“Memangnya anda kabur dari siapa?” tanya Riz sangat penasaran.
“Hah, kau tak perlu tahu. Yang jelas, jika kau masih hidup saat orang itu datang, maka ia pasti bisa menemukanku! Tapi jika kau mati, maka itu akan lain ceritanya!”
“Sialan! Orang ini berharap aku mati?! Dia mirip dengan dokter sialan itu,” batin Riz.
“Hei! Bagaimana bisa kau tidak tahu kalau ada ular di sana?!”
“Tentu saja aku tak tahu! Aku baru datang dan terpukau dengan air terjunnya, tanpa sadar aku mendekatinya!” balas Riz tak mau disalahkan.
“Hoo, jadi kau calon guider? Pantas saja pecundang sepertimu seperti ini.”
“Siapa yang anda sebut pecundang?”
“Tentu saja kau, apa kau tak sadar sudah memanggil ibumu sebelum disantap ular?” ledeknya.
“Cih!” decih Riz.
“Yah! Itu hal yang wajar, untuk anak-anak yang tak tahu kehidupan dunia Guide. Dulu aku juga begitu, tapi aku bukan penakut menyedihkan sepertimu,” ujar pria itu menyombongkan diri.
“Sialan!” umpat Riz dalam hati.
“Yah ... Tapi itu berarti kau cukup sial, karena mendarat di hutan bukan kota. Kalau kau mendarat di kota maka kau takkan jadi pencuci mulut binatang liar.”
“Mana aku tahu akan keluar gerbang di hutan,” tengkorak itu tak memberi tahukan apa pun!” sahut Riz kesal.
“Ya wajar saja, jika dia memberi tahukannya, maka permainan ini takkan menarik bukan?” pria itu terkekeh.
“Permainan?”
“Ya, permainan di mana kalian berusaha keras menjelajahi dunia Guide.”
“Jadi apa sebenarnya dunia Guide? Aku tidak tahu apa-apa karena langsung keluar di hutan dan bertemu ular.”
“Dari mana aku harus memulainya? Dunia ini sudah ada sejak manusia belum terbentuk. Saat gerbang ke dunia ini terbuka, orang-orang berbondong datang ke sini untuk mencari tahu kehidupan di dalamnya. Dari sanalah tercipta istilah guider.”
“Baiklah, aku mengerti. Kalau begitu, bagaimana caraku mendapatkan kemampuan seperti guider lainnya?”
“Kau bisa mendapatkannya jika kau sudah menyandang status guider.”
“Bagaimana caraku menjadi guider? Aku masih calon sekarang.”
“Pergilah ke Guidoria, di sanalah kau mendapatkan status guidermu.”
“Di mana itu?”
“Sialan! Kau banyak tanya!” pria itu emosi.
“Itu karena aku tidak tahu! Kalau tahu aku takkan bertanya!”
“Makanya gunakan otakmu dan cari tahu!”
“Sekarang aku memang mencari tahunya!” balas Riz jengkel.
“Kau hanya bertanya!”
“Tentu saja! Itukan juga mencari tahu namanya! Aaaah! Sudahlah! Bisa gila aku jika terus berdebat denganmu!”
Mereka pun tak saling bicara, Riz memilih merebahkan tubuhnya untuk beristirahat. Mengingat kegilaan yang sudah terjadi menguras tenaganya.
Sementara pria itu membuat api unggun dari ranting-ranting pohon yang ada di dalam gua. Sepertinya gua itu juga pernah dipakai untuk beristirahat sebelumnya.
“Hei bocah! Ini makanlah!” sahut pria itu melemparkan sebuah makanan ke kepalanya. Itu tampak seperti sepotong roti yang dibungkus daun. Riz pun memanyunkan bibirnya karena makanan itu dilemparkan ke kepala.
“Terima kasih,” lirihnya.
“Heh! Jadi kau tahu juga cara berterima kasih ya.”
“Tentu saja! Tapi roti ini, di mana anda mendapatkannya di hutan ini?”
“Ada pedagang gila yang berkeliaran di hutan, jadi kau bisa membeli makanan dan obat padanya.”
Riz mangut-mangut tanda mengerti. “Oh ya tuan, apakah di hutan ini ada guider lain?”
“Tentu saja ada. Omong kosong apa yang kau tanyakan?” Mereka berbincang sambil tetap mengunyah makanan.
Riz merasa menyesal bertanya padanya, apalagi setiap ia bertanya orang itu selalu menjawab dengan sangat menyebalkan. Terlebih lagi, bau anyir dari kristal yang menutupi pintu sedikit mengganggu nafsu makannya.
