Reina tidak akan percaya sahabatnya mengalami musibah pemerkosaan kalau tidak orang tua Aisyah sendiri yang memberi tahunya. Reina masih ingat benar malam itu dia dan aisyah masih sempat bersenda gurau. Reina tidak memiliki firasat apa-apa pada sahabatnya itu.
Disitulah terkadang Reina merasa tuhan tidak adil, Reina berpikir Aisyah sahabatnya itu adalah orang yang sangat baik. Tidak seharusnya tuhan menghukumnya seperti itu. Tentu saja apa yang dialami oleh Aisyah itu juga membuat Reina terpukul dan sedih.
Pagi itu setelah menerima kabar dari umi Aisyah, Reina langsung pergi kerumah sahabatnya. Reina ingat betul ketika umi Aisyah menelpon dia, suara umi Aisyah terdengar sangat sedih. Apalagi umi Aisyah mengatakan pada Reina kalau Aisyah tidak mau makan sejak kejadian itu.
Umi Aisyah mengatakan pada Reina kalau Aisyah terlihat seperti orang yang tidak memiliki semangat hidup lagi. Tentu saja keterangan umi Aisyah itu membuat Reina berpikir jangan-jangan sahabatnya itu akan melakukan tindakan yang bukan-bukan.
Reina tidak tahu kalau sahabatnya itu sudah mencoba melakukan bunuh diri, seperti apa yang Reina khawatirkan. Untung wanita bernama Natalie datang tepat waktu, dan Natalie bisa mencegah Aisyah untuk tidak melakukan tindakan bunuh diri.
Sesampainya dirumah Aisyah, Reina langsung pergi kamar Aisyah. Dikamar Aisyah terlihat duduk sambil memeluk kedua lututnya yang terlipat. Tatapan mata Aisyah terlihat kosong.
Disamping ranjang umi Aisyah duduk sambil memegang piring nasi. Dari tadi umi Aisyah berusaha membujuk putri tunggalnya itu untuk makan, tapi Aisyah tidak menggubris bujukan uminya.
Reina hanya berdiri saja beberapa saat setelah melihat kondisi sahabatnya itu. Reina tidak tahu harus berkata dan berbuat apa. Reina sadar sahabatnya itu sekarang pasti masih sangat terpukul dengan musibah yang telah menimpahnya. Terlihat dari kondisi Aisyah yang sangat buruk.
Meskipun Aisyah tahu Reina sudah berada didalam kamarnya, tapi Aisyah tidak merespon apa-apa. Aisyah berdiam diri saja seolah-olah dia sedang sendiri saja berada dikamar itu.
Umi Aisyah menatap kearah reina penuh harap, Umi Aisyah berharap sahabat putrinya itu bisa menghibur Aisyah, agar Aisyah tidak terlalu terlarut dalam kesedihannya.
Ingin rasanya Reina memeluk sahabatnya itu untuk mengurangi kesedihannya, tapi Reina tahu kalau dia melakukan itu pasti sahabatnya itu akan bertambah sedih. Raina juga ingan rasanya memberi nasehat pada sahabatnya agar sahabatnya itu tidak terlalu memikirkan apa yang telah terjadi padanya.
Setelah berpikir Reina memutuskan tidak mengucapkan apa-apa pada sahabatnya. Reina tahu sehebat apapun kata-kata bijak atau nasehat yang akan dia dikatakan pada Aisyah itu tidak akan berpengaruh apa-apa.
Kalau orang sedang mengalami kondisi seperti yang Aisyah rasakan sekarang, kata-kata seperti apapun tidak akan mengubah keadaan menjadi lebih baik.
"Aisyah masih gak mau makan mi?"
Reina bertanya pada umi Aisyah seolah-olah Aisyah tidak berada didekat mereka. Reina bertanya sambil berjalan kearah umi Aisyah, lalu Reina duduk ditengah. Antara Aisyah dan uminya.
"Sini mi piringnya." Reina meminta piring yang dipegang umi Aisyah.
Umi Aisyah berharap sahabat putrinya itu bisa membujuk putrinya untuk makan. Umi Aisyah tahu selama ini seberapa dekat hubungan persahabatan Aisyah dan Reina, jadi umi Aisyah berpikir pasti Reina bisa membujuk Aisyah, agar Aisyah mau makan.
