Setelah kedua temannya pergi membawah pria yang tadi secara tidak sengaja menyenggol Aisyah. Laki-laki yang memberi perintah tadi berjalan kearah Aisyah.
"Jangan mendekat..!"
Reina mengangkat tangan kanannya untuk memberi tanda agar Laki-laki itu tidak mendekat kearah mereka. Reina merasa laki-laki itu orang yang berbahaya. Tadi Reina melihat sendiri laki-laki itu memukul pria yang menyenggol Aisyah tanpa belas kasihan sedikitpun.
"Dia harus cepat diberi pertolongan." Laki-laki itu menunjuk kearah Aisyah dengan wajah penuh kecemasan. Laki-laki itu terlihat sangat mengkhawatian keadaan Aisyah.
"Ya Rei Aisyah harus cepat dibawah kerumah sakit." Mama Reina juga mengkhawatir kondisi Aisyah.
Reina juga sebenarnya dari tadi sangat mengkhawatirkan dengan kondisi Aisyah. Tapi kerena bingung dengan situasi yang sedang terjadi, Reina jadi sedikit melupakan keadaan Aisyah.
Tanpa memperdulikan Reina yang terus menatap kearah dia dengan penuh rasa curiga, laki-laki itu terus saja berjalan kearah Reina, lalu laki-laki mengambil Aisyah dari pangkuan Reina. Laki-laki itu mengangkat Aisyah untuk membawahnya kedalam mobil. Lalu Reina mengekor dibelakangnya tanpa berkata apa-apa.
"Buka pintunya." Laki-laki itu meminta Reina membuka pintu belakang mobil.
Reina segera melakukan apa yang disuruh laki-laki itu. Reina sadar laki-laki itu tidak dapat membuka pintu mobil kerena posisi laki-laki itu sedang mengangkat Aisyah.
Laki-laki itu meletakan Aisyah secara perlahan dikursi belakang. Terlihat laki-laki itu sangat berhati-hati memperlakukan Aisyah. Sebelum dia keluar dari mobil laki-laki itu melihat terlebih dahulu kearah Aisyah dengan pandangan wajah sedih.
"Mbak harus sembuh... Jangan membuat aku bertambah bersalah dengan melihat keadaan mbak seperti ini." Laki-laki itu berkata pelan seperti bicara pada dirinya sendiri.
Tapi apa yang diucapkan laki-laki itu dapat didengar oleh Reina, kerena posisi Reina tepat berdiri dibelakang laki-laki itu.
Sebenarnya apa hubungan laki-laki ini dengan Aisyah? kenapa dia sangat mengkhawatirkan Aisyah?
Reina diliputi berbagai pertanyaan kenapa laki-laki itu terlihat sangat mengkhawatirkan Aisyah.
"Kamu tahu rumah alamat sakit yang paling dekat dari sini?" Laki-laki itu bertanya pada Reina.
"Iyah.. Kenapa?" Reina seperti tidak sadar kalau laki-laki itu sedang bicara dengan dia.
"Rumah sakit paling dekat daerah sini kamu tahu?" Laki-laki itu mengulangi pertanyaannya pada Reina dengan rasa sedikit kesal.
"Ya tahu." Lalu Reina menyebut nama dan alamat rumah sakit yang terdekat dari tempat mereka.
Reina menyebut nama rumah sakit itu bukan hanya sekedar kerena posisinya paling dekat dari tempat mereka, tapi ada hal lain pula yang memyebabkan kenapa Reina selalu mengingat nama rumah sakit itu. Dulu ketika papa Reina sedang sakit, papa Reina dirawat rumah sakit itu juga. Yang membuat rumah sakit itu selalu ada dalam ingatan Reina bukan hanya sekedar doktor dan semua yang kerja dirumah sakit itu yang bersikap baik pada keluarga Reina. Tapi dulu pihak rumah sakit itu membebaskan semua biaya pengobatan papa Reina, selama papa Reina dirawat rumah sakit itu. Sampai sekarangpun Reina tidak mengetahui alasan pasti kenapa pihak rumah sakit melakukan hal itu.
*****
Beberapa jam kemudian mereka sudah berada dirumah sakit.
Ketika Aisyah sedang dirawat oleh dokter, laki-laki itu terlihat semakin gelisah. Laki-laki itu berdiri mondar-mandir seperti orang kebingungan. Beberapa saat terlihat dia duduk tapi sebentar kemudian dia berdiri lagi, sekali-kali dia juga meremas rambutnya sendiri.
