Kedua orang tua Aisyah sangat gembira akhirnya Reina bisa membuat putri mereka ceria lagi. Bagi kedua orang tua Aisyah kesedihan Aisyah bagaikan suatu kiamat. Sebagai anak tunggal tentu saja Aisyah dijadikan tempat kedua orang tuanya menaruh semua harapan mereka.
Sebelum Reina dan Aisyah pergi mereka seperti biasa pamit dulu pada kedua orang tua Aisyah. Kalau sebelumnya saat Aisyah dan Reina mau pergi kemana-mana kedua orang tua Aisyah terlihat biasa-biasa saja. Tapi tidak saat ini, kedua orang tua Aisyah terlihat sengaja menunggu mereka berdua. Kedua orang tua Aisyah berdiri sambil tersenyum lembut pada Reina dan Aisyah.
Saat Aisyah sudah berada dihadapannya umi Aisyah langsung memeluk putrinya itu seperti mereka baru bertemu setelah berpisah dalam waktu yang sangat lama. Reina tersenyum bahagia melihat melihat ibu dan anak itu berpelukan.
Reina tahu saat ini pasti kedua orang tua Aisyah merasa sangat lega setelah melihat putri tunggal mereka sudah kembali seperti semula.
"Nak sudah saatnya sekarang kamu bahagia." Umi Aisyah berkata lembut pada Aisyah
"Mi maafin Aisyah kalau Aisyah sudah membuat umi sama abi jadi sedih."
Aisyah sadar selama ini telah membuat kedua orang tuanya menjadi sangat khawatir dengan sikapnya yang tidak mau bicara apa-apa pada mereka.
"Nak ambilah apa yang sudah menjadi hakmu." Umi Aisyah memperlihatkan kunci mobil yang ada ditangannya pada Aisyah.
"Mi Aisyah merasa Aisyah tidak terlalu membutuhkannya." Aisyah mencoba menolak menerimah kunci mobil yang akan diberikan padanya.
"Putriku mobil itu adalah hadiah ulang tahun kamu, jadi mobil itu memang punya kamu. Bukan punya umi atau abi." kali ini abi Aisyah yang buka suara.
"Tapi Aisyah tidak terbiasa dengan hal itu." Aisyah masih berusaha menolak kunci mobil yang akan diberikan padanya.
"Nak semua apa yang kami punya cepat atau lambat akan menjadi milik kamu."
"Ya putriku apa yang dikatakan umimu memang benar. Kamu harus tahu nak, apapun yang dilakukan orang tua, itu semata-mata untuk membuat anak-anak mereka menjadi bahagia. Percuma orang tuanya memiliki semuanya, tapi tidak bisa membuat anak mereka jadi bahagia. Memang ada sebagian orang tua melakukan segala sesuatu itu untuk kepuasan mereka sendiri. Tapi orang tua seperti itu hanya beberapa saja. Memang sekarang kamu belum terlalu memahaminya, tapi saat nanti kamu punya anak kamu akan paham apa yang abi katakan."
Aisyah menjadi bingung mendengar kata-kata dari abinya. Tidak seperti biasanya abinya akan berpikiran sejauh itu. Abi Aisyah seolah-olah sedang berkata dalam waktu dekat Aisyah akan memiliki anak. Memiliki pacar saja belum, apa lagi punya suami. Bagaimana mau punya anak. itu yang sekarang ada didalam pikiran Aisyah.
Sedangkan Reina merasa kata-kata ayah abi bukanlah tanda yang baik. Apakah abi Aisyah sudah memiliki firasat yang buruk dengan musibah yang telah terjadi dengan putrinya.
"Sudahlah tidak usah terlalu dipikirin apa yang abi katakan barusan. Sekarang saatnya kalian berdua membuat diri kalian bahagia" Umi Aisyah tidak mau Aisyah jadi terbeban dengan ucapan yang barusan dikatakan oleh abi Aisyah.
Setelah pamit Aisyah dan Reina langsung siap-siap berangkat.
"Reiii..."
Umi Aisyah memanggil Reina saat Reina dan Aisyah hampir keluar dari pintu.
"Ya mi." Reina langsung berbalik badan setelah mendengar umi Aisyah memanggilnya.
Umi Aisyah berjalan kearah Reina, dan memeluk Reina.
