“Buaagh!” suara tubuh Toz yang jatuh dari tempat tidur.
Sebuah ranjang yang tak seberapa besarnya, bahkan tak mampu menahan keresahan tubuhnya. Selesai mendengarkan nyanyian kurcaci tua itu, ia pun mengantuk.
Atas perintah ketua desa, seseorang diminta untuk menampung Toz malam tadi. Dan sekarang di sinilah dia, di kamar dalam rumah orang yang bersedia menampungnya.
“Aduh, uugh ... Pinggangku!” erangnya.
“Mimpi buruk?” tanya seorang kurcaci yang sibuk menyiram bunga di kamar itu. Sebuah kamar berukuran cukup luas, dengan tiga ranjang sama besar yang menghiasi isinya.
“Tidak, aku hanya ... Tidak, lupakan saja.”
Toz tak melanjutkan ucapannya. Apa yang harus ia katakan? Ranjang kalian kecil sekali, tubuhku jadi tak nyaman, atau aku tak betah tinggal di sini? Jika ia berani mengucapkan itu, mungkin dirinya akan berakhir sebagai daging panggang di api unggun semalam.
“Turunlah, ibuku sedang memasak makanan,” ajak kurcaci itu begitu menyelesaikan aktivitasnya.
“Oh ya, tunggu! Siapa namamu?” tanya Toz. Ia baru sadar kalau dirinya sama sekali tidak mengetahui nama mereka, kecuali satu nama. Oa, nama kurcaci yang menyiapkan pakaian untuknya.
“Leak.”
“Leak?”
“Ya.”
“Terdengar aneh,” batin Toz. “Namaku Toz, Toz Nidiel.”
Kurcaci itu mengangguk, lalu berjalan menuruni tangga diiringi Toz. Sebuah aroma sedap yang jauh lebih menggiurkan dari ular panggang benar-benar menggugah seleranya.
Suara derik kursi yang digeser, piring yang tersusun rapi, buah-buahan penggoda selera, sudah tak sabar menunggu tuannya untuk makan.
“A-apakah aku juga boleh di sini?”
“Tentu saja anak manusia, kami tidak merasakan kegelapan darimu, karena itulah kamu boleh di sini.”
“Ah, kurcaci tua itu juga mengatakan hal yang sama,” Toz kembali mengingat ucapan kepala desa padanya.
“Kami para kurcaci bisa merasakan aura,” jawab kurcaci wanita yang sedang memasak.
“Ibu! Makanannya?” potong Leak tiba-tiba.
“Tunggu sebentar,” ibunya lalu mengambil mangkuk besar dan menuangkan ikan berkuah merah ke dalamnya.
“Bisa merasakan aura?” lanjut Toz yang penasaran.
“Ya, para kurcaci bisa merasakan aura seseorang. Entah mereka manusia, siluman, binatang atau apa pun itu.”
“Wah, luar biasa sekali. Kalian pasti sangat hebat jika bisa memiliki kemampuan seperti itu,” puji Toz. “Ah, terima kasih,” ucapnya saat wanita kurcaci itu menyodorkan sepiring makanan.
Toz menatap lekat makanan tersebut, seekor ikan yang tampak mirip cup*ng terbaring tewas di piringnya. Di mandikan kuah merah dan sayur-sayuran lain yang tak jelas jenisnya.
Toz meneguk kasar ludahnya saat menatap sang ikan, karena bagaimanapun juga, ikan itu hanya dipakai sebagai hiasan di akuarium rumahnya.
“Kenapa anak manusia? Apa kamu tidak suka ikannya?” tanya ibu Leak.
“Ti-tidak, bukan begitu. Hanya saja, hanya saja ... Aku akan memakannya,” lirih Toz berjeda.
Ia tak bisa mengatakan apa-apa, jika sampai ocehan kalau dirinya tak menyukai ikan itu terlempar dari mulutnya, mungkin saja ia akan segera ditendang dari sana.
“Biarlah, ikan cup*ng lebih baik dari ular,” batin Toz memaksa mulutnya makan.
“Enak,” sahut Toz tiba-tiba.
“Syukurlah kamu menyukainya, aku sudah cemas karena semalam kamu muntah saat menatap ular bakar kami.”
“Uhuk! Uhuk! Uhuk!” Toz langsung tersedak dan batuk mendengarnya.
Ingatan si ular yang sudah mati jadi daging panggang langsung menari di otaknya. Sekilas, kepala ikan cup*ng di piring membentuk bayangan wajah si ular bakar.
“Waaaa!” pekik Toz tiba-tiba.
“Kenapa?!” tanya Leak kaget.
“Ular! Barusan aku melihat ular!”
“Di mana?!” ibu Leak mencari-cari sosok makhluk itu.
“Di piring! Aku melihatnya di piring!”
“Kau pasti gila,” lirih Leak jengkel.
“Buaagh!” suara tendangan yang dilayangkan ke kaki Toz.
“Aduuh! Sakit! Kenapa kau menendangku?!”
“Karena kau berisik dan gila. Buka matamu jelek, dan lihat baik-baik. Itu ikan, bukan ular! Dasar manusia bodoh,” sindir Leak.
