“Aku harus mulai dari mana? Ini akan jadi cerita yang panjang,” ucap Nesian.
“Baiklah, tak masalah! Akan kudengarkan seberapa panjangnya,” sahut Toz bersemangat.
Leak menatap ibunya, begitu pula sebaliknya.
“Baiklah, kalau begitu biarkan aku minum dulu.”
“Hah?!”
Toz Nidiel membuka mulut menganga dengan perkataan Nesian. “Baiklah,” silakan ibu kurcaci."
Leak menatap Toz dengan sorot mata malas. Merasa bingung dengan kebodohan yang dimiliki Toz, karena memanggil ibunya dengan sebutan seperti itu.
“Baiklah, kalau begitu aku akan menceritakannya,” sahut Nesian dengan serius.
“Baik!” Toz memasang pose tegap, telinga berdiri, mata melebar bersiap untuk mendengarkan cerita yang akan menjadi sumber informasinya.
Tiba-tiba ....
“Nesian, apakah kamu ada di rumah?” sahut seseorang tiba-tiba.
“Aah!” pekik Toz dalam hati. Padahal ia ingin mendengar kisah tentang dunia Guide malah diganggu.
Pintu rumah tiba-tiba terbuka tanpa izin, “oh! Bocah! Kau sudah bangun?!” sahut kurcaci yang tak asing lagi bagi Toz. Siapa lagi kalau bukan Oa, kurcaci yang mengambilkan baju untuknya.
“Sudah,” jawab Toz singkat.
“Ada apa?” tanya Nesian pada Oa.
“Ada penyusup, dia ... Seorang anak manusia.”
Nesian dan Leak sama-sama kaget mendengarnya. Begitu pula Toz, anak manusia? Selain dirinya? Telinganya langsung nyaring mendengar itu.
“Izinkan aku bertemu dengannya!” sahut Toz berambisi. “Mungkin saja itu Riz!” batin Toz penuh harap.
Oa terdiam sejenak, ekspresi ragu jelas terpampang di wajahnya. Akhirnya ia pun menyetujui Toz untuk ikut melihat siapa anak manusia yang menyusup. Mereka berempat segera keluar rumah, menuju alun-alun di mana anak manusia itu berada.
Tampak kumpulan kurcaci berdiri melingkar di alun-alun seperti sedang mengelilingi sesuatu. Toz yang sudah datang mencoba mencari celah untuk bisa mendekat.
Sekalipun para kurcaci lebih cebol, tetapi jumlah mereka yang banyak menutupi sudut pandang Toz ke depan.
“Permisi-permisi, tolong izinkan aku lewat,” pinta Toz. “Kau! Bagaimana bisa ...” kalimat Toz terhenti, seperti sedang tercekik di tenggorokannya.
Mata ular yang menatap tajamlah penyebabnya. Mata ular dari sang pemilik yang duduk bersila dengan ekspresi malas melihat kedatangannya.
Tapi yang mengagetkan bukan itu saja, tubuh penuh darah dengan taring besar yang tergenggam di tangan benar-benar memicu sesuatu di diri masing-masing mereka yang melihatnya.
“Ada apa ini?” sahut kepala desa tiba-tiba. Kedatangannya mampu membuat para kurcaci yang berkerumun memberi celah besar untuk menyambutnya. Kepala desa itu pun langsung terdiam, begitu melihat sosok yang berlumuran darah bersama ular di lehernya.
“Siapa namamu?” tanya kepala desa.
“Reve Nel Keres.”
“Reve Nel Keres, bagaimana kau bisa ada di sini?”
“Kakiku melangkah begitu saja.”
“Kalau begitu darah apa yang menempel di tubuhmu?” sorot mata kepala desa menyapu tubuhnya.
“Darahku dan juga darah buruan Hydra.”
Perkataan Reve membungkam semuanya, mereka memandang Reve dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan. “Buruan Hydra? Apa itu?” batin Toz.
“Taring di tanganmu,” sahut kepala desa menatap tajam ke tangannya.
“Ah! Ini? Kuambil dari buruan Hydra,” jelas Reve santai. Darah di wajahnya menetes segar ke tanah, membuat Toz tak bisa berkata-kata melihat keadaannya.
“Nesian, obati dia,” perintah kepala desa.
“Baik,” ibu Leak itu mendekat ke arah Reve sambil menatap tajam pada ular yang menyorotnya.
Ia mengulurkan tangan ke wajah Reve, “Liaythax Nehriem Miaglea (Bola hijau Nehriem)” begitu mengucapkannya, sebuah cahaya hijau muncul di telapak tangannya dan membentuk bola besar yang mengelilingi Reve.
