“Ini cukup menyedihkan, jika assandia muda sepertiku mati sia-sia karena salah paham kalian,” sambung Reve sambil tersenyum sinis.
Kepala desa masih memandangnya dingin, begitu pula para kurcaci yang merasa geram dengannya. Seorang anak manusia yang membawa aura kegelapan berdiri dengan angkuhnya. Sementara Toz hanya bisa terdiam menggigil ketakutan karena merasa salah tempat sekarang.
“Kepala desa, kita memang harus membunuhnya! Bagaimanapun juga, dia sudah mengganggu buruan Hydra!” sambung kurcaci yang bersikeras menginginkan kematian Reve.
“Kapan aku mengganggunya?” Reve memiringkan kepala.
“Bukankah taring itu kau ambil dari buruan mereka?!”
“Ya! Tapi ini hanya taring dari buruan yang mereka buang. Bagaimana mungkin assandia amatir sepertiku bisa mengusik makhluk mengerikan seperti mereka? Sepertinya kalian terlalu berhalusinasi setelah melihat aura yang ada di diriku,” sindir Reve.
“Dan tolong singkirkan tombak ini, apinya sangat panas! Aku akan hangus jika dikelilingi tombak seperti ini,” sambungnya tanpa merasa bersalah.
“Kepala desa!” gigih kurcaci itu, tampaknya ia benar-benar ingin Reve mati. Kepala desa yang masih menatap lekat Reve, akhirnya menghapus tombak apinya tanpa gerakan apa pun setelah terdiam cukup lama.
“Dari tadi kenapa?” lirih Reve jengkel.
“Kepala desa! Kenapa?!” sahut salah satu kurcaci.
“Kita tak punya alasan untuk membunuhnya,” jelas kepala desa tersebut.
“Tapi! Dia benar-benar terlihat mencurigakan!” sambung Oa.
“Keputusanku sudah jelas,” tegas kepala desa membungkam semuanya. “Nesian, siapkan pakaian baru dan biarkan mereka beristirahat.”
“Baik!” angguk Nesian. “Ikuti aku,” ajaknya pada Reve dan Toz.
“Terima kasih kepala desa Krucoa, kalian memang baik seperti yang dirumorkan,” lirih Reve sambil melangkah pergi meninggalkannya.
“Kepala desa, kenapa? Padahal anak manusia itu sudah jelas sangat mencurigakan,” tanya salah satu kurcaci.
“Tidak peduli apa pun alasan yang ada pada dirinya, kita tak bisa menghakimi dirinya atas kecurigaan yang belum terjadi,” tukas kepala desa.
“Hamba mengerti tuan,” jawab salah satu kurcaci sebagai perwakilan.
Sementara, Toz dan Reve yang mengikuti langkah kaki Nesian tak saling bicara. Sampai derik pintu menyambut kedatangan mereka, mencoba mengingatkan kalau kedua anak manusia itu diterima di sana.
“Di sana kamar mandi, di atas kamar tidur. Apa kamu sudah makan anak manusia?” tanya Nesian pada Reve.
“Aku tidak lapar nyonya,” balas Reve sopan.
“Kalau begitu kalian silakan beristirahat. Aku pergi sebentar mencarikan baju manusia untukmu,” pungkas Nesian, ia pun berlalu meninggalkan keduanya.
“Aaah! Aku lelah! Bokongku terasa sakit karena duduk lama di penjara!” gerutu Reve. Ia menarik tubuh Near, sang ular yang selalu setia mendampinginya ke atas meja. “Aku ingin tidur, di mana kamarnya?”
“Di, di atas,” Toz menunjuk ke atas.
“Ya sudah!” Reve pun kembali meraih sang ular ke pangkuannya, lalu berjalan pergi ke atas menuju tempat yang di tunjuk Reve.
Sementara di kediaman yang berbeda ....
“Ini bajunya, pasti pas untuk tubuhnya walau dia ringkih,” Oa pun menyodorkan pakaian manusia ke Nesian. “Apa yang dipikirkan kepala desa? Membiarkan dua anak manusia tinggal di sini. Satunya masih bisa diterima, tapi pembawa ular itu benar-benar mencurigakan.”
“Entahlah, bagiku dia seperti anak manusia pada umumnya, jika kita kesampingkan masalah aura yang dibawanya.”
“Tapi!” sergah Oa.
“Sepertinya kalian masih meragukan keputusanku.” Suara dari kepala desa yang muncul tiba-tiba.
“I-itu,” Oa tergagap melanjutkan ucapannya.
“Nesian, suruh dua bocah manusia itu untuk menemuiku di rumah,” perintah kepala desa.
“Tapi tuan! Kita tak bisa membiarkan mereka berkeliaran, apalagi ke rumah anda,” bantah Oa tak terima.
“Ini akan menjadi keputusan akhir, entah mereka akan kubiarkan atau kuusir nantinya,” selesai mengatakan itu, tubuh kepala desa pun berubah menjadi api dan lenyap seketika.
*******
“Apa maksudmu?” tanya seseorang dengan nada menekan.
“Di-dia su-sudah dibunuh tuan,” jelas seseorang ketakutan.
“Dan kau kemari tanpa membawa kepala pelakunya?”
“Ka-kami tak bisa menemukannya tuan,” jawabnya tak berani menatap wajah laki-laki yang bertanya.
