"Adiguna cokrominoto..?!!" Papa Reina mengulangi ucapan Reina.
Papa Reina yang sejak tadi hanya diam saja mendengar pembicaraan anak dan istrinya dan terkesan seperti tidak peduli dengan apapun yang mereka bahas. Tapi ketika nama Adiguna Cokrominoto disebut oleh anaknya, papa Reina terlihat menjadi sangat kaget.
Nama Adiguna Cokrominoto sudah cukup dikenal dikalangan masyarakat luas sebagai CEO adiguna cokrominoto Group, walaupun nyatanya masih banyak yang tidak mengetahui seperti apa sebenarnya sosok Adiguna Cokrominoto.
Melihat reaksi papanya seperti kaget mendengar nama Adiguna Cokrominoto. Tidak tahu kenapa Reina menjadi merasa sedikit kesal pada papanya. Dari tadi mereka bicara panjang lebar papanya seperti tidak mendengar apa-apa.
Sehebat itu kah pengaruh nama Adiguna Cokrominoto dikalangan masyarakat. Sehingga mampu membuat papa yang biasanya tidak terlalu peduli dengan keadaan sekelingnya, tapi sekali saja nama Adiguna Cokrominoto disebut papa langsung beraksi.
"Maksud kamu Aisyah anak tuan Adiguna Cokrominoto CEO Adiguna Cokrominoto Group." Mama Reina ingin memastikan.
"Memang masih ada orang lain yang bernama Adiguna Cokrominoto selain CEO Adiguna Cokrominoto Group, yang mampu membuat mama sama papa heboh seperti ini." Reina terlihat kesal.
"Tapi Aisyah tidak terlihat seperti anak dari CEO Adiguna Cokrominoto Group?" Mama Reina seperti meragukan apa yang dikatakan oleh Reina.
"Hebatkan acting sahabatku itu." Reina seperti menyindir.
"Aisyah gak pernah cerita kalau dia anak tuan Adiguna Cokrominoto." Mama reina merasa heran.
"Ya gak bakal mungkinlah dia cerita sama mama, Reina aja yang katanya sudah dia anggap sahabat selama tiga tahun lebih. Tetap aja dia anggap tidak pantas untuk mengetahui siapa dia sebenarnya." Nada bicara Reina masih terdengar kesal.
"Mungkin dia tidak mau menyombongkan dirinya sebagai anak tuan Adiguna Cokrominoto sama kita Rei."
"Mungkin..!!" Reina asal jawab dan terkesan sinis. "Tapi mama hebat, Rumah mama sering dikunjungi anak dari CEO Adiguna Cokrominoto Group."
"Kok kamu bilang gitu Rei?"
"Secara kan ma banyak yang berharap bisa menerimah tamu dari keluarga Adiguna Cokrominoto. Eh mama tanpa meminta malah sering rumah mama didatangi anak dari Adiguna Cokrominoto." Reina tersenyum kecut.
Entah kenapa Reina merasa kesal mendengar mamanya menyebut nama orang tua Aisyah dengan tambahan tuan. Reina seolah-olah berpikir mamanya sangat berlebihan menghormati orang tua Aisyah. Sehingga sampai harus menyebut nama Adiguna Cokrominoto dengan tambahan tuan, walaupun sedang tidak berada didekat Adiguna Cokrominoto.
"Kamu kok terkesan sinis gitu Rei membahas keluarga Aisyah." Mama Reina heran dengan sikap anaknya itu.
"Mama kalau jadi Reina juga pasti kesal. Tiga tahun lebih kami bersahabat, selama tiga tahun itu juga Aisyah membohongi Reina ma..! Jangan-jangan kebaikan keluarga Aisyah yang selama ini ditunjukan pada Reina itu hanya sekedar sandiwara saja." Nada bicara Reina meninggi.
"Rei kamu harus bisa membedakan mana berbohong dan mama tidak terbuka..!" Aisyah tiba-tiba sudah berada didapur dan berdiri didekat meja makan.
Wajah Aisyah terlihat sedih. Aisyah tidak menyangka sahabatnya akan berpikir sejelek itu pada keluarga dia. hanya gara-gara dia tidak terbuka pada Reina, bukan berarti keluarganya juga ikut bersalah.