"Brengs*kkkk...!" (maaf saya sensor sendiri daripada nanti disensor pihak novel toon.) Laki-laki itu memaki sambil memukul tembok dan kakinya juga ikut menendang-nendang tembok.
"Tenang Aisyah pasti gak kenapa-kenapa kok." Reina memegang bahu laki-laki itu dari belakang untuk menenangkan laki-laki itu.
Reina tidak tahu kenapa tiba-tiba dia bersikap seperti itu pada laki-laki itu. Reina hanya mengikuti nalurinya saja bahwa dia harus bersikap seperti itu pada laki-laki itu. Mungkin didorong rasa tidak tega, setelah melihat laki-laki itu seperti terlihat sangat mengkhawatirkan keadaan Aisyah.
"Aku harus pergi." Laki-laki itu menoleh kearah Reina.
"Pergi?" Reina heran mendengar ucapan laki-laki itu.
Laki-laki itu semakin terlihat misterius dimata Reina. Bukan seharusnya Laki-laki itu terus berada didekat Aisyah, kalau dia benar-benar mengkhawatirkan Aisyah. Tapi kenapa sekarang laki-laki itu ingin pergi sebelum tahu seperti apa kondisi Aisyah.
Tanpa peduli dengan Reina yang menatap dia dengan wajah penuh keheranan. Laki-laki itu masih terus saja berjalan dengan buru-buru pergi keluar dari rumah sakit.
Beberapa saat kemudian setelah laki-laki itu hilang dari pandangan Reina orang tua Aisyah terlihat muncul dari arah laki-laki itu tadi pergi.
Apa jangan-jangan laki-laki itu tahu kalau abi sama umi Aisyah sebentar lagi akan datang? makanya dia buru-buru pergi. Tapi alasan apa dia menghindar bertemu dengan orang tua Aisyah. Ahhh...M**ungkin ini kebetulan aja saat laki-laki itu pergi, kebetulan umi sama abi Aisyah datang.
Reina memang sudah menghubungi dan memberi tahu pada kedua orang tua Aisyah tentang apa yang terjadi dengan Aisyah. Reina juga sudah memberi tahu alamat rumah sakit dimana Aisyah sedang dirawat.
Reina menelpon kedua orang tua Aisyah saat mereka tadi sedang diperjalanan. Makanya sekarang kedua orang tua Aisyah langsung datang kerumah sakit tempat Aisyah sedang dirawat.
"Nak keadaan Aisyah sekarang gimana?" Umi Aisyah bertanya pada Reina.
"Aisyah gak kenapa-kenapa mi. Aisyah cuman syok aja."
Reina hanya sekedar menebak saja kondisi Aisyah. Sebenarnya Reina juga belum tahu keadaan Aisyah sekarang seperti apa. Sengaja Reina berkata seperti itu pada orang tua Aisyah agar kedua orang tua sahabatnya itu tidak terlalu khawatir.
"Sudah berapa lama Aisyah berada didalam?" Umi Aisyah bertanya pada Reina sambil melihat kearah pintu ruangan dimana Aisyah sedang dirawat.
"Mungkin baru sekitar setengah jam mi." Reina memberi keterangan.
Tidak lama beberapa saat Reina selesai menjawab pertanyaan dari umi Aisyah terlihat pintu ruangan dimana Aisyah sedang dirawat terbuka. Dokter dan beberapa suster keluar dari ruangan itu.
"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Umi Aisyah langsung bertanya pada dokter yang baru keluar dari ruangan tempat Aisyah sedang dirawat.
"Anak ibu baik-baik saja. Anak ibu cuma mengalami pendarahan sedikit dibelakang kepalanya akibat terbentur aspal kerena terjatuh. Tapi ibu tidak usah khawatir itu tidak berakibat apa-apa. Anak ibu hanya mengalami syok saja." Dokter itu memberi penjelasan pada orang tua Aisyah sesuai dengan apa yang tadi ditebak oleh Reina.
Reina merasa bersyukur kerena dokter telah memberi keterangan pada orang tua Aisyah sesuai dengan apa yang tadi telah dia katakan pada orang tua Aisyah.