"Rei umi sering berpikir kenapa kalian tidak ditakdirkan terlahir sebagai anak yang kembar." Nada bicara umi Aisyah terdengar seperti orang yang sedang bersedih.
"Mi walaupun Reina tidak terlahir sebagai anak kembar dengan Aisyah. Tapi umi harus tahu Reina dan Aisyah saling menyayangi melebihi anak kembar." Reina mengelus bahu ibu Aisyah untuk menghiburnya.
Aisyah mendekati mereka berdua. Aisyah juga langsung memeluk Reina dan uminya. Aisyah jadi terharu mendengar pembicaraan Reina dan uminya.
"Oh ya abi hampir lupa memberikan SIM kamu."
Abi Aisyah berjalan melangkah kearah Aisyah. Lalu memberikan SIM Aisyah yang masih dipegangnya.
Sebenar Aisyah sudah memiliki SIM dua tahun lalu saat dia masih berada dikelas dua SMA. Beberapa hari setelah Aisyah mendapatkan mobil dari hadiah ulang tahunnya, kedua orang tua Aisyah langsung membuat SIM untuk Aisyah.
Tapi walaupun sudah memiliki SIM dan mobil sendiri Aisyah bisa dibilang tidak pernah nyetir mobil sendiri. Bukan berarti Aisyah tidak bisa bawah mobil. tidak mungkin Aisyah sampai punya SIM kalau belum bisa nyetir.
Alasan kenapa Aisyah kemana-mana tidak mau pakai mobil sendiri. Kerena Aisyah ingin tampil sederhana. Memang mobil hadiah ulang tahun yang diberikan orang tua Aisyah bukanlah mobil sport keluaran eropa. Tapi Aisyah berpikiran wanita muda berumuran dibawah 20 tahun kemana-mana menggunakan mobil senilai 600 sampai 700 juta bukanlah hal yang wajar. Tentu saja wanita itu akan jadi pusat perhatian orang-orang disekelilingnya.
Sedangkan Aisyah bukanlah orang yang suka menjadi pusat perhatian orang lain. makanya sejak hampir dua tahun Aisyah menerimah mobil itu dari orang tuanya. Seingat Aisyah paling sekitar dua kali dia memakai mobil itu.
Sifat Aisyah yang sederhana itulah yang membuat Reina nyaman bersahabat dengan Aisyah. Biasanya anak orang kaya paling suka membicarakan dan memamerkan harta orang tuanya. Tapi tidak dengan Aisyah. Bagi Reina keluarga Aisyah bukanlah orang kaya yang bodoh. kemana-mana memamerkan harta tanpa memikirkan pajaknya. Dan lebih konyol lagi kemana-mana bawah barang mewah, tapi pajaknya bermasalah. Membeli barangnya mampu tapi bayar pajaknya tidak mampu. Orang kaya yang seperti itu menurut Reina, adalah orang kaya yang bodoh.
"Bi Aisyah tidak suka kemana-mana bawah mobil sendiri. Aisyah gak biasa dengan hal-hal seperti itu." Aisyah masih saja protes pada orang tuanya.
"Nak ini bukan suka atau biasa. Ini menyangkut keamanan dan kenyamanan kamu sendiri." Abi Aisyah mencoba memberikan pengertian pada putrinya.
"Sudahlan ini demi kebaikan kamu juga. Kami tidak mau terjadi apa-apa lagi sama kamu." Umi Aisyah menyambung ucapan suaminya.
"Udahlah Syah nanti juga kamu paham kekhawatiran orang tua itu seperti apa, setelah kamu juga menjadi orang tua."
Kata-kata yang diucapkan oleh Reina itu langsung membuat kedua orang tua Aisyah menatap kearah Reina. Kedua orang tua Aisyah jadi berpikir jangan-jangan Reina merasakan firasat yang sama dengan mereka.
"Ada yang salah dengan kata-kata Reina?." Reina berkata sambil mengangkat kedua telapak tangannya.
Reina merasa ada yang aneh dengan cara kedua orang tua Aisyah menatap kearah dia. Kedua orang tua Aisyah terlihat kaget setelah mendengar kata-kata yang barusan diucapkan oleh Reina.
"Gak ada yang salah kok, udahlah katanya kalian mau bersenang-senang." Umi Aisyah membelai kepala Reina dan Aisyah secara bergiliran.
