Death Game
Ada dua dunia dalam peradaban ini. Pertama, dunia manusia yang kita tinggali. Kedua, dunia hitam yang disebut dunia Guide. Di dunia manusia, kita beraktivitas seperti biasa, hidup seperti biasa, makan seperti biasa, bekerja seperti biasa, semua serba biasa. Tapi prosesnya tidaklah biasa.
Proses kehidupan di dunia manusia diatur oleh mereka yang berpengaruh tinggi. Rata-rata, para pemimpin di dunia manusia diisi oleh orang-orang yang memperoleh keuntungan dari posisinya sebagai guider.
Guider, sebutan bagi mereka yang diberkahi kemampuan saat menjelajahi dunia Guide. Semakin jauh mereka menjelajah, semakin tinggi level guider mereka.
Ada tujuh tingkatan dalam guider. Mulai dari yang terendah, guider level E, level D, level C, level B, level A, level S, level SS. Sebenarnya masih ada level SSS, tapi tidak dimasukan ke dalam kategori karena mustahil akan ada yang mencapainya. Nyatanya, petinggi di dunia manusia hanya bisa mencapai guider level B.
Siapa pun bisa menjadi guider, tak peduli berapa umurnya, tak peduli bagaimana fisiknya, semua akan diizinkan.
Hanya saja, akankah semua berminat? Bahkan jika keuntungan menjadi guider sangatlah tinggi, tetapi harga yang harus dibayar tidaklah murah. Harga dari permainan hidup, di mana kematian bisa menjadi bayarannya.
Oleh sebab itu, jika tidak ingin mati, pasang mata dan telinga. Tak ada yang bisa dipercaya, bahkan jika itu keluarga. Itulah prinsip untuk mencapai guider tingkat tinggi tanpa kehilangan nyawa.
*****
“Hantam dia!”
“Pukul dia!”
“Hhahahahaha!”
Teriakan dari para penonton hanya memperparah keadaan Riz yang meringkuk kesakitan. Darah mengalir di hidungnya, dan bonyok yang menempel di badan semakin memperburuk kesadarannya. Sampai akhirnya teriakan seorang guru menghentikan pembullyan yang terjadi.
Anak-anak pun bubar, namun sorot mata kasihan masih mengiringi Riz yang ditolong guru tersebut untuk dibawa ke UKS. Walaupun kicauan sang guru pada anak-anak yang berkumpul tanpa membantu masih memekakan telinga para pendengarnya.
Di UKS Riz hanya tidur sambil meneteskan air mata. Pengkhianatan dari teman baiknya yang membiarkan dirinya dihajar melukai hatinya. Bagaimana tidak? Ellio sang sahabat yang sering ia bantu dalam belajar, dipinjami uang saat susah, sang sahabat yang saling berbagi senang pahitnya hidup sampai mereka menginjak usia 15 tahun, lebih memilih mengikuti sang pembully karena tergiur akan kekayaannya.
Sedangkan dirinya? Anak dari pedagang pakaian yang hidup berdua dengan ibunya. Hanya kebaikan, kesetiaan dan kekayaan tak seberapa yang ia miliki dalam berteman.
“Kamu menangis?” tanya sang dokter sekolah yang sibuk membaca manga.
Riz tak menjawab, kecuali masih berdiam dalam posisi yang sama. Dokter sekolah itu pun mulai mengeluarkan nasehat berupa kutukan untuk pendengarnya.
“Akhirnya muka manismu bonyok juga. Yah, namanya juga anak laki-laki, kalau tidak berkelahi maka kamu tidak akan tumbuh besar. Tenang saja, rasa sakit adalah bukti hidup. Kupikir hidung dan gigimu patah, rupanya tidak ya, sayang sekali tapi untunglah,” ucapnya bernada wajar.
Riz tak menanggapi, tangannya mengusap kasar sudut mata yang basah karena tangisannya.
“Wow! Hot sekali! Nami memang idamanku! Hhehehehe ...” kelakar si dokter mengagumi karakter manga idolanya. “Ah! Sudah jam pulang! Hei bocah! Bangun! Cepat pulang! Aku juga mau pulang!” usir dokter tersebut setelah mendengar bel sekolah berbunyi.
