Mama Reina dan Reina masih berada diruang tamu setelah kedua polisi itu pergi.
"Kamu yakin Rei mau membantu polisi?" Mama Reina bertanya pada putrinya itu.
"Ya ma, bagaimanapun ini juga demi Aisyah. Kita harus membalas budi atas kebaikan keluarga Aisyah yang telah mereka lakukan selama ini pada kita."
"Kamu beruntung Rei bisa bersahabat dengan anak tuan Adiguna Cokrominoto." Mama Reina tersenyum pada Reina.
"Jangan bilang mama iri sama Reina?" Reina menggoda mamanya.
"Kamu harus banyak-banyak bersyukur Rei, Kerena tuhan sudah memberikan kamu sahabat sebaik Aisyah."
"Ya ma, Reina sangat berterimah kasih tuhan sudah menjadikan Aisyah sahabat Reina." Reina tersenyum pada mamanya. "Mama masih ingat gak dengan rumah sakit tempat papa dirawat dulu?"
"Sampai kapanpun mama tidak akan lupa dengan rumah sakit itu." Mama Reina heran kenapa putrinya tiba-tiba bertanya tentang rumah sakit itu. "Dokter dan suster disana sangat baik-baik. Jujur sampai sekarangpun mama masih heran kenapa rumah sakit itu tidak mau menerimah biaya pengobatan papa kamu waktu itu."
"Mama gak tau kan Rumah sakit itu ternyata milik Adiguna Cokrominoto Group, jadi wajar mereka tidak mau merimah biaya pengobatan papa. Reina yakin pasti Aisyah yang meminta pada pihak rumah sakit itu agar papa bisa berobat secara gratis dirumah sakit itu."
"Rumah sakit itu juga milik Adiguna Cokrominoto Group?" Mana Reina kaget.
"Ya ma. Sebenarnya juga Reina tidak terlalu paham Adiguna Cokrominoto Group itu memiliki usaha dibidang apa saja. Selain menjadi pemilik Universitas tempat Reina kuliah, dan restaurant yang sering kami datangi juga ternyata milik Adiguna Cokrominoto Group."
"Kalau kalian sering datang keresto milik Adiguna Cokrominoto Group, berarti kalian makan disana gratis terus?" Mama Reina bertanya tampak bersemangat.
"Hmmm..." Reina tersenyum aneh. "Semua orang pasti akan berpikir sama dengan mama. Mungkin mama gak percaya kalau Aisyah selalu membayar apa yang kami makan setiap kali kami datang keresto itu."
"Aisyahkan anak pemilik restaurant itu, kenapa harus bayar?" Mama Reina heran.
"Kalau setiap kami makan direstaurant itu tidak bayar orang akan dengan mudah mengenali Aisyah sebagai putri tunggal Adiguna Cokrominoto, Kerena selama ini keluarga Aisyah selalu menutupi identitas mereka pada publik. Selama ini abi Aisyah lebih dikenal masyarakat sebagai haji yang menjadi imam disalah satu masjid, sedangkan umi Aisyah lebih dikenal sebagai ustadzah yang sering diundang untuk memberi tausiyah. Hanya ada beberapa orang saja yang tahu kalau abi Aisyah adalah CEO Adiguna Cokrominoto Group."
"Kenapa keluarga Aisyah menutupi identitas mereka pada publik?" Mama Reina merasa heran.
"Kalau soal itu Reina juga tidak terlalu paham ma." Reina tidak bisa menjawab pertanyaan mamanya.
Keesokan harinya ketika dalam perjalanan kerumah Aisyah, Reina masih bingung harus membuat alasan apa agar Aisyah mau dia ajak pergi. Dulu ketika beberapa hari Aisyah mengalami musibah pemerkosaan Reina mengajak Aisyah keluar rumah dengan alasan jalan-jalan. Dan sekarang tidak mungkin Reina akan mengatakan alasan yang sama lagi.
Polisi hanya mengatakan tugas Reina hanya membawah Aisyah keluar dari rumah. Reina sebenarnya sekarangpun masih merasa sedikit khawatir, kalau benar-benar laki-laki yang telah memperkosa Aisyah muncul dihadapan mereka, meskipun polisi sudah mengatakan akan menjamin seratus persen keselamatan mereka.
