"Sudah... Sudah... Lebih baik sekarang kamu langsung kedalam." Salah saru satpam itu mulai kesal melihat tingkah manusia planet.
"Bagaimana apa pak satpam sudah yakin dengan jurus-jurus kula? Apa pak satpam mau nyoba jurus kula dulu?" Manusia planet tersenyum mengejek kearah dua satpam. Seperti sengaja menantang mereka.
"Tidakkk..! Itu tidak perlu." Salah satu satpam itu langsung menjawab secara cepat, sambil menggoyang-goyangkan telapak tangannya tanda menolak.
"Pak satpam yakin gak mau?"
"Ya sekarang kami yakin kamu bisa beladiri."
Diruang tengah terlihat telah ada beberapa orang menunggu kedatangan laki-laki yang datang untuk melamar menjadi sopir itu.
Adiguna Cokrominoto duduk disofa, pak Lukman berdiri disampingnya. Terlihat ada tiga orang berdiri juga dibelakang Adiguna Cokrominoto. Posisi itu tidak jauh berbeda ketika kedatangan Harimau Kumbang dulu.
Laki-laki yang datang untuk melamar menjadi sopir itu melihat kearah beberapa orang ada diruang tamu.
"Kondisi mereka bukan seperti orang yang sedang menerimah pelamar..! Mereka terlihat sangat siaga, apakah inilah cara Adiguna Cokrominito menerimah pelamar?" Laki-laki yang datang melamar kerja berkata pelan.
"Maaf kula datang kesini mau melamar jadi sopir." Lak-laki itu memberi keterangan sambil sedikit membungkukan tubuhnya untuk memberi hormat pada semua orang yang ada diruang tamu.
"Berikan lamarannya pada saya." Pak lukman berkata dingin.
Lalu laki-kaki itu berjalan kearah pak Lukman dan langsung memberikan map yang dibawahnya pada pak lukman. Lalu pak Lukman melihat isi map itu.
"Jadi kamu berasal dari jawa?" Pak Lukman bertanya sambil melihat kearah laki-laki itu.
"Benar pak kula dari jawa tengah." Laki-laki itu terlihat tidak nyaman dengan cara pak Lukman bertanya pada dia.
"Benar namamu sumanto?" Pak Lukman terlihat kurang yakin pada laki-laki itu.
"Benar pak, tapi kula ora mangan uwong pak."
(Ora mangan uwong \= Tidak makan orang.)
Laki-laki itu berusaha bergurau pada pak Lukman, agar pak Lukman tidak terlalu bersikap dingin padanya.
"Kau sudah tahu syarat agar bisa diterimah kerja disini?" Pak Lukman masih bersikap dingin.
"Injih pak, kula ngertos." Laki-laki itu menjawab sopan.
(injih \= iya)
(Ngertos \= Tahu)
"Baik kita lihat seberapa kuat kamu..! Sekarang kamu pilih siapa yang mau kamu lawan diantara kami." Pak Lukaman masih bersikap dingin.
"ampura pak, milih kangge nopo yo?" Laki-laki itu bertanya bingung.
(Ampura kangge nopo \= Maaf untuk apa.)
"untuk menjadi lawan tandingmu." Pak Lukman menjawab dingin.
"Kalau kula boleh milih, kula milih bapak." Laki-laki itu menunjuk kearah pak Lukman menggunakan ibu jari kanannya.
Semua orang yang diruangan itu terlihat kaget, mereka tidak menyangka laki-laki iu akan memilih pak Lukman dengan begitu cepat.
"Baikkk..! Bersiaplah anak muda." Tanpa menunggu laki-laki yang bernama sumanto itu menjawab, pak Lukman segera menerjang.
Wusss... Tendang pak Lukman mengarah pada perut sumanto dengan sangat cepat. plakkk... Sumanto menangkis menggunakan tangan kanananya, sehingga tendangan pak Lukman lewat disebelah kanan sumanto.
Wusss... Sumanto membalas menendang menggunakan kaki kirinya kearah kaki kiri pak Lukman, sumanto bermaksud menjatuhkan pak lukman dengan cara menendang kaki kiri pak lukman.
Pak Lukman bisa membaca apa yang sedang dicoba lakukan oleh sumanto, dengan kecepatan yang sangat tinggi pak Lukman mengangakat kaki kirinya setelah kaki kanannya mendarat dilantai. Lalu pak Lukman memutar tubuhnya 45 derajat kearah kanan. Wusss... Tendangan kaki kirinya diarahkan kearah kepala sumanto.
