mencintainya. Kenapa aku belum bisa melupakan Reza, batin Viola dalam hati.

"Ibu Viola." kata perawat sambil mempersilakan masuk.

"Biar aku masuk sendiri saja Mas." kata Viola sambil berjalan masuk ke ruang dokter.

"Kita USG ya bu." kata dokter kandungan pada Viola.

"Iya dok gak apa-apa." jawab Viola pada dokter.

"Suaminya mana, kok gak ikut." kata dokter bertanya pada Viola.

"Masih di luar dok, bentar saya panggil." kata perawat sambil berjalan keluar.

"Suami ibu Viola." kata perawat memanggil Dimas.

"Ada apa suster." jawab Dimas sambil mendekati perawat yang memanggilnya tadi.

"Bapak dipersilahkan masuk, bu Viola akan di USG." kata perawat pada Dimas.

Dimas pun segera masuk ke ruang dokter. Dilihatnya perut Viola sedang diperiksa dokter.

"Lihat ya pak, bayinya laki-laki. Sehat dan lincah lagi." kata dokter menjelaskan pada Dimas.

Selesai diperiksa dokter, Viola dan Dimas pun segera pulang. Dimas menggandeng lengan Viola sambil berjalan keluar dari ruang dokter.

Dimas kelihatan sangat senang melihat perkembangan janin Viola sehat.

Terpopuler

Comments

💞Adinda Tya💞

💞Adinda Tya💞

wahhh 💖💖💖

2020-11-17

2

Aen

Aen

Wahhh😍😍

2020-11-15

2

Ade Firandarii

Ade Firandarii

lanjut

2020-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!