Ia pun berjalan menghampiri ranjang Riz dan menyibak tirainya. “Sampai kapan kamu mau begini? Cepat pulang! Atau air matamu kering dan tak ada lagi yang bisa ditangisi,” oceh dokter tersebut.
Dengan langkah berat Riz pergi dari sana, mengambil tasnya di kelas yang kosong dan pulang dalam keadaan mata agak sembab.
Esok harinya, di sekolah ramai dengan gosip tentang beberapa anak yang ingin mendaftar jadi guider. Salah satu pendaftar adalah pembully Riz, ia merupakan anak dari seorang pengusaha yang bergelar guider level C. Tak hanya dirinya, sahabat Riz yaitu Ellio juga ikut serta.
Beritanya sudah sampai ke telinga Riz, namun ia tak ingin peduli lagi. Rasa sakit di dirinya akibat kemarin masih membekas di otak Riz. Walau sebenarnya hati kecilnya masih berharap, agar Ellio melirik dan kembali padanya.
Pendaftaran sebagai guider akan dibuka tiga hari lagi. Sedikit pun Riz tak pernah berpikir akan mengikutinya, sampai suatu kejadian yang tak diduga memicu dirinya untuk mengambil langkah sebagai guider.
Dua hari sebelum pendaftaran guider dibuka ....
“Riz, bisa tolong kamu gantikan ibu di toko? Ibu mau pergi sebentar.”
“Baik bu,” Riz pun duduk di kursi sambil menunggu pelanggan datang. Tokonya menyediakan pakaian anak-anak dan remaja. Selain berjualan pakaian, juga ada gorengan buatan ibunya yang dijajakan di depan toko.
Bagaimanapun juga, hidup dengan bergantung pada hasil jualan pakaian sangatlah tidak mungkin. Terlebih lagi zaman sekarang orang-orang lebih suka berbelanja di mall dan toko pakaian ternama. Toko sekaligus rumahnya itu tak lebih dari sekedar remahan di pinggiran kota besar.
Seorang wanita paruh baya pun berhenti di tokonya. “Baju itu, berapa harganya?”
“Ini 30 tier bu.” (Kalau dirupiahkan Rp.60.000,00 zaman sekarang)
“Mahal sekali! Padahal di toko sana cuma 10 tier!”
“Maaf bu, tapi memang segitu harganya,” balas Riz sopan.
“Kemahalan! Kamu itu kalau jualan jangan ambil untung yang banyak. Padahal toko lain gak segini harganya!” wanita itu mulai menekan.
“Maaf bu, tapi memang segitu harganya. Kalau ibu keberatan, ibu bisa pergi ke toko lain yang lebih murah bu.”
“Cih! Dasar anak kurang ajar! Gak laku-laku daganganmu baru tahu rasa!” kutuk wanita itu dengan emosi. Sebelum pergi ia sempat memukul dagangan Riz yang sedang tersusun rapi di meja. Riz hanya bisa menelan napas kecewa karena kedatangan pelanggan bermulut pedas itu.
Waktu semakin berlalu, langit senja pun mulai menyapa penontonnya. Riz sedikit cemas karena ibunya masih belum pulang. Jika bisa bersuara, jam dinding mungkin akan berteriak karena bosan ditatap Riz yang sering menanyakan waktu dalam hatinya.
Dua buah mobil mewah pun berhenti di depan tokonya. Menimbulkan tanda tanya Riz saat para penghuni mobil turun. Sampai ia terperanjat kaget, ketika melihat ibunya ditarik keluar dari salah satu mobil. “Aku sudah membawamu! Jadi sekarang cepat ganti rugi!” teriak seorang wanita.
“Apa-apaan ini?!” Riz mendekati ibunya yang kesakitan akibat ditarik itu.
“Siapa lagi ini?! Aku tak ada urusan denganmu!” bentaknya.
“Tak ada urusan?! Kalau begitu kenapa anda menarik ibuku seperti ini?!”