Selama ini Reina manggil ibu Aisyah dengan panggilan umi, itu bukti betapa dekatnya Reina dengan keluarga Aisyah. Reina juga manggil abi pada ayah Aisyah, seperti apa yang dilakukan oleh Aisyah.
"Syah kamu harus makan. Aku gak mau loh punya teman kurus gara-gara kamu gak mau makan." Reina berkata lembut sambil bercanda. Reina berharap sahabatnya itu sedikit terhibur dengan gurauannya.
Selama ini hanya orang-orang yang terdekat yang memanggil Aisyah dengan panggilan Syah. Selain Reina tentu saja kedua orang tua Aisyah. Seperti asisten rumah tangga dan satpam yang kerja dirumah kedua orang tua Aisyah memanggil Aisyah dengan panggilan non Ais. Mereka merasa tidak pantas memanggil anak majikannya itu dengan panggilan Syah seperti yang dilakukan kedua orang tuanya.
"Biar Reina yang coba mi nasinya, Reina pengen tahu kenapa Aisyah gak mau makan." Lalu Reina menyuapkan sesendok nasi kemulutnya yang ada dipiring, yang sejak tadi berada ditangannya.
Tentu saja apa yang dilakukan Reina itu membuat Umi Aisyah jadi bingung.
"Gak enak mi masakannya."
Sekarang umi Aisyah terlihat melotot setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Reina. Umi Aisyah bertambah heran, dia tidak menyangka Reina akan berkata seperti itu. Kerena selama ini Reina selalu bersikap sopan padanya.
Apa yang terjadi antara Reina dan uminya tidak berpengaruh apa-apa pada Aisyah. Aisyah masih saja terdiam dengan tatapan matanya yang kosong sambil memeluk kedua lututnya.
"Mi apapun yang Reina makan itu tidak akan terasa enak kalau makanannya tidak Reina makan sama Aisyah." Reina berkata pada umi Aisyah dengan nada serius.
Sekarang umi Aisyah paham apa maksud dari kata-kata Reina. Reina seolah-olah ingin berkata apapun yang dirasakan oleh Aisyah itu juga dirasakan oleh Reina.
"Reiii..."
Aisyah tiba-tiba memeluk tubuh Reina dengan erat sambil menangis. Aisyah seolah-olah ingin menghilangkan semua kesedihannya dalam pelukan sahabatnya itu, Reina juga ikut menangis. Reina sebenarnya sejak tadi menahan tangisnya. Reina tidak mau kalau dia menangis itu akan semakin membuat sahabatnya bertambah jadi rapuh.
Umi Aisyah tentu saja juga tidak bisa menahan air matanya agar tidak menetes. Umi Aisyah menangis dengan kepala tertunduk. Umi Aisyah memahami apa yang tengah dirasakan oleh kedua sahabat yang sedang berpelukan sambil menangis yang ada dihadapannya sekarang.
"Syah seburuk apapun hidup kita, kita sendiri yang harus memperbaikinya. Kerena orang lain tidak akan pernah bisa mengubah hidup kita. Dan banyak ketika seseorang mengalami hal-hal buruk, terkadang orang itu membuat perbandingan hidup dia dengan hidup orang lain. Seindah apapun cerita hidup orang lain, tetaplah cerita orang lain. Bukan cerita kita. Ibarat cerita novel, seburuk apapun cerita novel yang kita buat, kita harus bangga, kerena itu hasil karangan kita sendiri. Bukan dari hasil kita meniru karangan cerita orang lain. percuma ceritanya bagus, kalau itu meniru cerita orang lain. Begitu juga hidup syah, seburuk apa hidup kita, kita tidak bisa memberbaikinya dengan cara meniru hidup orang lain."
Itulah kelebihan Reina yang sangat dikagumi oleh kedua orang tua Aisyah. Reina walaupun terkadang terlihat bertingkah konyol, tapi Reina bisa bersikap jadi jauh lebih dewasa daripada umur dia sebenarnya, ketika Reina sedang serius.
Umi Aisyah tahu betul kenapa kadang Reina terlihat konyol, itu semata-mata kerena Reina mencoba mencairkan suasana yang terkadang terasa mulai tegang atau mulai terasa membosankan. Tidak semua orang mampu membuat suasana menjadi nyaman dengan bertingkah konyol.
"Assalamu'alaikum." Abi Aisyah memberi salam Sebelum masuk kamar Aisyah.
