Secara bergantian mereka masuk ke kamar mandi. Del Aney tampak tersenyum menatap kecantikan dirinya di kaca yang hampir menyamai tinggi tubuhnya.
Tentu saja itu hal yang wajar, karena ia memang cantik dan dirinya juga mengakui itu. Ia juga yakin kalau anak laki-laki yang sekamar dengannya juga tertarik padanya. Walau kenyataannya jauh berbeda dari apa yang ia bayangkan.
“Anca, menurutmu bagaimana pakaianku?” tanya Del tiba-tiba. Pertanyaannya langsung mengundang tatapan kaget dari anak lain.
Tapi respons Anca benar-benar mengejutkan. Tak ada pujian atau rasa kagum, hanya bahu terangkat sekilas yang ia jadikan jawaban, di mana itu menimbulkan rasa kecewa Del. Del tampak tersenyum kecut dan mengalihkan pandangan pada target selanjutnya. “Re-Reve, menurutmu apakah ini cocok denganku?”
Reve yang sibuk mengelus ularnya melirik sekilas, dan kembali lagi menatap si ular. “Entahlah, aku bukan perempuan jadi jangan tanya padaku.”
“Hei!” bentak Otic. “Kalian berdua benar-benar!”
“I-itu sangat cocok denganmu Del,” puji Toz. Sementara Riz geleng-geleng kepala, melihat tingkah dua penghuni aneh yang tinggal bersama mereka.
Sekarang adalah waktunya sarapan pagi, mereka bertujuh pergi ke kantin yang mengundang tatapan peserta lainnya. Lagi-lagi Toz memakan kare, sementara Riz, Del dan Alci memakan ramen. Otic dengan nasi goreng pedasnya, Anca memakan ayam bakar jumbonya, dan Reve dengan sepiring besar seafood yang menggoda.
Ini akan menjadi sarapan terakhir mereka, karena besok pagi semua peserta sudah berangkat ke dunia Guide. “Aku penasaran, apakah kita akan bersama-sama di dunia Guide,” lirih Del.
“Mungkin saja,” balas Alci.
“Sangat menyenangkan jika kita bisa bersama-sama, bukankah begitu Anca?” sambung Toz. Suatu kesalahan besar bertanya padanya, karena ia hanya mengangkat bahu sebagai tanda tidak tahu.
“Haiss! Bocah ini! Kau tak suka bersama kami ya!” potong Otic jengkel. Sementara suara kulit kepiting yang berisik di tangan Reve sedikit menimbulkan kegaduhan.
Apalagi ekspresi anehnya yang menyuapi sang ular peliharaan dengan daging kepiting itu membuat orang yang melihat akan geleng-geleng kepala. “Ini lagi! Kenapa kau bawa ular kemari? Kau mengganggu suasana makanku!” tambah Otic.
“Betina,” gumam pelan Reve yang bisa didengar Riz dan Del.
“Hei! Kau mengatakan apa barusan?!”
“Reve tidak mengatakan apa-apa, mungkin cuma perasaanmu saja,” jelas Del menenangkan Otic. Sekilas sorot mata Reve melirik Del, dan dibalas senyum olehnya. Tapi raut wajah Reve menunjukan ketidak sukaan padanya dan itu terlihat jelas.
Setelah selesai makan di kantin, Reve dan Anca kembali ke kamar. Di iringi oleh langkah kaki Toz di belakangnya. Riz, Del, Otic, dan Alci memilih untuk menjelajahi bangunan organisasi guider, sementara Toz yang merasa sedikit lelah terpaksa tak ikut bersama mereka.
Toz duduk di lantai dengan bersandar ke ranjangnya. Ia memandang ular Reve yang menatap lekatnya. “Anca, kenapa kamu ingin menjadi guider?” tanya Toz.
“Aku ingin kaya,” jawabnya singkat sambil memandang langit-langit kamar.
“Begitu ya, tujuan yang sangat luar biasa. Kalau Reve kenapa ingin jadi guider?”
Reve mengelus pelan kepala ularnya, “tentu saja bersenang-senang,” balas Reve.
“Bersenang-senang?”
“Ya, bukankah dengan menjadi guider kita bisa memiliki kemampuan? Itu cukup menyenangkan.”
Jawaban Reve membuat Toz menunduk, “aku ingin mengubah nasib keluargaku.”
“Heh, kau anak yang baik,” ledek Reve.
Toz memandangnya, “aku bukan orang kaya, aku anak dari pedagang ikan. Jika bukan begini, bagaimana caraku membantu orang tuaku?”
“Aku juga bukan orang kaya,” lirih Anca tiba-tiba. “Ayah dan ibuku bekerja sebagai penjual buah.” Ini pertama kalinya bagi Toz dan Reve mendengar Anca banyak bicara. Cukup aneh, karena biasanya ia hanya menjawab dengan mengangkat bahunya.