“Bagaimana bisa Cotra yang merupakan guider assandia level komandan mati saat berburu?” gumam laki-laki itu sambil memainkan anggur hitam di tangannya.
“Mungkin dia mati dibunuh buruannya?” sambung pria berkaca mata yang duduk bersama laki-laki tersebut.
Sementara, orang yang memberi laporan hanya bisa menunduk ketakutan mendengar setiap kalimat yang dilontarkan keduanya.
“Mati dibunuh mangsa? Guyonanmu manis sekali Revtel,” laki-laki yang memainkan anggur hitam itu pun terkekeh. “Mungkin saja dia dibunuh guider manusia, atau dibunuh bangsa lain.”
“Kers, apa di otakmu hanya ada mereka? Aku bingung, setiap ada masalah, kau pasti mengaitkannya dengan makhluk-makhluk itu. Sebagai pemimpin Hydra, pakai telingamu. Apa gunanya telinga hebat jika hanya sebagai pajangan?” oceh pria berkaca mata sambil membalik-balik buku di tangannya.
“Bagaimana dengan telingamu? Bukankah hanya dipakai sebagai gantungan kaca mata? Oh ya, apa kau mau kuambilkan mata Krucoa? Itu cocok untukmu dari pada kau harus berkaca mata,” ledek Hydragel Kers, sang pemimpin bangsa Hydra.
“Tutup mulutmu sialan, atau kutuang ulat ke dalamnya!” umpat pria berkaca mata itu.
Mereka berdua sibuk mengoceh, sampai lupa jika bawahan yang memberi laporan sudah berdiri cukup lama.
“Sudahlah, setiap kalah berdebat kau pasti mengancamku. Makanya matamu semakin rabun karena melawan rajamu sendiri,” sindir Hydragel Kers terkekeh.
Pria berkaca mata itu menatap tajam pada orang yang menyindirnya, lalu mengalihkan kembali pandangannya pada bawahan yang masih berdiri gugup di hadapan mereka.
“Hei kau! Cari tahu keadaan di sekitar mayat ditemukan. Jika sampai semua ini ada hubungannya dengan guider manusia atau bangsa lain, maka akan kupastikan sendiri mereka membayar harga yang sesuai untuk itu,” perintah Revtel dengan ekspresi tenang.
“Ba-baik tuan,” bawahan tersebut undur diri di hadapan mereka.
“Wah, seharusnya orang sepertimu yang jadi raja, kenapa malah aku yang tak terhormat di tahta itu? Aku jadi ingin tertawa,” Hydragel Kers menepuk-nepuk bahu Revtel yang membuatnya hampir tersungkur ke depan.
Wajah Revtel langsung berubah, “plaaak!” buku di tangannya pun dilayangkan ke wajah pemimpin Hydra yang tak terhormat itu.
Di tempat yang berbeda, langkah kaki dua anak manusia sedang mengikuti sosok kurcaci wanita yang menuntunnya.
Mereka dibawa ke sebuah halaman yang sangat luas layaknya sabana dengan rumah keong raksasa di tengah-tengahnya. Lolongan serigala yang memekakan telinga, menyentak tubuh salah satu anak sehingga bergidik ngeri mendengarnya.
“Ke-kenapa kami diajak ke sini?” tanya Toz melirik gugup ke sana kemari.
“Kepala desa ingin bertemu kalian,” jelas Nesian.
“Paling pak tua itu hanya ingin menanyai kita lagi,” sambung Reve yang mengundang lirikan Toz.
“Reve, apa kamu tidak takut?” bisik Toz.
“Takut? Kenapa?”
“Mungkin saja ketua desa akan menghukum kita.”
“Terus?”
“Terus? Apa kamu tidak takut sama sekali
setelah melihat jurus kepala desa?” bisikan Toz sedikit mengeras nadanya.
“Dia bahkan hampir menusukku seperti sate bakar, apalagi yang perlu kutakutkan? Kepala desa Krucoa takkan menghukum kita, percayalah.”
“Bagaimana kamu bisa seyakin itu?”
“Kita sudah sampai,” Nesian memotong pembicaraan mereka.
Ia pun membuka pintu rumah kepala desa tanpa ragu dan masuk ke dalam sambil diikuti Toz dan Reve.
Toz dan Reve sama-sama terpana melihat isi dalamnya. Sebuah rumah yang isi dalamnya seperti rumah kaca di dunia manusia, karena dipenuhi berbagai macam tanaman yang menyejukkan mata.
“Kepala desa ada di sana, silakan masuk ke dalam,” tunjuk Nesian ke arah pintu yang tertutup rapat.
“Baik, terima kasih ibu kurcaci,” angguk Toz pada Nesian.
Keduanya lalu berjalan mendekat ke arah pintu yang sudah menyambut kedatangan mereka dari tadi. Begitu pintu dibuka, sebuah ruangan gelap tanpa cahaya menanti mereka.
Tiba-tiba pintu langsung tertutup keras begitu keduanya melangkah ke dalam.
“Blaaarr!” Secercah api langsung muncul dan berubah membakar sekeliling ruangan yang membuat Toz dan Reve terperangkap di dalamnya.
“Apa-apaan ini?!” pekik Toz.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
ARSY ALFAZZA
🌱🌱
2020-11-01
1
Wichan606
Boomlike karya yg in lah
2020-10-31
1
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
lanjut up ya thor
2020-10-31
1