"Wa'alaikumus salam." Umi Aisyah dan Reina menjawab secara bersamaan.
Aisyah tidak ikut menjawab salam dari abinya, kerena Aisyah masih menangis sambil memeluk Reina.
"Nakkk..." Abi Aisyah memandang kearah Aisyah.
Abi Aisyah terlihat sedih melihat putrinya itu tidak menjawab salamnya. Bagi abi Aisyah sesedih apapun keadaan orang itu. Wajib hukumnya seseorang muslim menjawab salam, ketika ada orang lain yang memberi salam padanya.
"Wa'alaikumus salam bi." Aisyah menjawab salam abinya
Reina hafal betul sifat ayah Aisyah. Abi Aisyah tidak akan bisa mentoleransi kalau sudah menyangkut soal agama. Pernah suatu hari Reina menjawab salam abi Aisyah dengan kalimat wa'alaikum salam. Abi Aisyah langsung menegur Reina. kalimat yang benar itu adalah wa'alaikumus salam. Itu yang dikatakan oleh abi Aisyah pada Reina.
Memang masih banyak orang islam yang belum bisa membedakan wa'alakum salam dengan wa'alaikumus salam. Pada umumnya kebanyakan orang masih menjawab dengan kalimat wa'alaikum salam bukan wa'alaikumus salam. Reina pun terkadang ketika berada diluar rumah Aisyah, Reina juga masih sering menjawab salam orang lain dengan ucapan wa'alaikum salam.
Tapi ketika sedang berada dilingkungan keluarga Aisyah, sebisa mungkin Reina tidak salah menjawab salam, kerena bagi Reina suatu yang konyol orang ditegur hanya gara-gara salah menjawab salam.
"Sekarang keadaanya gimana bi?."
Umi Aisyah bertanya pada suaminya mencoba mengalihkan pembicaraan. Umi Aisyah tidak mau suaminya terus membahas masalah Aisyah yang tidak langsung menjawab salam abinya.
"Polisi memang sudah menemukan siapa pemilik mobilnya, tapi polisi belum bisa menemukan tersangkanya."
"Kenapa bisa begitu bi?. Seharusnya polisi juga ikut menangkap pemilik mobilnya, kerena mencoba melindungi tersangka." Umi Aisyah terdengar agak emosi.
"Mi selama polisi tidak memiliki bukti yang kuat, kalau pemilik mobil itu melindungi tersangka. Maka polisi tidak bisa menangkap pemilik mobil itu."
"Kemungkinan besar pemilik mobil itu tahu dimana keberadaan tersangka. Seharusnya polisi langsung menangkap pemilik mobil itu. Supaya dia mau mengatakan dimana keberadaan tersangka." Umi Aisyah masih terdengar kesal.
"Mi negara kita ini negara hukum, sebesar apapun seseorang melakukan kejahatan selama orang itu tidak terbukti bersalah, maka polisi tidak bisa menangkap orang itu. Apa lagi tidak ada saksi."
"Inilah kenapa diindonesia korupsi semakin merajalela, Kejahatan ada dimana-mana. Hingga anak kita juga jadi korban. Polisi selalu bertindak nunggu ada bukti dulu. Ketika polisi sedang mencari bukti, tersangka entah hilang kemana." Umi Aisyah semakin terdengar jadi emosi.
"Mi ingat ini persoalan kita. Tidak ada sangkut pautnya dengan negara. Jadi kita harus bisa membedakan mana masalah pribadi mana masalah negara. Umi bayangkan apa jadinya kalau seseorang itu bisa langsung divonis bersalah, kerena seseorang itu ada yang mencurigai telah melakukan kejahatan. Umi mau dipenjara seandainya ada orang yang kehilangan mobilnya. Terus orang itu melaporkan kalau kita yang mencuri mobilnya. Apa jadinya suatu negara kalau ada orang yang statusnya baru dicurigai, tapi langsung dipenjara. Abi rasa bukan hanya negara kita atau indonesia, Negara mana pun kalau memiliki undang-undang seperti itu pasti negara itu akan jadi Hancur. Polisi bisa menangkap seseorang berdasar bukti dan saksi secara hukum. Bukan berdasar kecurigaan atau laporan semata."