“Ini!” pekik Toz kaget.
Bola besar hijau itu sama persis dengan apa yang dikeluarkan dokter Cley di telapak tangannya saat mengobati Toz dan Riz. Mereka memperhatikan Reve yang diobati Nesian tanpa berkedip.
“Ketua desa,” lirih Oa tiba-tiba.
“Ya, aku tahu,” angguk kepala desa.
Tak lama, luka-luka di tubuh Reve pun sembuh walau masih ada jejak darah yang menetes di badannya. Bola hijau yang mengelilingi tubuhnya pun lenyap, dan Nesian mundur tiga langkah darinya.
“Terima kasih,” ucap Reve padanya. Nesian hanya mengangguk, tapi sorot matanya masih tak lepas dari taring di tangan Reve.
Tiba-tiba sebuah kapak yang muncul entah dari mana terarah ke kepala Reve. Siapa lagi kalau bukan Oa yang mengarahkannya.
“Siapa kau sebenarnya?!” tanya Oa penuh
waspada.
“Reve Nel Keres.”
“Kutanya sekali lagi! Siapa kau sebenarnya?!” bentak Oa.
“Reve Nel Keres,” balas Reve datar.
Ketegangan yang mengelilingi semuanya membungkam Toz, karena ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Bagaimana bisa anak manusia sepertimu memasuki Krucoa? Ini bukan tempat yang bisa dimasuki sembarang orang,” jelas kepala desa.
“Kakiku melangkah begitu saja,” ucap Reve tanpa gugup.
“Kepala desa, mungkin akan lebih baik jika kita mengirimnya ke penjara,” sambung kurcaci yang lain.
“Tu-tunggu! Apa maksudnya itu? Di-dia calon guider yang sama denganku!” potong Riz tiba-tiba.
“Calon guider? Bagaimana bisa calon guider sudah mendapatkan cincin?” timpal Oa.
“Cincin?! Apa maksudnya itu?!” Toz tak mengerti maksud perkataan mereka.
“Sudah jelas dia seorang guider jika melihat cincinnya!” sambung Oa dengan nada sedikit meninggi.
Toz terdiam, “cincin? Guider? Apa maksudnya? Sudah jelas dia calon guider yang sama denganku!” batin Toz.
Matanya melirik Reve, dan menyadari ada sesuatu yang tak biasa darinya. Di tangan kanannya yang memegang taring terdapat sebuah cincin berwarna ungu melingkar di jari tengahnya.
Reve pun tersenyum, “ya, aku memang seorang guider, apa yang salah dengan itu? Ini tidak seperti kalian baru pertama kali bertemu dengan guider manusia bukan?”
“Bawa dia ke penjara, minta Troya mengawasinya,” perintah kepala desa.
Para kurcaci yang lain pun mengangguk, lalu mengarahkan tangan ke arah Reve.
“Wussh!” suara dari berbagai senjata yang muncul di tangan para kurcaci. Ada yang memegang pedang, tombak, kapak, gada dan lainnya.
Senjata itu diarahkan pada Reve tanpa belas kasihan. Sehingga Toz yang melihatnya, tak bisa berkata apa-apa kecuali gugup gemetaran dengan pemandangan seperti sihir yang tiba-tiba muncul di depannya. Walau ini bukan pertama kalinya, ia masihlah tidak biasa dengan itu.
“Tak perlu mengarahkan ini padaku, aku akan menuruti kalian dengan tenang mengingat bantuan yang sudah diberikan.” Reve berdiri dari duduknya sambil menepuk-nepuk belakang celananya yang kotor.
Ia menoleh ke arah Toz sambil tersenyum tipis, “sampai bertemu lagi teman,” kekeh Reve.
Toz terdiam, sementara matanya masih memandang ke arah Reve yang sudah berjalan menjauh sambil diiringi para kurcaci yang memegang senjata. “Apa yang sebenarnya terjadi?” gumam Toz.
“Perintahkan para penjaga meningkatkan keamanan desa. Pertebal kabut dan durinya, pasang cairan snakeya (racun ular) di sekeliling agar tak ada lagi penyusup kemari,” perintah kepala desa.
“Baik!” jawab para kucaci serentak.
Kepala desa melirik sekilas Toz, lalu berpaling meninggalkannya entah ke mana. Toz hanya memandang orang yang disebut kepala desa itu dengan tatapan bingung.
“Sebenarnya apa yang ada di dunia ini?” batin Toz.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
RAN
snakeyaaaaa
2020-12-05
1
℃heny¿↑※↓§°¢€|\¦
Racun.... Ngeri
2020-11-08
1
ARSY ALFAZZA
🍁
2020-11-01
1