Apa yang dilakukan umi Aisyah pada Reina dan Aisyah seolah-olah mereka berdua memang orang yang kembar. Memang selama ini kedua orang tua Aisyah memperlakukan Reina sama seperti apa yang dilakukannya juga pada Aisyah. Contoh kecilnya setelah membelai kepala Reina umi aisyah juga melakukannya pada Aisyah. Tidak jarang kedua orang tua Aisyah memberikan sesuatu pada Reina seperti apa yang mereka berikan pada Aisyah.
*****
Setelah berada suatu dimall Aisyah dan Reina hanya melihat-lihat saja. Biasanya prempuan seumuran Aisyah kalau sudah berada dimall akan membeli apa saja yang menurut mereka menarik, tidak peduli barang itu nantinya mereka pakai atau tidak. Tapi itu tidak dilakukan oleh Aisyah, meskipun Aisyah mampu melakukannya.
"Kamu gak ada yang mau dibeli Rei?." Aisyah bertanya pada Reina.
"Gak ada Syah."
"Terus ngapain kamu ngajak kesini." Aisyah terlihat bingung.
"Kali aja klo udah disini kamu ada niat mau beli sesuatu."
"Aneh kamu Rei, kamu yang ngajak kesini malah aku yang suruh belanja"
"Kan aku niatnya cuman ngajak kamu jalan-jalan aja Syah. Bukan mau belanja."
"Ya udah kita pergi aja yok dari sini, aku bosan ni."
"Kebetulan ni Syah aku lapar, kita keresto biasa aja yok."
"Kenapa keresto itu? Emang gak ada apa resto yang lain." Aisyah terdengar kurang menerimah usulan Reina.
"Kenapa emang? Masakannya enak kok."
"Dimana-mana setahuku yang namanya resto pasti masakannya enak semua Rei."
"Resto ini agak beda Syah. pokoknya aku suka aja sama menunya."
"Yakin mau kesana?"
"Yalah yakin 100% Syah."
"Terus juga yakin gak ada yang mau dibeli disini?." Aisyah bertanya sekali lagi pada Reina.
"Gak ada."
Melihat tingkah sahabatnya itu Aisyah hanya geleng-geleng kepala. Bagi Aisyah tingkah Reina itu terlihat sedikit aneh.
"Kamu pasti gak nyaman ya sama menejer resto itu?"
"Hmmm...Gak juga." Ekspresi wajah Aisyah terlihat berubah setelah mendengar pertanyaan dari Reina.
"Tuhkan kamu kelihatan kaget." Reina menunjuk kearah muka Aisyah.
"Siapa yang kaget?" Aisyah mencoba mengelak.
"Syah kenapa sih kamu kelihatan gak nyaman klo menejer resto itu berusaha bersikap baik didepan kamu?"
"Emang kelihatan gitu?"
"Kelihatan banget Syah. Padahal menejer resto itu ganteng, baik, tapi setiap dia mulai mendekat kekamu, kamu kelihatan gak nyaman gitu."
"Darimana kamu tahu dia baik, emang kamu kenal dia?"
"Syah untuk kita bisa menilai orang itu baik atau gak kita gak harus kenal. Emang kamu kenal sama nabi? Tapi kamu tau nabi itu semua baik."
"Mulai deh omongan kamu melebar kemana-mana."
"Bukan melebar Syah, itu istilahnya aja. kamu gak harus kenal sama nabi klo kamu hanya ingin tahu nabi itu baik apa apa gak. Begitu juga pada orang lain Syah."
"Kamu pintar menyusun kalimat Rei. Mending kamu jadi pengarang novel aja. Daripada kamu capek-capek menyusun kalimat hanya untuk terdengar bagus didepan aku. Kalau ditulis dinaskah novel siapa tahu laku dijual." Aisyah meledek sahabatnya itu.
"Bagus juga tuh ide kamu Syah." Reina pura-pura berpikir." Tapi nanti kira-kira ada mau baca gak ya naskah saya?"
Reina masih terus bertingkah seperti orang yang seolah-olah sedang berpikir. sambil dua jarinya dipukul pelan kepelipis kanannya.
"Rei disamping kamu tuh ada aku. Jadi kamu gak harus ngomong sendiri." Aisyah kesal melihat Reina seperti orang yang bicara pada diri sendiri.
"Syah kamu gak bisa lihat apa sahabatnya lagi mikir."
"Udah rei percuma kamu mikir, hasil pemikiran kamu itu gak bakal bagus."