Kerena masih bingung memikirkan apa yang akan dia katakan nanti pada Aisyah, hingga tanpa Reina sadari taxi onine yang membawahnya sudah sampai digerbang pintu rumah Adiguna Cokrominoto.
"Mbak kita sudah sampai." Driver taxi online itu berkata pada Reina.
"Oh ya pak..." Reina tersadar dari lamunannya.
Para pelayan dan satpam yang kerja dirumah Adiguna Cokrominoto sudah sering melihat Reina keluar masuk rumah tuan mereka. Mereka juga tahu bahwa Reina sahabat nona muda mereka, jadi saat melihat kedatangan Reina mereka semua menyambut dengan senyuman ramah pada Reina.
"Selamat pagi pak lukman." Reina Langsung menyapa kepala pelayan itu, saat Reina berpapasan dengan dia.
"Pagi..." Pak lukman hanya tersenyum ramah pada Reina.
Pak lukman terlihat berjalan buru-buru, seperti sengaja ingin menghindari untuk berlama-lama berada didekat Reina. Reina tahu apa alasan pak lukman seperti mau menghindarinya, itu tidak lain kerena pak lukman tidak nyaman ketika harus memanggil nama Reina secara langsung, sesuai permintaan Reina. Tapi kalau pak lukman manggil nona pada Reina, justru Reina yang yang malah merasa tidak nyaman.
"Aisyah ada pak lukman?" Reina bertanya pada pak lukman.
"Ada non... Nona muda ada dikamarnya." Pak lukman masih memanggil Reina dengan tambahan non.
Reina menggoyang-goyangkan jari telunjuknya kearah pak lukman sambil tersenyum.
"Reiiii... Naaaa... Tidak pakai non atau nona."
"Saya permisi, ada kerjaan yang harus saya urus." Lalu pak lukman pergi buru-buru.
Reina tahu itu hanya asalan saja yang dibuat-buat oleh pak lukman, agar dia bisa menghindari Reina.
Kenapa isi rumah ini orang-orangnya selalu bersikap formal gini sih? Emang apa susahnya tinggal sebut nama aku dengan Reina tanpa ada embel-embel nonanya. Akukan bukan nona mereka. Reina hanya geleng-geleng kepala.
Beberapa saat kemudian Reina sudah berada dikamar Aisyah. Dikamar Reina melihat Aisyah sedang tiduran sambil mendengar musik diHPnya menggunakan earphone. Aisyah seperti belum menyadari kehadiran Reina, kerena Aisyah mendengar musik sambil memejamkan matanya.
"ini anak dengar lagu apa sih asyik amat. Sampai saya dicuekin gini." Lalu Reina melepaskan earphone dari telinga Aisyah.
"Reina..? Kapan kamu datang?" Aisyah tersenyum pada sahabatnya itu sambil bangun untuk duduk.
"Tiga hari yang lalu." Reina berkata sewot dan segera duduk juga disebelah Aisyah.
"dihhhh...Ngambek." Aisyah mencoba memasang senyum termanisnya pada Reina, agar Reina tidak kesal lagi pada dia.
Entah kenapa melihat Aisyah merasa tidak enak begitu Reina tiba-tiba dapat ide. Sebenarnya dari tadi Reina terus memikirkan cara apa yang harus dia pakai, agar Aisyah mau diajak keluar rumah. Sekarang Reina tahu apa yang harus dia lakukan.
"Dah ah aku mau pulang." Reina berusaha sebisa mungkin bersikap seperti anak-anak, untuk menarik perhatian Aisyah.
"Kamu lagi dapat ya... Kok cepat marah gini?" Aisyah menggoda sehabatnya itu.
Sumpah syah aku jijik banget harus bertingkah seperti ini dihadapan kamu. Tapi demi tugas itu aku rela malakukan hal menjijikan ini.
"Aku pulang ahhh..." Reina berdiri lalu berjalan kearah pintu seperti ingin benar-benar mau pergi.