Mama dan papa Reina melihat kearah Aisyah. Mereka berdua terlihat seperti merasa kurang enak pada Aisyah. Setelah Aisyah mendengar apa yang telah dikatakan oleh Reina. Sedangkan Reina malah terlihat menjadi emosi dengan kehadiran Aisyah itu.
"Tidak ada bedanya Syah. Tidak terbuka dengan bohong itu tidak ada bedanya." Reina semakin meninggikan nada bicaranya dan Reina juga langsung berdiri kerena tidak bisa lagi menahan emosinya.
"Beda Rei... Jelas sangat beda. Bohong itu kalau kita mengatakan yang tidak sesuai kenyataan, tapi kalau tidak terbuka itu kita tidak menceritakan apa yang tidak orang lain tanyakan pada kita."
Aisyah mencoba menjelaskan perbedaan bohong dan tidak terbuka pada Reina. Meskipun Aisyah tahu Reina tidak akan peduli dengan penjelasannya. Aisyah sadar Reina sedang emosi, apapun yang akan dia katakannya saat ini, itu tidak akan bisa diterimah oleh Reina.
"Kalau kamu sahabat yang baik Syah. kamu gak harus nunggu ditanya dulu baru cerita..!" Reina masih bicara dengan nada tinggi.
"Justru sekarang yang sedang berbohong itu kamu Rei. Kamu yang menyuruh ibu untuk mengatakan pada aku kalau kamu sedang pergi. Padahal aku tahu kamu ada dirumah. Aku kenal kamu sudah cukup lama. jadi aku hafal kamu tidak akan pergi pada malam hari kecuali sama aku. Sengaja Sei aku nunggu diruang tamu, aku pengen lihat seberapa lama kamu sanggup berbohong. Dan kerena tidak tahan lagi menunggu, makanya aku datang kesini ingin memastikan kalau kamu memang benar tidak sedang pergi."
"Kamu baru dibohongi seperti ini aja sudah sakit hati..! Gimana aku yang sudah tiga tahun lebih kamu bohongi." Nada bicara Reina makin meninggi.
"Rei..!!!" Mama Reina membentak Reina.
Mama Reina tidak suka dengan cara bicara Reina pada Aisyah dengan penuh emosi seperti itu. Sedangkan papa Reina hanya diam. Papa Reina bingung harus berbuat apa melihat pertengkaran dua sahabat itu.
"Kenapa mama lebih belain dia daripada Reina..?!" Reina melotot kearah mamanya. Sambil menunjuk kearah Aisyah.
"Rei mama gak suka lihat cara bicara kamu pada Aisyah seperti ini." Mama Reina sekarang juga bicara dengan nada tinggi.
"Mama harus tahu..! Reina selama ini telah dianggap tidak lebih berharga daripada sebuah boneka oleh dia." Reina menoleh kearah Aisyah dengan tatapan tajam.
"Maksud kamu Rei?" Aisyah bingung dengan apa yang dikatakan oleh Reina.
"Gak usah bersikap pura-pura bodoh Syah..! Aku udah tau semuanya."
"Tahu tentang apa?" Aisyah semakin bingung.
"Aku tahu kenapa aku bisa sekolah diSMA (Reina menyebut nama sekolah SMAnya dulu) bisa gratis sampai lulus. Itu tidak lain kamu yang minta kepihak yayasan. Kerena yayasan itu milik keluarga kamu. Dan aku bisa kuliah sekarang juga kerena pihak keluarga kamu yang ngatur."
Tentu saja mendengar apa yang dikatakan oleh Reina itu membuat Aisyah menjadi bingung. Aisyah bingung dari mana Reina bisa mengetahui kebenaran itu semua. Dan sejak kapan Reina mengetahuinya. Sedangkan sebelumnya Reina tidak pernah membahasnya.
Kedua orang tua Reina juga kaget mendengar apa yang dikatakan oleh Reina. Kedua orang tua Reina juga tidak menyangka sama sekali kalau keluarga Adiguna Cokrominoto sudah begitu jauh berperan dalam kehidupan Reina. Mereka bingung harus berkata apa. Bagaimanapun juga apa yang dilakukan oleh keluarga Aisyah itu hal yang baik. Walaupun tanpa sepengetahuan mereka.
"Kamu tahu kan Rei umi sama abi sudah nganggap kamu sebagai anak mereka sendiri. Jadi wajar kalau mereka melakukan suatu yang terbaik untuk kamu."