Toz kembali memandang lekat ke dalam piring. Sekarang ia sadar kalau dirinya sudah berhalusinasi, apa yang ada di sana adalah ikan yang memamerkan tulang, bukan ular yang di panggang.
“Hah,” hela napas Toz. Ia memijat pangkal alisnya untuk memperbaiki penglihatannya.
“Maafkan aku Leak, nyonya kurcaci, eh tidak! Apa ibu kurcaci?” gumam Toz bingung.
“Kamu bisa memanggilku Nesian,” balas ibu Leak.
“Baik.”
Mereka bertiga pun melanjutkan makan, di mana Toz berhasil melahap si ikan cup*ng dengan melengserkan posisi ular bakar di otaknya.
“Anu ... Apakah aku boleh bertanya lagi?” tanya Toz.
“Silakan anak manusia.”
“Maaf bu kurcaci, eh! Tidak, ibu Nesian,” balasnya kelabakan. “Panggil saja aku Toz, itu akan lebih baik.”
“Baiklah. Jadi, apa yang ingin kamu tanyakan?”
“Tentang aura yang kalian bicarakan, apakah aku boleh bertanya lebih lanjut?”
“Ya silakan tanyakan. Bukankah sudah kubilang begitu?” Nesian memiringkan wajahnya.
“Benar, sepertinya telinganya bermasalah. Apa perlu kuambilkan kelabang untuk membersihkan telingamu?” sambung Leak.
“Apa! Kau ingin membunuhku ya!” pekik Toz.
“Kami tak berniat membunuh manusia, jangan salah paham,” timpal Leak.
“Benarkah?” Toz tak mempercayainya, ia bahkan lupa dengan maksud dan tujuan yang ingin ditanyakannya.
“Ya, kami hanya mengubur mereka hidup-hidup bukan membunuhnya,” sahut Nesian.
“Gleg,” Toz meneguk kasar ludahnya mendengar itu. Tubuhnya langsung menggigil ketakutan, merasa bahaya datang mengancam jika sekali lagi ia melemparkan kotoran dari mulutnya. “Ma-maafkan aku,” lirih Toz.
“Hei! Bukankah kau ingin bertanya? Kenapa kau minta maaf?” tanya Leak.
“Tentu saja agar hidupku aman!” jengkel Toz dalam hatinya. “Y-ya, itu yang ingin kutanyakan. Bagaimana cara kalian merasakan aura? Dan apa maksudnya aura itu? Aku seorang calon guider, jadi tak begitu paham apa maksudnya,” jelas Toz hati-hati.
“Hmm, ya. Tanpa kau sebutkan pun kami tahu kau calon guider. Aura pecundangmu terlihat jelas,” sindir Leak.
“Sial*n!” umpat batin Toz.
“Dari mana kami harus memulainya?” gumam Nesian.
“Apakah itu sesuatu yang terlarang untuk ditanyakan? Aku mendaftar jadi guider tanpa tahu kehidupan apa yang ada di Guide. Aku hanya tahu, kalau jadi guider akan mendapatkan banyak uang. Informasi tentang apa atau bagaimana penghuninya sama sekali tak kuketahui.”
“Informasi tentang dunia Guide tertutup di duniaku, tapi masih banyak orang yang berminat untuk memasukinya. Aku hanya penasaran, dan ingin tahu tentang semuanya. Jika aku melangkah dengan kebutaan informasi, sepertinya aku takkan pernah tahu apa yang tersimpan di dunia ini.”
“Sejujurnya aku takut menanyakannya pada kalian. Awalnya kupikir mungkin saja kalian akan membunuhku. Tapi melihat perlakuan kalian yang sampai memberikanku baju dan tempat tinggal, sepertinya bayanganku tentang kalian sudah sangat keterlaluan,” tukas Toz panjang lebar.
Ibu dan anak kurcaci itu hanya mendengarkan cerita Toz dengan tenang. Keheningan sekitar 5 menit menemani mereka.
Dan selama itu pula berbagai pemikiran berkecamuk di otak Toz. Merasa menyesal sudah menanyakannya, merasa yakin bahwa ia tak salah, merasa ragu apa ia harus bersuara lagi.
Pemikiran-pemikiran itu bertengkar hebat di otaknya, seolah saraf-saraf di kepala yang seperti penjara alirannya, mulai retak dengan perkelahian dari kumpulan pemikirannya sendiri.
“Aku harus mulai dari mana? Ini akan jadi cerita yang panjang,” ucap Nesian.
“Baiklah, tak masalah! Akan kudengarkan seberapa panjangnya,” sahut Toz bersemangat.
Leak menatap ibunya, begitu pula sebaliknya.
“Baiklah, kalau begitu biarkan aku minum dulu.”
“Hah?!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Dania
10 November 2021
Selamat Hari Pahlawan
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
7in1 NT 💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼💃🏼
2021-11-10
0
PENA LANGIT
Leak jahat banget dah.
2020-12-12
1
Annisa Nurrahmadani
leak ini bukannya hantu ya
2020-11-05
1