Bukkk... Sumanto berhasil memukul pergelangan kaki kiri pak lukman. Pak Lukman terpental beberapa meter. Wajah pak Lukman terlihat meringis kesakitan.
Siluman tua ini cukup kuat juga... Wajar dia berani berlagak sok hebat. Sumanto melihat kearah pak Lukman.
Siapa sebenarnya orang ini? Dia bukan hanya mampu menghindari serangku, tapi mampu menyerang balik dengan sangat cepat. Pak Lukman geram dan kesal.
"Cukuppp..! Kamu mampu menghindari serangan pak Lukman, itu artinya kemampuanmu cukup bisa diandalkan. Tidak banyak orang yang mampu menghindari serangan pak Lukman."
"Terimah kasih tuan." Sumanto memberi hormat pada Adiguna Cokrominoto.
"Aku tidak suka memanggilmu dengan Sumanto. Kau punya panggilan lain?" Adiguna bertanya pada Sumanto.
"Dilingkungan kerja kula biasa dipanggil Anto tuan, tapi kalau dilingkungan keluarga kula dipanggil Suman tuan." Sumanto memberi keterangan.
"Baik kerena disini kamu dalam keadaan kerja, maka kami akan memanggil kamu Anto."
"Baik tuan." Sumanto mengangguk setuju.
"Baiklah akan kuberi tahu peraturan kerjanya. Pertama jam kerjamu dimulai jam enam pagi selesai jam lima sore. Kamu sanggup?"
"Sanggup tuan." Sumanto menjawab dengan yakin.
"Tiga kali melakukan kesalahan kamu dipecat." Adiguna memberi peringatan.
"Ampura tuan kasalahan seperti apa saja yang tidak boleh kula langgar?"
"Besok kamu akan mengetahuinya setelah kamu mulai bekerja. Ingat datang lewat dari jam enam itu juga sudah termasuk pelanggaran."
"Kula paham tuan."
"Panggil Aisyah kesini pak Lukman." Adiguna Cokrominito memberi perintah pada pak Lukman.
"Baik tuan."
Lalu pak Lukman segera pergi kekamar Aisyah untuk memberi tahu Aisyah, kalau Adiguna Cokrominoto memintanya untuk datang menemuinya.
Tidak lama kemudian pak Lukman sudah kembali lagi bersama Aisyah.
"Abi manggil Aisyah?" Aisyah bertanya pada abinya.
"Abi sudah menemukan sopir yang cocok buatmu nak." Adiguna berkata lembut.
"Mana bi?" Aisyah tampak bersemangat.
"itu." Adiguna menunjuk kearah Sumanto.
Aisyah melihat kearah yang ditunjuk oleh abinya, terlihat Aisyah menatap laki-lakinya yang dimaksud oleh abinya itu dengan tatapan aneh, lalu Aisyah berbisik pada abinya.
"Abi tidak salah orang?" Aisyah tidak yakin dengan keputusan abinya.
"Ajarin dia cara berpakaian yang benar." Adiguna Cokrominito berkata sambil tersenyum pada putrinya.
"Aisyah bukan istrinya bi, jadi tidak mungkin Aisyah memberi saran cara berpakaian pada laki-laki aneh itu." Aisyah tampak memasang muka masam pada abinya.
"Abi tidak keberatan menjadikannya menantu abi kalau kamu setuju." Adiguna Cokrominoto menggoda putrinya.
"Abiii..!" Aisyah menggenggam kedua tangannya sambil melotot kearah abinya. Aisyah sangat gemas mendengar apa yang dikatakan oleh abinya. Aisyah sama sekali tidak menyangka abinya akan berkata seperti itu.
"Sudah... Sudah... Sapalah terlebih dahulu dia, Abi lihat dari tadi dia menatap kearah kamu terus."
Aisyah hanya melolot mendengar apa yang dikatakan oleh abinya. Tapi dalam hati Aisyah penasaran juga mendengar apa yang dikatakan oleh abinya barusan, makanya Aisyah menoleh kearah laki-laki yang bernama Sumanto itu.
Ya tuhan ternyata dia sedang hamil, pergilah kau kedasar neraka laki-laki bajin*an**. Laki-laki bernama sumanto mengutuk dalam hati.
Aisyah melihat kearah Sumanto dengan pandangan heran, Aisyah heran kenapa Sumanto memandang dia tatapan aneh seperti itu.
