Setelah kepergian mereka, beberapa tetangga yang kasihan pun datang menghampiri. Membantu ibu dan anak itu, serta ikut membereskan dagangan yang berserakan.
Seorang wanita yang sedikit lebih tua dari ibu Riz pun menangis, merasa kasihan atas apa yang telah terjadi. Rasa bersalah karena tidak bisa membantu pun tertera jelas di wajah mereka yang masih memiliki nurani. Ingin membela namun apalah daya mereka, karena penyerang itu adalah orang yang berpengaruh di kota itu.
“Maafkan aku tidak membantumu nak,” ucap seorang pria yang mengobati luka Riz. Aku tak berdaya, saat melihat sosok mereka yang seperti itu. Aku benar-benar minta maaf Riz, maafkan aku,” diiringi dengan nada bersalah yang teramat sangat.
“Tidak apa-apa paman, ini bukan salahmu,” lirihnya pelan. Riz menatap ibunya yang sudah baik-baik saja, merapikan barang-barang yang rusak tanpa bicara.
Riz tahu jika itu hanyalah tipuan. Kenyataannya, ibunya tidak baik-baik saja, gemuruh di dada menyesakkan dirinya saat mengingat perlakuan kasar mereka. Ia mengepal erat tangannya, karena merasa benar-benar tak bisa memaafkan mereka.
“Riz, Ayar, kalau begitu kami kembali dulu. Kalian beristirahatlah,” tukas salah satu tetangga.
“Baik tuan, terima kasih banyak sudah membantu kami,” sahut Riz pelan.
Keheningan antara ibu dan anak sekarang memenuhi ruangan. Tetesan air mata membasahi pipi ibu Riz yang mulai terisak-isak.
“Ibu.”
Wanita itu menatap Riz yang sedang mengoleskan obat di perutnya sendiri, “maafkan ibu nak. Jika ibu berhati-hati maka ini semua tidak akan terjadi. Seharusnya ibu tidak membawa mereka, tapi ibu tidak mengira kalau semua ini akan terjadi,” ujar ibunya. Air matanya semakin deras, memacu detak jantung Riz saat menatap wajah sendu ibunya.
“Ibu! Ini bukan salahmu! Ini salah orang-orang sombong itu!”
“Maafkan ibu nak, ini salahku kamu jadi terluka seperti ini.”
“Apa yang ibu bicarakan? Ibulah yang terluka!” Riz pun menghampiri ibunya dan memeluknya dengan ekspresi yang sama. “Aku bersumpah! Sampai mati aku tidak akan memaafkan mereka!”
Waktu pun menelan rasa sakit mereka walau tak pudar.
Riz terbangun dengan memar di wajah yang terasa menendangnya. Ia pun menatap cermin, melihat wajahnya yang semakin hancur akibat ulah-ulah tangan tak bermoral para penindas. Tak peduli apa yang terjadi, ia harus tetap bersekolah. Anak yang hidup dengan modal beasiswa sepertinya tak punya kesempatan untuk bermalas-malasan.
“Riz, kamu sekolah? Bukankah lebih baik kamu libur saja?” tanya ibunya. Riz memandang kaget saat menatap memar biru yang menempel jelas di wajah ibunya. Hal itu pun menambah rasa sakit di hatinya tanpa kasihan.
“Tidak bisa bu, apa pun yang terjadi aku harus tetap sekolah,” jelas Riz pamit tanpa sarapan. Tentu saja ia tak sarapan, karena tak ada yang bisa dimakan. Uang simpanan bahkan sedikit pun tak ada di tangan untuk membeli makanan, jadi apa yang bisa dimakan?
Bukankah orang-orang itu sangat kejam? Tak hanya merusak isi rumah dan memporak-porandakan semuanya, bahkan uang-uang yang ada dirampas semua tanpa iba. Terlebih itu semua juga disertai dengan penindasan tanpa pandang bulu mereka.
Apa lagi yang lebih kejam dari itu sekarang?
“Hai Riz! Kenapa wajahmu tambah hancur begini?” tanya salah seorang temannya.
Hanya senyum tipis sebagai balasan Riz, sampai akhirnya senyum itu memudar saat Ellio lewat di sampingnya dengan lirikan sekilas. Perlakuan Ellio itu membuat Riz tak tahu lagi apa yang dirasakannya sekarang.
“Aku tidak menyangka Ellio akan seperti itu, padahal kalian sudah seperti saudara.”
Riz hanya bisa menunduk, lalu terkaget saat pemuda yang mengajaknya bicara menarik paksa tangannya. “Hei apa yang kamu lakukan?!” tanya Riz bingung.
“Di sana ada Jion! Jika dia melihatmu mungkin saja dia akan memukulmu lagi!” jelasnya.
Bagaimanapun juga, Jion adalah pembully yang sudah merebut Ellio darinya. Setidaknya itulah yang dirasakan Riz, karena dirinya menolak kenyataan kalau Ellio sendiri yang sudah membuangnya. Sebenarnya laki-laki yang menolong Riz sekarang juga takut mengajaknya bicara, karena ia tak ingin jadi target pemukulan yang sama dengan Riz.