Please Syah kamu harus kejar aku. Kalau kamu gak melakukannya maka rencananya akan gagal. Reina berharap-harap cemas.
Aisyah segera berdiri dan menyusul Reina, lalu Aisyah memegang tangan sahabatnya itu.
"Maafin aku ya Rei." Aisyah memasang muka memelas agar Reina mau memaafkannya.
Haaaa... Berhasil? Ini Aisyah yang bodoh apa akunya yang jago acting? Sutradaraaaa..sutradaranya mana? klo ada sutradara disini pasti aku bisa jadi artis terkenal, kerena terpukau dengan actingku hehehe.
Reina berbalik badan untuk menghadap kesahabatnya itu. Reina jadi tidak tega juga melihat muka melas sahabatnya itu.
"Syah aku kesini mau minta kamu untuk nemanin aku beli sepatu." Tentu saja yang dikatakan Reina hanyalah kebohongan semata.
"Beli sepatu? Kan kamu pernah bilang keaku klo sekarang tuh zaman sudah canggi. Ngapain repot-repot capek nyari diluar. Beli aja dionline shop."
Apa Aisyah tahu apa yang aku rencanain? Reina terlihat khawatir
"Kamu kayak gak tau aja Syah klo belanja dionline itu terkadang apa yang kita order tidak sesuai dengan apa yang kita terimah." Reina terdengar seperti sedang curhat. Mungkin Reina pernah jadi korban online shop.
"Tapi gak semuanya gitu Rei."
"Syah aku gak mau klo belanja sekedar pilih-pilih gambar aja. Aku mau belanja tuh mau lihat langsung barangnya." Reina terdengar seperi orang yang sedang berkampanye untuk melarang orang agar tidak belanja secara online.
"Tapi Rei...Aaku gak mau keluar dulu." Ada kekhawatiran diraut wajah Aisyah saat berkata seperti itu.
"Syah untuk menjadi orang pemberani kita harus bisa melawan rasa takut yang kita miliki." Reina mulai mengeluarkan kata-kata bijaknya untuk membujuk Aisyah.
"Tapi Rei..."
"Syah kamu gak percaya sama bodyguard pribadi kamu."
"Bodyguard pribadi?... Siapa..?" Aisyah tampak bingung kerena tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Reina.
"DIA Syah." Reina menunjuk kearah atas. "DIA Syah bodyguard pribadi kamu, bodyguard pribadi aku, bodyguard pribadi kita semua.. Kamu gak percaya kalau DIA mampu menjaga keamanan kamu?"
"Tapi Rei." Aisyah masih mencoba membantah memakai kalimat yang sama.
"Berhenti memiliki agama Syah kalau kamu gak percaya lagi sama DIA." Sebenarnya Reina tidak merasa pantas berkata seperti itu didepan sahabatnya itu, bagaimanapun juga Aisyah lebih paham agama daripada dia.
"Kamu cocok Rei menggantikan umi untuk memberikan tausiyah pada orang. Soalnya kadang kata-kata kamu itu terdengar sangat meyakinkan." Aisyah menggoda sahabatnya itu.
"Yeee... Jadi gimana ni? Jadi gak nemanin aku beli sepatu?"
"Siap bos." Aisyah meletakan telapak tangannya disamping kening kanan, seperti orang memberi hormat.
Saat mobil membawah mereka keluar dari gerbang utama Reina melihat ada mobil yang sedang berhenti tidak jauh dari mereka. Reina melihat kearah mobil itu tanpa sepengetahuan Aisyah. Didekat mobil itu terlihat seorang laki-laki berdiri memakai celana levis dan kaos oblong.
Laki-laki itu mengacungi jempolnya kearah Reina. Acungan jempol itu untuk memberi tanda pada Reina, kalau Reina sudah berhasil menjalankan tugasnya. Kalau tidak memperhatikan secara seksama Reina tidak akan menyadari kalau orang yang mengacungi jempol kearah dia itu salah satu polisi yang datang kerumah dia kemaren. Polisi itu kenapa memakai pakaian biasa kerena dia sedang menyamar.