Wajah Sumanto saat sedang memandang kearah Aisyah seperti orang yang sedang menahan amarah, tapi beberapa saat kemudian tatapan sumanto berubah terlihat seperti sangat prihatin dengan kondisi Aisyah.
"Selamat pagi nona, nama kula Sumanto, kalau dirumah biasa dipanggil Suman tapi tapi kalau ditempat kerja biasa dipanggil Anto." Sumanto menyapa Aisyah terlebih dulu.
Mendengar suara Sumanto tiba-tiba Aisyah tersurut beberapa langkah kebelakang. Wajah Aisyah terlihat pucat sambil memandang kearah Sumanto.
Melihat reaksi nona muda mereka seperti itu, tiga orang yang tadi berdiri diam saja dibelakang Adiguna Cokrominoto segera menerjang kearah Sumanto.
Bukkk... Pak Lukman secepat kilat telah terlebih dulu menerjang kearah Sumanto. Tendangan pak Lukman bersarang dengan telak mendarat didada Sumanto.
Pranggg... Tubuh Sumanto terpental menghantam Guci antik dibelakangnya, sehingga guci itu pecah. Sumanto seperti tidak memperdulikan sama sekali dadanya yang terkena tendangan telak dari pak Lukman. Mata sumanto malah menatap nanar kearah Aisyah.
Pak Lukman terlihat sangat geram pada Sumanto. Sumanto terlihat seperti tidak beraksi apa-apa setelah tiga orang mengacungkan pistol kearah dia. Sumanto masih terus memandang kearah Aisyah.
*****
Kejadian beberapa hari setelah laki-laki bernama bastian ditetapkan sebagai DPO.
"Maaf Anto perusahaan terpaksa memecat kamu." Menager meletakan surat pemecatan dimeja kerja Sumanto.
"Dipecattt..? Tapi salah saya apa pak?" Sumanto terlihat kaget dan heran.
"Kamu tidak memiliki salah apa-apa, tapi cobalah kamu lihat wajah kamu dicermin, wajah kamu itulah yang telah membuat kamu bersalah." Manager menunjuk kearah cermin yang ada diruang kerja Sumanto.
"Tapi pak, bapak sudah lama mengenal saya sebelum wajah laki-laki bangs*t itu muncul dan menjadi terkenal diTV." Sumanto masih belum terimah alasan dia dipecat gara-gara wajahnya sangat mirip dengan laki-laki bernama bastian yang telah memperkosa putri Adiguna Cokrominoto.
"Anto bukan hanya wajah kamu yang mirip, tapi suara kamu juga sangat mirip dengan laki-laki itu." Manager seperti tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu Sumanto.
"Tapi bapak bisa menjelaskan pada perusahaan, saya Sumanto bukan Bastian." Sumanto berkata dengan setengah berteriak kerana kesal pada managernya yang seperti tidak melakukan upaya apa-apa untuk membantunya.
"Kamu adalah salah satu staf andalan saya To, saya sudah berupaya sekuat tenaga untuk menjelaskan pada pihak direksi kalau kamu tidak memiliki hubungan apa-apa pada laki-laki yang bernama Bastian itu. Tapi mereka masih tetap tidak mau menerimah penjelasan saya." Manager terlihat frustasi.
Sumanto hanya terduduk dikursi sambil mengacak-acak rambutnya. Sumanto sadar sekarang tidak ada jalan sama sekali untuk bisa menyelamatkan pekerjaannya.
"Baiklah pak terimah kasih bapak telah baik pada saya selama ini." Sumanto berkata lesu pada manager.
"To kamu tahukan seberapa besar pengaruh Adiguna Cokrominoto Group pada kota ini? Kamu tidak mungkin bisa bertahan hidup dengan wajah seperti itu." Manager menunjuk kearah wajah Sumanto yang terlihat sangat mirip dengan Bastian laki-laki yang telah memperkosa putri Adiguna Cokrominoto.
"Terus bagaimana pak? Apakah saya harus pergi kethailand operasi plastik biar wajah saya tidak mirip lagi dengan wajah bajin*an itu." Sumanto asal jawab kerena merasa kesal.
"Saya harap kedepannya kamu baik-baik aja To, ini uang pesangon kamu." Sebelum pergi manager meletakan amplop dimeja Sumanto.
Sumanto memandang kesetiap sudut ruangan yang selama satu tahun lebih telah menjadi ruang kerja pribadinya itu. Banyak kenangan pahit dan manis yang telah dia lalui diruangan ini. Sekarang Sumanto sadar mulai hari ini dia tidak akan pernah lagi bisa menginjak ruangan ini.