Namun, bantuan Riz pada hidupnya yang membuat orang itu tetap bertahan di sisi Riz. Riz pernah menolongnya saat ia tenggelam di danau karena tak bisa berenang. Riz juga sering membantunya dalam belajar, bukankah itu sudah cukup jadi alasan dari tindakannya untuk bertahan?
Keduanya memasuki kelas. Riz duduk di samping kursi Ellio yang masih kosong. Sementara laki-laki yang bersamanya duduk di belakang Ellio. “Toz, lebih baik sekarang kamu tidak bicara padaku, kamu tahukan apa maksudku?” ucap Riz pada remaja itu.
Toz mengangguk paham, karena sebentar lagi Ellio dan kawanan barunya akan memasuki kelas. Walaupun pemimpin mereka Jion berada di kelas yang berbeda, tapi akan lebih baik jika Riz dan Toz saling diam agar tak jadi target lagi. Kenapa Jion sangat suka membully Riz? Itu masih menjadi tanda tanya sampai sekarang.
Jam pelajaran pun dimulai, tak ada kegaduhan yang terjadi sampai jam istirahat datang. Namun, neraka bagi Riz dimulai saat istirahat itu.
“Riz Alea! Apa-apaan wajah jelekmu itu?” ledek salah satu bawahan Jion yang sekelas dengannya. “Ini bukan ulah kami, kalau kau ingin tambah hancur maka katakan saja! Kami akan melakukannya lebih buruk dari yang kemarin!” tukasnya.
Riz tak menanggapinya. Ia memilih pergi sebelum semuanya bertambah buruk. Tapi sayang, sebuah buku pun dilempar ke kepalanya sebelum ia sempat menjauh.
“Plaak!” suara buku yang melayang ke kepalanya. Rasa sakit pun membuat Riz menoleh tajam padanya, sehingga pemuda yang melempar buku menjadi emosi.
“Br*ngs*k! Beraninya kau melihatku seperti itu?!” teriaknya berlari mendekat.
Toz yang berada di dekat Riz pun kaget dan takut dengan itu. Apa yang bisa dilakukannya? Ia hanya seorang pecundang.
Lain lagi dengan Ellio yang hanya diam menatap ulah rekan barunya. Orang tersebut menjambak rambut Riz yang kesakitan dan menyudutkannya ke dinding. “Orang miskin sepertimu tak pantas melihatku seperti itu!”
Riz pun mencoba melepaskan tangan orang yang menyakitinya, sambil melirik pada Ellio dan berharap akan ada sesuatu yang masih tersisa dalam hubungan mereka.
Apa yang diharapkan Riz? Ellio memandangnya tanpa belas kasihan. Raut wajah damai yang hangat tak lagi terpampang dari wajah Ellio. Sahabatnya itu, benar-benar sudah membuangnya dari janji pertemanan mereka.
Suasana semakin memburuk saat Jion juga datang ke kelas itu. Ia menatap anak buahnya yang sedang berulah tanpa bicara. Sampai akhirnya senyum sinis terlukis jelas di wajahnya, dan membuat yang lain bergidik takut untuk tetap berada di sana.
Toz pun gemetaran tak bisa bergerak dari kursinya, merasa takut jika ia juga akan diperlakukan sama seperti Riz.
“Sepertinya kalian sedang asyik,” sejurus kalimat itu meluncur dari mulut Jion. Sosoknya yang berotot, dengan rambut hitam ikal sebahu membuatnya tambah mengerikan. “Baiklah, bagaimana jika kita pakai dia sebagai latihan sebelum memasuki Guide?”
“Ide bagus bos!” setuju yang lainnya.
Akhirnya, pembullyan masal pun dimulai. Riz yang tak tahu apa salahnya diserang bertubi-tubi tanpa rasa kasihan. Toz yang ketakutan melihatnya pun memilih untuk segera keluar dari kelas. Setidaknya hal itu akan membantu jika ia bisa melaporkan apa yang terjadi pada guru.
“Hei! Mau ke mana?” ucap Jion tiba-tiba. Ia menarik lengan Toz dan menendang perutnya. Tubuh tak berdaya Toz pun terpental ke belakang.
Para murid lain hanya bisa berteriak takut, tanpa ada yang membantu. Sekalipun kasihan, itu lebih baik daripada diri mereka sendiri yang jadi korban. Sehingga, menonton dengan rasa iba terpendam jauh lebih baik bagi mereka daripada ikutan bersuara menentang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Mafia Girl
😭😭
2023-03-08
1
Miharu2tachi
Ah, simpati saja tidak cukup. Aku pernah membantu seseorang dibully dan tidak menyesalinya meskipun aku jadi target berikutnya. Tapi, aku akhirnya berhasil menakuti para pembully itu dengan segala cara dan kelicikan, eh aku orang yg licik.
Aku merencanakan banyak hal untuk membalas mereka lalu memukuli mereka, mata ganti mata, pukul sekali dan mereka kupukul sepuluh kali, ahaha, itu memuaskan...
2022-02-08
1
Dania
10 November 2021
Selamat Hari Pahlawan
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩
7in1 NT 💕💕💕💕
2021-11-10
0