Abi Aisyah mencoba memberikan pemahaman tentang hukum pada istrinya. Abi Aisyah tidak mau gara-gara mereka sedang ada masalah pribadi, jadi hukum yang disalah-salahkan.
"Biii...pembicaraan abi sudah melebar kemana-mana."
Umi Aisyah merasa apa yang dikatakan oleh suaminya tidak ada hubungan dengan masalah mereka.
"Istigfar mi. Umi yang omongannya melebar keman-mana. Bukannya tadi umi yang bilang korupsilah, negaralah."
Abi Aisyah masih berbicara lembut pada istrinya, dia tidak mau istrinya menjadi tambah emosi.
"Astagfirullahaladzim...astagfirullahaladzim." Umi Aisyah istigfar beberapa kali, sambil mengelus dada untuk meredahkan amarah yang sudah mulai mengusainya.
*****
Beberapa hari setelah kejadian Aisyah mengalami musibah pemerkosaan, Aisyah tidak pernah mau masuk kuliah lagi. Aisyah merasa malu kalau bertemu dengan orang-orang yang telah mengetahui apa yang telah terjadi pada dia.
Selama tiga hari Aisyah tidak pergi kemana-mana, pada hari berikutnya Reina coba membujuk Aisyah supaya Aisyah mau pergi jalan-jalan keluar. Reina mengajak Aisyah keluar supaya Aisyah sedikit banyak bisa melupakan apa yang telah terjadi padanya.
"Ayo dong Syah udah berapa hari kita gak jalan-jalan berdua."
"Emang mau kemana?."
"Kemana aja Syah yang penting jalan-jalan."
Reina merasa bujukannya mulai berhasil. Kerena Aisyah sudah mau bertanya. Beberapa hari sebelumnya Aisyah tidak pernah mau buka suara.
"males ah" Aisyah seperti tidak bersemangat menerimah ajakan sahabatnya itu.
"ayo dong Syah." Reina terdengar merengek seperti anak kecil.
"Emang mau kemana si?."
"Kemana aja lah, emang kamu gak bosan dikurung terus."
"Siapa juga dikurung, emang aku burung dikurung." Aisyah tersenyum mendengar gurauan sahabatnya itu.
"Ya ampunnn...syahhhh...kamu ternyata klo senyum cantik benarrrrr..."
Reina semakin bersemangat menjahili sahabatnya itu. Reina tahu suasana hati sahabatnya itu mulai membaik.
"Yeeee...Emang kamu meskipun udah dandan tapi masih ganteng." Aisyah membalas ledekan reina.
"Hahaha jangan-jangan alasan kamu mau terus bersama aku, gara-gara aku ganteng. Wajar orang lain bilang kita seperti pacaran." Reina tertawa sampai mengeluarkan air mata saking senangnya setelah melihat pipi sahabatnya itu memerah.
"Kamu udah mulai gila rei." Aisyah menyilangkan telunjuknya dikening.
"Ya udah aku mau mandi dulu."
Aisyah tidak menunggu jawaban Reina. Aisyah langsung masuk kamar mandi sambil geleng-geleng kepala.
Melihat Aisyah sudah bersikap seperti itu, Reina sangat senang. Sahabatnya itu sudah kembali seperti Aisyah yang selama ini dia kenal.
"Ingat non itu kamar mandi bukan kamar tidur, jadi gak ada kasurnya. klo tidur disitu gak enak."
Reina berkata seperti itu, supaya aisyah mandinya tidak terlalu lama seperti orang yang sedang tertidur.
"Ya bawelll..."
Reina membantingkan tubuhnya diatas kasur. Reina menarik napas panjang, lalu mengembuskannya lagi. Reina terlihat seperti sangat lega. Reina merasa beban yang selama ini berada dipundaknya seperti terlepas, setelah melihat sahabatnya itu sudah bisa senyum dan ceria lagi.
Reina berharap tidak ada lagi masalah yang menimpah sahabatnya itu. Reina merasa sangat bersalah setelah melihat kedua orang tua Aisyah seperti sangat terpukul dengan musibah yang terjadi dengan putrinya. Reina sangat memahami apa yang dirasakan oleh kedua orang tua Aisyah, betapah terpukulnya mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Slamet Diana
lanjuut
2020-07-27
0
Serly Kemuning
jgn membandingkan diri kita dgn orang lain
2020-07-08
1
Miss R⃟ ed qizz 💋
next
2020-03-26
1