"Laki-laki bajin*an itu telah membuat hidupku menjadi hancur." Sumanto menjadi sangat geram pada pada laki-laki yang bernama Bastian. Gara-gara wajah dan suara mereka sangat mirip maka banyak yang mengira dia adalah Bastian.
"Aku akan membuat perhitungan dengan dia. Dia harus bertanggung jawab dengan apa yang telah dia lakukan. Gara-gara dia sudah melakukan kejahatan aku juga kena dampaknya." Sumanto semakin kesal dan geram.
Setelah membereskan semua barang-barangnya Sumanto segera keluar dari kantor tempat dia kerja sebelumnya. Banyak teman-teman memberi pelukan hangat sebagai perpisahan. Mereka tahu Sumanto salah satu staf terbaik dikantor, tapi takdir yang aneh telah membuat dia kehilangan pekerjaannya.
"Sabar Anto ya, Aku yakin nanti juga kamu akan dapat kerjaan yang jauh lebih baik dari pada ini." Salah satu teman wanita memeluk Sumanto dengan sedih.
"Tidak kusangka kawan, ternyata memiliki wajah ganteng itu tidak selamanya membawah berkah, tapi bisa juga membuat bencana. Kau harus kuat kawan." Teman laki-laki Sumanto memberi semangat pada Sumanto.
"Terimah kasih ya dukungan dan doanya, semoga kalian semua baik-baik aja disini." Sumanto menatap penuh haru pada teman-temannya.
Sesampainya dirumah Sumanto menemukan kedua orang tuanya sedang menangis sambil berpelukan. Sumanto heran melihat kenapa kedua orang tuanya jam segini sudah berada dirumah, biasanya jam segini kedua orang tuanya masih berada ditempat kerjaan mereka masing-masing.
"Bu apa yang terjadi?" Sumanto bertanya heran pada orang tuanya.
"Suman." Ibu Sumanto menoleh kearah Sumanto.
"Ibu dipecat nak." Ibu Sumanto menjawab sedih pertanyaan anaknya.
"Terus bapak?" Sumanto khawatir bapaknya juga mengalami nasib yang sama.
"Bapak juga dipecat le." Bapak Sumanto menjawab lemas.
(le \= nak)
"Ya tuhan ini tidak adil. Apa salah aku memiliki wajah seperti ini, kedua orangku juga kau hukum tuhan. Aku lebih rela kehilangan wajah ini, daripada aku kehilangan wajah bahagia kedua orang tuaku." Sumanto berkata liri dengan pelan.
Tiga hari setelah bapaknya dipecat dari tempat kerjanya, bapak Sumanto terkena serangan jantung, sehingga membuat bapak Sumanto meninggal dunia. Kerena tidak kuat menerimah kenyataan kalau suaminya sudah meninggal dunia kondisi ibu Sumanto menjadi buruk. Sekarang ibu Sumanto juga sakit-sakitan.
"Bu... Ibu harus menjaga kesehatan ibu, kalau ibu sakit siapa nanti yang menjaga Adi." Sumanto memegang tangan ibunya yang terbaring lemas diatas ranjang.
Adi adalah adik laki-laki Sumanto yang masih duduk dikelas lima SD. Kerena adiknya itulah Sumanto berusaha bertahan sekuat mungkin. Apa lagi sekarang bapaknya sudah tidak ada, maka tugas kepala keluarga beralih kepundak Sumanto.
"Le ibu tidak menyangka wajah seganteng ini bisa membawah bencana sebesar ini pada keluarga kita." Ibu Sumanto membelai pipi Sumanto sambil menangis.
"Ibu suman minta maaf kalau wajah suman sudah membuat kita menghadapi situasi seperti ini." Sumanto memeluk ibunya.
"Le kamu tidak boleh berpenampilan seperti ini terus, kalau tidak mau hidup kita menjadi lebih buruk lagi."
"Maksud ibu apa?" Sumanto seperti tidak paham apa yang dimaksud oleh ibunya.
"Kamu harus rela menjadi jelek le, kalau kamu mau hidup kita berjalan normal lagi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
ⓔⓇⓙⓐ 🌸
Lahhh, bulan bastian ternyata yaaa thor...
2020-07-29
0
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
Trnyata bukan Bastian yaa,
2020-07-16
1
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
aq pikir Sumanto itu Bastian...ternyata bukan ya Thor..hanya wajahnya saja yg mirip...ishh aq jdi bingung 😣😣😣
2020-07-09
1