"Hahaha sialan kamu syah." Reina mendorong Aisyah.
"Lagian nulis naskah itu gak gampang. dia aja gak kuat apa lagi kamu." Aisyah membalas gurauan Reina.
"Hahaha dia siapa?"
"Ya dia lah, dia siapa lagi."
"Udah ah Syah aku lapar ni."
"Lagian kamu si dari tadi ngocehhh... aja terus."
*****
Sesampainya direstauran langganan mereka Aisyah langsung mencari tempat parkir mobil. Saat baru saja Aisyah akan turun dari mobilnya. Tiba-tiba ada yang membantu membuka pintu mobilnya dari luar. Terlihat seorang laki-laki muda berdiri tersenyum rama pada Aisyah.
"Selamat datang non Ais." Laki-laki muda itu menyapa Aisyah dengan ramah
"Terimah kasih...Tapi tidak perlu memperlakukan saya seperti ini." Aisyah terlihat canggung dengan sikap laki-laki itu.
Reina hanya tersenyum melihat Aisyah seperti salah tingkah diperlakukan oleh menejer restauran seperti itu.
"permisi."
Aisyah pengen cepat-cepat masuk keresto, agar dia bisa menjauh secepat mungikn dari menejer resto itu.
Sedangkan Reina masih berdiri didekat menejer resto itu.
"Maaf ya klo sikap teman saya membuat kamu tersinggung." Reina meminta maaf dengan menejer resto itu. Reina tidak mau menejer resto itu tersinggung dengan sikap sahabatnya.
Menejer resto itu hanya tersenyum mendengar permintaan maaf Reina. Melihat senyuman menejer resto itu, Reina tidak bisa mengartikan arti senyuman itu. Apakah menejer resto itu tersinggung, marah, kecewa, atau senang Reina tidak bisa menebaknya.
"Rei ayo." Aisyah memanggil Reina
"Maaf saya duluan."
Menejer resto itu menganggukan kepalanya sambil tersenyum pada Reina.
Seperti biasa setiap kali mereka datang keresto itu, Aisyah dan Reina memilih meja paling pojok. Tidak lama Aisyah dan Reina duduk. Salah satu waiters restauran itu datang kemeja mereka.
"Selamat siang mbak." Waiters resto itu menyapa Aisyah dan Reina dengan ramah.
"Selamat siang." Lalu Reina menyebut menu yang akan mereka pesan.
"Ada yang lain lagi?" Waiters itu bertanya lagi.
"Itu aja mbak. Jangan lama ya mbak." Reina terlihat tidak sabar, kerena perutnya sudah terasa lapar.
"Ya memang dia." Suara pembicaraan orang yang duduk disebelah meja Aisyah dan Reina terdengar sampai kemeja mereka.
Terlihat ada tiga wanita muda yang duduk dimeja sebelah. Tiga wanita itu terlihat sinis saat Aisyah melirik kearah mereka.
"Ibunya sok-sok'an memberi ceramah sama orang. Eh taunya anak gitu." Salah satu wanita dimeja sebelah sengaja bicara dengan suara agak keras, supaya terdengar kemeja Aisyah dan Reina.
Mendengar pembicaran wanita dimeja sebelah, Aisyah hanya tertunduk malu. Aisyah sadar kata-kata wanita itu sindiran buat dia.
Reina terlihat emosi setelah mendengar pembicaraan tiga wanita dimeja sebelah. Reina langsung mendatangi meja itu.
"Tadi siapa yang ngomong..?!" Reina bertanya dengan emosi.
"Saya..! Emang kenapa?" Salah satu wanita itu berdiri sambil melotot kearah Reina.
"Plakkkk..!" Tiba-tiba Reina menampar wanita itu.
"Sekali lagi kamu bicara yang bukan-bukan, saya bukan hanya menampar kamu." Reina menunjuk muka wanita yang barusan dia tampar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
𝙼𝕚𝙽𝚃࿐
aku nyicil 5 eps dlu thor.
salam dari Prmilik hati kamelia
2020-08-05
0
anni chan
"nulis naskah itu suliit, dia aja gak sanggu,"
"siapa?." ituu diaa..????"...
#sambil nunjuk2 ke arah kameraa🤭🤭🤭🤭
k2 autoor corryyyy😆😆😆😆😜😜😜😜😘
2020-03-29
1
Miss R⃟ ed qizz 💋
semangat
2020-03-26
1