Terkadang Reina berpikir tuhan sudah berbuat terlalu baik pada dia, kerena tuhan sudah sering begitu saja mengabul apa yang telah diharapan oleh Reina.
Tuhan kalau KAU terus mengabulkan apa yang aku inginkan aku takut aku akan menjadi manja. Sehingga membuat aku akan selalu mengandalkanMU tanpa aku harus berbuat apa-apa. Bagaimanapun juga aku belum menjadi hambaMU yang baik. Entah kenapa pikiran itu terlintas begitu saja dipikiran Reina.
Setidaknya dengan berpikir seperti itu Reina bisa intropeksi diri. Kerena zaman sekarang Reina sadar banyak orang meminta, bahkan setengah memaksa agar tuhan mengabulkan keinginanya. Sedangkan orang-orang itu tidak mau mematuhi apa yang telah disuruh oleh tuhan.
Anak kecil saja saat meminta suatu dari orang tuanya, anak itu harus menuruti apa yang dikatakan oleh orang tuanya. Kalau anak itu tidak mematuhi apa yang telah disuruh orang tuanya jangan harap orang tuanya akan memberikan apa yang diinginkan anak itu.
"Apakah kami sudah bisa melihat putri kami dok?" Abi Aisyah yang bertanya.
"Sudah pak." Dokter itu menjawab sambil tersenyum ramah.
"Terimah kasih dok." Istri Adiguna Cokrominoto mengucapkan terimah kasih pada dokter yang sudah merawat putrinya.
"Sama-sama bu, ini memang sudah menjadi tugas kami sebagai dokter, kami harus membuat setiap pasien yang datang kesini menjadi lebih baik."
"Tuan Adiguna Cokrominoto?" Tiba-tiba ada yang menyebut nama abi Aisyah
Adiguna Cokrominoto menoleh kearah sumber suara yang menyebut namanya. Adiguna Cokrominoto heran siapa yang mengetahui identitas dia dirumah sakit ini. Setahu Adiguna Cokrominoto hanya ada satu dokter yang tahu siapa dia sebenarnya.
Mungkinkah orang yang memanggilnya tadi adalah memang orang itu. Makanya Adiguna Cokrominoto buru-buru berbalik badan untuk melihat kearah orang yang tadi memanggilnya.
"Dokter Reinhard?" Adiguna cokrominoto menyebut nama dokter yang tadi memanggilnya.
"Kenapa tuan ada disini?" Dokter Reinhard terlihat bingung dengan kehadiran Adiguna Cokrominoto yang berada dirumah sakit.
Tentu saja semua yang berada disitu merasa heran kenapa dokter Reinhard terlihat sangat akrab dan juga terlihat sangat menghormati Adiguna Cokrominoto.
Dokter dan suster yang tadi merawat Aisyah tahu kalau dokter Reinhard sangat dihormati dirumah sakit ini. Dokter Reinhard juga sangat dihormati oleh dokter-dokter lainnya dirumah sakit ini. Selain memiliki reputasi bagus dokter Reinhard juga menjadi orang yang sangat dipercaya oleh pemilik rumah sakit ini.
Jadi tidak ada yang cukup gila untuk berani tidak bersikap hormat pada dokter Reinhard. Sekali saja ada orang yang tidak bersikap hormat pada dokter Reinhard, maka orang itu akan dengan mudah disingkirkan oleh dokter Reinhard, segampang dokter Reinhard meniup angin dari mulutnya. Maka segampang itu pula dia melempar keluar dokter atau suster yang berani bersikap tidak hormat padanya dari rumah sakit ini.
Dokter dan suster yang tadi merawat Aisyah melihat kearah Adiguna Cokrominoto dengan pandangan heran, mereka bertanya-tanya siapa sebenar Adiguna Cokrominoto, yang sanggup membuat orang sekelas dokter Reinhard saja terlihat sangat menghormatinya.
"Putri saya sedang dirawat disini." Adiguna Cokrominoto menjawab pertanyaan dokter Reinhard.
"Apaaa..?! Putri tuan berada dirawat diruangan ini?" Dokter Reinhard terlihat sangat kaget. "Dokter jamal apakah anda yang membawah nona Aisyah keruangan ini?" Dokter Reinhard terlihat marah pada dokter jamal yang telah membawah Aisyah keruangan kelas dua.
"Benar dok." Dokter jamal menjadi bingung setelah melihat dokter Reinhard tiba-tiba menjadi marah.