"Tapi gak gini juga caranya..! Emang kalian anggap aku ini benda mati, Yang bisa bebas kalian lakukan sesuka hati kalian. Seharusnya kalian tanya dulu sama aku, apa yang akan kalian lakukan menyangkut tentang hidup aku. Setidaknya kalian tanya pendapat aku. Apa dengan melakukan ini semua keluarga kamu mau dianggap hebat..! Sekalian aja keluarga kamu beli aku jet pribadi, lalu kalian kasih aku duit satu koper, biar aku bisa keliling dunia. Dan beri tahu pada semua orang kalau itu bisa terjadi kerena atas bantuan tuan Adiguna Cokrominoto." Reina mengeluarkan semua kekesalannya.
"Rei aku tidak menyangka kamu berubah secepat ini." Mata Aisyah berkaca-kaca.
Kata-kata Reina itu terlalu menyakitkan buat Aisyah. Tiga tahun lebih mereka bersabahat, tapi Reina tega berkata seperti itu pada Aisyah. Tentu saja hal itu membuat Aisyah menjadi terpukul. Tanpa terasa butiran-butiran bening keluar dari kedua mata Aisyah, tanpa bisa Aisyah bendung lagi.
Melihat sahabatnya itu meneteskan air mata Reina menjadi iba.
Kedua orang tua Reina juga bisa memahami apa yang dirasakan oleh Aisyah. Kata-kata Reina itu memang sudah sangat keterlaluan. Wajar kalau Aisyah sangat sedih dan terpukul.
Tapi setelah mengingat Aisyah yang sudah membohonginya selama tiga tahun lebih Reina kembali emosi.
"Sudahlah Syah aku bosan dengan sandiwara keluarga kamu yang sok baik sama aku." Walaupun Reina tidak berkata dengan nada tinggi lagi, tapi Reina masih berkata dengan sinis.
"Kamu pasti bisa membedakannya Rei saat umi memeluk kamu. Apakah itu seperti pelukan orang yang sedang bersandiwara seperi yang ada diadegan suatu film. Atau itu benar-benar pelukan kasih sayang seorang ibu pada anaknya. Dan satu hal lagi Rei...A ku harap tidak akan ada orang yang mengatakan pada kamu, kalau orang tua kamu sedang bersandiwara saat orang tua kamu sudah melakukan hal yang baik."
Setelah mengakhiri ucapannya Aisyah segera lari kearah luar. Aisyah tidak mau tangisannya disaksikan oleh Reina dan kedua orang tua Reina. Aisyah tidak mau terlihat lemah dihadapan keluarga sahabatnya itu.
"Mama pastikan Rei kamu akan menyesal kehilangan sahabat sebaik dia." Muka mama Reina terlihat sedih.
"Rei kejar dia, lalu minta maaf sama dia." Papa Reina yang bicara.
"Tapi pa." Reina terlihat ragu menuruti saran papanya.
"Kalau kamu berpikir dengan keluarga tuan Adiguna Cokrominoto menolong kamu tanpa sepengetahuan kamu itu adalah hal yang salah. Berarti kamu secara tidak langsung juga menyalahkan tuhan sama malaikat. Kerena tuhan dan malaikat menolong kamu tanpa kamu tahu dan tanpa meminta persetujuan dari kamu terlebih dahulu. Tuhan dan malaikat langsung menolong kamu." Mama Reina memberi nasehat pada Reina.
Reina hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh mamanya. Tapi beberapa saat kemudian Reina terlihat meneteskan air mata. Reina sadar dia telah menyakiti perasaan sahabatnya. Lalu Reina berlari keluar untuk menyusul sahabatnya itu.
Melihat itu kedua orang tua Reina menarik napas lega. Mereka berharap hubungan kedua sahabat itu akan baik-bauk saja.
Saat Reina sampai dipintu depan, Reina melihat Aisyah sudah berada dipintu pagar. Aisyah masih lari dengan kondisi sambil menangis.
"Syah maafin Reina." Reina berlari mengejar sahabatnya itu juga sambil menangis.
Meskipun Aisyah bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Reina, tapi Aisyah masih terus lari tanpa menoleh kearah Reina sedikitpun. Kata-kata Reina yang menyinggung kedua orang tua Aisyah tadi itu terlalu menyakitkan bagi Aisyah.
Brakkkk....! Tiba-tiba ada motor yang sedang ngebut menyenggol pintu mobil Aisyah. Saat Aisyah baru mau masuk kedalam mobilnya.