“Bagaimana denganmu Reve?” Toz memandang ke arahnya yang juga diikuti Anca.
“Aku? Keluargaku biasa saja,” ia pun merebahkan tubuhnya.
“Oh ya! Aku sedikit penasaran, mungkin ini hanya perasaanku saja. Tapi Reve, kenapa kamu terlihat seperti tidak menyukai Del?”
“Aku memang tidak menyukainya,” Reve membenarkan perkataan Toz tanpa basa-basi.
“Kenapa? Bukankah dia ...” ekspresi Toz tampak ragu melanjutkan ucapannya.
“Apa? Cantik?” sambung Reve. “Yang benar saja, manusia seperti itu hanya akan menyusahkan saja. Jika ini dunia Guide, aku yakin dia akan menumbalkan kita dengan kecantikannya.”
“Kamu, kenapa kamu berkata seperti itu?” Toz tampak kurang setuju dengan perkataan Reve.
“Aku hanya mengatakan kenyataan. Orang yang suka dipuji bukanlah orang yang baik.”
“Konyol sekali, Del hanya bertanya saran apakah dia cocok memakai baju itu atau tidak. Kamu saja yang terlalu aneh,” ucap Toz. Perdebatan mereka berdua hanya ditonton dengan tenang oleh Anca. Reve mengeluarkan seringai yang takkan terlihat oleh mereka berdua.
“Terserahlah. Percaya atau tidak dia bukan orang yang baik. Baunya juga sangat menjijikan, bukankah begitu Near?” lirih Reve ke arah ularnya. Sang ular mengangkat tinggi kepalanya, lalu meliuk-liuk di dekat tangan Reve.
Pintu kamar pun terbuka, dengan mereka yang baru datang menampilkan senyum sumringah. “Toz, sayang sekali. Seharusnya kamu ikut juga,” Riz merangkulnya.
“Apakah ada sesuatu yang menarik?”
“Ya! Kami mendapatkan makanan dari peserta lain, ini! Cobalah!” balas Del menyodorkan makanan yang dibawanya.
“Terima kasih,” Toz mengambil sebuah mochi di dalam kotak tersebut.
“Anca, ini,” sodor Del padanya. Anca menggeleng menandakan kalau ia tidak menginginkannya. Del mengangguk paham, lalu beralih ke arah Reve. “Reve, ini. Cobalah,” dengan sekotak mochi yang diarahkan padanya.
“Tidak,” Reve mengatakan itu tanpa menoleh sedikit pun, dan hal itu membuat Del tampak kecewa. Tapi ia memaksakan tersenyum lalu duduk di sebelah Riz.
“Bocah ini!” geram Otic dalam hatinya.
Toz yang memperhatikan tingkah Del dari tadi merasa tak percaya dengan apa yang diucapkan Reve sebelumnya. Tak sedikit pun Del memperlihatkan tanda kalau ia orang jahat, di matanya gadis itu sangat polos dan cantik. “Tidak mungkin orang seperti ini jahat, Reve saja yang terlalu sensitif,” batin Toz.
Waktu terasa berlalu dengan sangat lambat bagi mereka yang menantikan hari esok. “Tak kusangka, sebentar lagi aku akan jadi seorang guider,” lirih Alci menatap ke bawah.
“Benar juga, Alci, kenapa perempuan sepertimu ingin menjadi guider?” tanya Del penasaran.
“Aku penasaran.”
“Penasaran?” Toz memiringkan wajahnya.
“Ya! Apa yang ada di dalam sana? Kenapa orang-orang yang sudah menjadi guider tak mau mengatakannya? Kemampuan apa saja yang bisa didapatkan manusia biasa seperti kita di sana? Kenapa para guider hanya mampu mencapai level B? Seberapa luas dunia guide itu?Apa yang tersembunyi di sana?” pungkas Alci bersemangat.
“Itu ...” Riz tak tahu harus menjawab apa. Begitu pula yang lainnya. Mereka menjadi guider hanya untuk mencapai tujuan masing-masing.
“Kuharap, bahkan jika nanti kita memasuki dunia Guide secara terpisah, semoga kita bisa bertemu lagi dan kembali dengan selamat,” ucap Del dengan suara yang agak bergetar.
Masing-masing dari mereka tak ada yang menjawab, itu harapan yang cukup aneh disebutkan di saat mereka bahkan belum memasuki dunia Guide.
“Ya! Kau benar! Bahkan jika kita tak bertemu, setidaknya mari kembali ke dunia manusia dalam keadaan selamat,” tukas Alci dengan penuh semangat. Hari itu dipenuhi suka cita, sebelum mereka memasuki gerbang dunia Guide esok harinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Dania
10 November 2021
Selamat Hari Pahlawan
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
7in1 NT 💃💃💃💃
2021-11-10
0
anggita
like👍👌
2021-07-04
0
ARSY ALFAZZA
🌿🌿🌿
2020-11-01
1