"Cepat pindahkan nona Aisyah keruangan lain." Dokter Reinhard membentak memberi perintah pada suster yang ada disitu.
Dokter Reinhard sangat khawatir kalau Adiguna Cokrominoto akan tersinggung kalau putrinya dirawat diruangan kelas dua. Dokter Reinhard berharap apa yang telah dilakukan oleh dokter jamal tidak membuat Adiguna Cokrominoto jadi marah.
Semua suster yang ada disitu segera bergegas siap-siap memindahkan Aisyah keruang VVIP. Walaupun para suster itu tidak tahu siapa sebenarnya laki-laki yang sedang bicara dengan dokter Reinhard. Tapi melihat dokter Reinhard seperti sangat menghormati laki-laki itu, maka para suster itu berpikir mereka harus memberikan pelayanan dan ruangan terbaik pada Aisyah.
"Tidak perlu dipindahkan dok, putri saya sudah tidak apa-apa. Dokterrrr..?" Adiguna Cokrominoto melihat kearah dokter jamal.
"Doktor jamal tuan." Dokter jamal memberi tahu pada Adiguna cokrominoto namanya. Kerena dokter jamal tahu Adiguna Cokrominoto berusaha menyebut namanya, tapi Adiguna Cokrominoto tidak hafal nama dia.
"Ya dokter jamal tadi sudah bilang bahwa kondisi putri saya sudah tidak apa-apa lagi."
"Tapi tuan rumah sakit ini adalah milik tuan. Sudah seharusnya keluarga tuan mendapat pelayanan terbaik dari rumah sakit dan dokter disini." Dokter Reinhard masih merasa khawatir kalau Adiguna Cokrominoto merasa tidak senang kerena putrinya telah dirawat diruangan kelas dua.
Semua yang berada disitu menjadi sangat kaget setelah mendengar dokter Reinhard mengatakan kalau rumah sakit itu milik Adiguna Cokrominoto. Para suster itu terlihat menjadi ketakutan setelah tahu ternyata orang berada didekat mereka itu tidak lain Adiguna cokrominoto pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja.
Suster-suster itu mulai dihantu rasa bersalah kerena telah membawah putri tunggal pemilik rumah sakit ini keruangan kelas dua. Dokter jamalpun terlihat ikut merasa sangat bersalah.
"Cukuppp...! Cukup...! Aku tidak akan kaget lagi kalau satu saat ada yang mengatakan kalau setengah pulau jawa ini milik Adiguna cokrominoto Group..!!" Tiba-tiba Reina berteriak tanpa sadar.
Mengdengar teriakan Reina itu semua yang berada disitu langsung melihat kearah Reina. Mereka memandang Reina dengan berbagai ekspresi.
Para suster melihat kearah Reina dengan pandangan tidak senang sambil melotot. Mereka sudah cukup tegang menghadapi situasi yang sedang terjadi. Dan sekarang mereka harus dikagetkan lagi oleh Reina yang berteriak tidak jelas.
Dokter jamal juga melihat kearah Reina dengan pandangan kaget.
Sedangkan dokter Reinhard memandang kearah Reina dengan wajah heran. Dokter Reinhard bertanya dalam hati apa yang membuat gadis itu berteriak tidak jelas seperti itu.
"Rei kamu kenapa nak?" Istri Adiguna Cokrominoto bertanya pada Reina.
"Anu mi... Hmmm.." Reina tidak melanjutkan kata-katanya. Kerena tidak menemukan kalimat yang tepat untuk menjawab pertanyaan umi Aisyah.
Reina hanya senyum-senyum sendiri menutupi rasa bersalahnya, Reina terlihat salah tingkah. Reina merasa semua yang ada disitu melihat kearah dia sambil menunjukan aura membunuh mereka semua kearah dia.
Tuhan tolong buat keajaiban untukku. Ciptakan lobang besar dibawah kakiku. Aku tidak peduli lobang itu akan berakhir dimana dan membawahku kemana. Yang terpenting bawah aku pergi menjauh dari srigala-srigala kelaparan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Oma Nurdin Kece
reina ini stres g ada rasa syukurx
2020-09-05
0
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
Reina koq g inget sm Bagian ya, 🤔
2020-07-12
1
Afifah Nurdiana
kecewa sama reina
begitu bodoh
2020-04-21
1