"Aisyahhhh...!!!" Reina langsung lari secepat mungkin kearah Aisyah.
Sesampainya didekat Aisyah, Reina langsung duduk untuk memangku kepala sahabatnya itu keatas pahanya. Aisyah terlihat terbaring lemah dipangkuan Reina dengan mata sedikit terbuka. Dibagian belakang kepala Aisyah terlihat ada darah.
"Aisyah maafin Reina." Reina memeluk sahabatnya itu sambil menangis sejadi-jadinya.
"Mbakkk...! Mbak gak kenapa-kenapa kan?"
Tiba-tiba entah dari mana datangnya ada seorang laki-laki yang sudah duduk disamping Aisyah tanpa Reina sadari. Laki-laki itu menggoyang-goyangkan bahu Aisyah, berusaha menjaga kesadaran Aisyah. Laki-laki itu terlihat sangat panik melihat kondisi Aisyah. Dan laki-laki itu jauh terlihat lebih mengkhawatir Aisyah daripada Reina.
"Rei dia laki-laki yang..!" Ucapan Aisyah terputus kerena Aisyah sudah pingsan.
Reina tidak bisa menebak apa yang akan dikatakan Aisyah selanjutnya. Yang Reina tahu Aisyah terlihat takut dan kaget saat melihat laki-laki yang memegang bahunya.
Reina melihat penuh tanda tanya pada laki-laki yang memegang kedua bahu Aisyah itu. Reina tahu Laki-laki itu bukan orang yang menyenggol Aisyah. Kerena Reina melihat orang yang menyenggol pintu mobil Aisyah tadi langsung kabur setelah sadar telah menyenggol Aisyah.
Sedangkan laki-laki itu tidak peduli dengan tatapan Reina yang penuh curiga pada dia.
"Bang ini orangnya."
Tiba-tiba ada tiga orang pria lagi yang sudah berada disitu. Terlihat salah satu orang pria yang baru datang itu membengkuk kebelakang tangan orang yang datang bersama mereka. Pria yang tangannya dibekuk kebelakang terlihat sangat ketakutan. wajahnya terlihat lebam seperti habis dipukul.
Laki-laki yang dari tadi memegang bahu Aisyah. Terlihat sangat marah menatap kearah pria yang sedang kondisi tangannya dibekuk kebelakang. Tatapan Laki-laki itu seperti tatapan harimau yang sedang menatap kearah mangsanya.
"Bangs*ttt...!"
Laki-laki yang memegang bahu Aisyah tadi langsung berdiri dan memukul muka pria yang sedang dibekuk. Masih merasa belum puas Laki-laki itu menedang beberapa kali kearah perut pria yang sedang dibekuk.
"akkk..! Ampun bang saya tidak sengaja." Pria yang dibekuk meraung kesakitan.
plakkk...! pria yang satunya lagi ikut menampar muka pria yang dibekuk.
"Ampun... Ampun tadi kamu mau kabur." Pria yang menampar tadi juga ikut emosi.
"Maaf bang saya takut... Makanya saya kabur."
"Tutup mulutmu bangs*t..!"
Laki-laki yang memegang bahu Aisyah tadi memukul mulut pria yang sedang dibekuk dengan sangat keras. darah langsung menyembur dari mulut pria itu.
"Ya ALLAH Aisyah kenapa Rei..?!"
Mama dan papa Reina juga sudah berada disitu. Reina tidak menjawab pertanyaan mamanya. Reina masih kaget dang bingung dengan rentetan hal yang terjadi yang dia saksikan barusan. Reina tidak dapat mencernah sebenar apa yang sedang terjadi. Kenapa ada tiga orang laki-laki yang terlihat sangat marah pada pria yang tadi telah menyenggol Aisyah.
"Bawah dia kepolisi. Kerena dia akan jauh lebih aman didalam penjara. Kalau sekali lagi aku melihatnya aku pastikan dia tidak akan bernyawa lagi." Laki-laki yang mengkhawatirkan Aisyah tadi seperti memberi perintah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
ⓔⓇⓙⓐ 🌸
Jangan2 itu Bastian...
2020-07-29
0
Slamet Diana
kayaknya bastian buntutin aisyah deh
2020-07-27
0
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
Koq bisa ad Bastian disitu thor, 🤔
2020-07-12
0