“Tak terhitung ada berapa banyak guider ataupun calon guider di hutan ini. Hanya saja tempat ini terlalu luas, jadi cukup sulit menemuinya. Tapi itu jauh lebih baik terdampar di hutan ini daripada tempat lainnya.”
“Kenapa?” Riz penasaran.
“Ini belum saatnya bagimu untuk tahu. Jika kau tidak bermental kuat untuk hidup di sini maka kau akan mati. Dunia guide terkadang juga dijalani dengan hukum rimba.”
“Hukum rimba?”
“Ya! Yang lemah akan diinjak dan mati.”
Riz terdiam, pengetahuannya tentang dunia Guide bisa dikatakan sedikit atau tidak ada sama sekali. Sepertinya, jika ia tak mencari tahu lebih banyak tentang dunia ini, kehidupannya takkan bertahan lama.
“Dunia ini cenderung malam. Siangnya akan datang dua hari lagi.”
“Apa maksudnya itu?”
“Maksudnya malamnya lebih panjang dari siang. Jika di dunia manusia siang dan malam perbandingan waktunya adil, di sini tidak sama sekali. Siang hanya datang dua hari sekali, dengan perkiraan waktu cuma 12 jam siangnya.”
“Itu terdengar aneh.”
“Ya, tapi memang begitulah kenyataannya.”
“Ah!” pekik Riz tiba-tiba.
“Hei! Kenapa kau berisik?!”
“Aku tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan kristal biru untuk asosiasi.”
“Kristal biru bisa didapatkan jika kau pergi ke tanah biru.”
“Tanah biru?”
“Ya, tanah biru itu adalah tempat kristal biru tumbuh,” pria itu mengeluarkan sesuatu dari tas kecilnya. Sebuah pecahan kristal berwarna biru terang langsung memancarkan cahaya di kegelapan gua.
“Wah! Indah sekali,” Riz terpana menatap keindahan kristal yang terang benderang itu.
“Tenang saja, ada banyak tempat yang menjadi tanah biru di hutan ini. Kalau beruntung kau akan menemukannya.” Orang itu memasukan kembali kristal ke dalam tasnya. “Aku lelah, jadi aku mau tidur dulu,” ucap pria itu merebahkan tubuhnya dengan menjadikan tasnya sebagai bantal.
Mengingat roti yang diberikan juga sudah habis, Riz mengikuti langkah pria itu untuk tidur mengistirahatkan tubuh dan pikirannya di gua yang tenang itu.
Di suatu tempat yang jauh, rintik hujan semakin deras jatuhnya. Toz hanya bisa memandang sekeliling sambil berteduh di bawah batang pohon. Walau tak sepenuhnya melindungi dirinya, tapi itu lebih baik daripada ia kebasahan.
Toz cukup beruntung karena pintu gerbang terbuka di tepi pantai. Tapi cukup disayangkan, ia tiba dalam keadaan langit sedang hujan.
Tak ada siapa-siapa di sana kecuali dirinya. Malam yang mengelilingi, membuat bulu kuduknya hampir berdiri semua. Terlebih lagi hutan yang rimbun menanti kedatangannya agar masuk ke sana.
Suara monyet yang cukup melengking di tengah hujan sedikit mengganggu. Ingin rasanya ia beranjak dari sana, tetapi suasana tak mengizinkan langkahnya.
“Sepertinya aku harus menginap di sini,” lirihnya menatap berkeliling. Sebuah batu yang cukup besar menarik perhatiannya.
Ia mengambil batu itu, mengangkatnya dengan kesusahan lalu menaruhnya di dekat pohon. Toz pun duduk di atas batu sambil bersandar pada pohon untuk beristirahat malam itu.
Lain tempat lain suasana, Reve sedang memakan sebuah apel di tangan sambil memantau keadaan sekelilingnya. Entah kesialan atau keberuntungan, gerbangnya malah terbuka di atas sebuah menara reruntuhan tanpa ia ketahui sama sekali bagaimana cara turun dari sana. Karena tak ada pintu ataupun tangga di menara itu.
Tapi hal tersebut tak membuatnya risau, ekspresinya malah terlihat senang. Tatapannya tampak menikmati pemandangan dari atas dengan senyuman mengembang di bibir.
Desis Near, sang ular menemani dirinya, sebagai penghiburan dari langkah awal Reve yang akan menempuh kehidupan di dunia Guide, sehingga namanya pun akan dikenal sebagai salah satu guider yang cukup aneh julukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Dania
10 November 2021
Selamat Hari Pahlawan
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
7in1 NT 🌿🌿🌿🌿
2021-11-10
0
ARSY ALFAZZA
🌻🌻
2020-11-01
1
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
gara2 tanya tanyaan jd ribut 🤣
2020-10-27
1