“Ho! Jadi dia ibumu?! Ibumu sudah merusak bajuku!” Wanita tersebut menarik baju yang dipakainya. Memperlihatkan jejak basah akibat tumpahan minuman. “Apa kau tahu berapa harga baju ini?! 40.000 tier! Dia bilang akan mengambil uang di rumah untuk ganti rugi! Sekarang ayo ambil! Cepat!” bentak kasarnya.
Mereka menjadi bahan tontonan orang-orang yang lewat, ada yang ingin tahu, merasa kasihan dan lainnya.
Riz menatap tajam wanita itu, sampai ibunya memegang dadanya untuk menahannya. “Tolong tunggu sebentar,” tukas ibunya gemetaran. Ibu Riz masuk ke dalam toko, mengambil uang simpanan yang ada di sana. Di dalam laci yang tertutup rapat, sebuah kotak berukuran sedang pun diambil lalu disodorkan pada wanita yang memakinya.
“Heh! Apaan ini! Apa kau tuli! Kubilang 40.000 tier!”
“Maafkan aku nyonya, baju anda hanya kotor. Jika harus mengganti rugi aku tak punya uang sebanyak itu,” ibu Riz membela diri walau suara yang ia keluarkan bergetar.
“Dasar miskin! Kalau begitu buat apa aku menyeretmu ke rumahmu?! Kau membohongiku?! Kalau begini seharusnya aku menghukummu tadi!” teriaknya tak henti-hentinya.
“Cukup! Sekali lagi anda membentak ibuku!” Riz mengangkat tangannya dan menunjuk wanita itu. Dua orang yang tampak seperti pengawal pun menyerangnya, karena tak terima dengan apa yang dilakukan Riz. Mereka menghajarnya secara membabi buta, sebagai balasan Riz sudah berani menunjuk-nunjuk bosnya seperti itu.
“Tolong hentikan! Jangan pukul anakku! Tolong berhenti! Hentikan!” ibunya mencoba menghentikan para penyerang.
“Buakh!” pukulan pun dilayangkan ke wajah ibunya, membuat wanita itu tersungkur kesakitan.
“Ibu! Ibu!” pekik Riz kesakitan. Dengan tertatih-tatih ia menghampiri ibunya yang antara sadar dan tidak. “Br*ngs*k! Beraninya kalian!”
“Buakkh!” Tendangan keras dilayangkan ke perut Riz saat ia mencoba mendekati pengawal yang menyerang ibunya. Rasa sakit benar-benar menyelimutinya, ia terbaring tak berdaya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Heh! Beraninya orang rendahan sepertimu menunjuk-nunjukku?! Apa kau tidak tahu siapa aku?! Aku Indena! Istri Ovan sang guider level B! Jangan pikir kalian bisa selamat setelah bersikap kurang ajar padaku!” kata wanita itu dengan lantangnya.
Orang-orang sekitar hanya bisa menonton, mereka tak punya keberanian untuk membantu, apalagi setelah tahu siapa sosok mereka.
“Hancurkan semuanya! Ini ganjaran karena sudah bersikap kurang ajar padaku!” perintahnya pada para pengawalnya itu. Mereka pun berhamburan masuk ke dalam toko dan rumah, mengobrak-abrik semuanya tanpa rasa kasihan pada orang tak berdaya seperti Riz dan ibunya.
Hanya karena masalah sepele, mereka melakukan hal kejam di luar jangkauan keduanya. Merendahkan dan menginjak-nginjak harga diri, pengorbanan, serta usaha yang sudah menemani ibu dan anak itu selama bertahun-tahun.
Riz pun hanya bisa menangis menatap kekejaman yang ia dan ibunya terima, tanpa bisa melakukan apa-apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 243 Episodes
Comments
Mafia Girl
kejam bgt😭
2023-03-08
1
🏁Nyno_Ever🏁
NEXT THOR
2022-03-18
1
🏁Nyno_Ever🏁
Mengapa banyak orang jahat di kehidupan Riz
2022-03-18
2