Didalam mobil Reina terus mengajak Aisyah bicara, membahas apa saja, dari yang penting sampai yang tidak penting, dari yang dia pahami sampai yang tidak dia pahami sama sekali. Reina sengaja melakukan itu agar Aisyah tidak sadar kalau mereka sedang diikuti polisi.
Aisyah merasa sedikit heran melihat tingkah sahabatnya itu. Tidak biasanya Reina akan sebawel itu. Bagi Aisyah, Reina sudah terdengar seperti bunyi kembang api dimalam pergantian tahun baru. Suaranya tidak putus-putus, dar der dor- dar der dor tidak jelas.
"Mau beli sepatu dimana Rei?" Aisyah sengaja bertanya seperti itu, agar sahabatnya berhenti membahas apa yang tidak enak untuk dibahas.
"Ditoko (Reina menyebut nama toko sepatu.) Soalnya sepatu disana bagus-bagua Syah." Sebenarnya Reina sudah memikirkan nama toko sepatunya sejak dari tadi. Makanya saat Aisyah bertanya, dia langsung bisa menjawab.
"Itu gak jauh dari sini." Aisyah juga tahu toko sepatu yang dimaksud oleh Reina itu.
"Ya paling sekitar sepuluh menit lagi kita sampai."
Benar apa yang dikatakan oleh Reina tadi ternyata sepuluh menit kemudian meraka sudah sampai ditoko sepatu yang sebut Reina tadi.
Setelah memarkirkan mobil Aisyah dan Reina siap-siap mau keluar dari mobil. Tiba-tiba Reina merasa jantungnya berdetak lebih kencang (Tapi tidak seperti genderang mau perang.) kerena tegang.
Reina tidak tahu secara pasti rencana apa yang sedang direncanakan oleh polisi untuk menjebak orang yang telah memperkosa Aisyah. Reina hanya yang diberi tahu kalau dia harus membawah Aisyah keluar dari rumah.
Polisi mengatakan pada Reina saat nanti ada orang yang mencoba mengganggu Aisyah, Reina harus tetap tenang, dan Reina juga diminta oleh polisi untuk tidak menghalangi nanti kalau ada orang yang pura-pura mengancam Aisyah.
"Jangan bergerakkk..!" Tiba-tiba ada yang orang laki-laki membekap mulut Aisyah dari belakang. Laki-laki itu menempelkan pisau dileher Aisyah.
Tentu saja melihat kejadian itu Reina terlihat langsung panik. Meskipun polisi sudah berpesan agar Reina tetap tenang saat nanti melihat Aisyah seperti dalam ancaman bahaya. Reina semakin bertambah khawatir setelah memandang kearah pisau yang berkilauan terkena pancaran sinar matahari sedang menempel dileher Aisyah. Reina juga melihat wajah Aisyah menjadi sangat pucat.
Reina menjadi sangat khawatir jangan-jangan orang yang sedang manyandra Aisyah bukan orang suruhan polisi, tapi benaran orang yang akan merampok Aisyah.
Aisyah sebenarnya ingin berteriak minta tolong tapi mulutnya dalam kondisi dibekap, sehingga Aisyah tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun. Kerena merasa sangat ketakutan Aisyah akhirnya meneteskan air matanya kerena ketakutan.
Reina memandang kesegala arah untuk mencari dimana keberadaan polisi yang tadi mengikuti mereka. Setelah mencari-cari akhirnya Reina melihat keberadaan polisi yang tadi mengikuti mereka berada sekitar tiga puluh meter dari tempat mereka.
Ketika Reina melihat kearah dua polisi itu memberi tanda dengan jari telunjuk dan jempolnya ditempel membentuk lingkaran. Tanda itu adalah isyarat kalau semua baik-baik saja dan aman terkendali.
Bukkk...! Tiba-tiba ada yang memukul bahu laki-laki yang menyandara Aisyah sangat kuat. Kerena saking kencangnya pukulan itu, sehingga membuat Laki-laki itu melepaskan Aisyah, pisau yang sedang digenggamnya juga terlepas.
Laki-laki yang menyandara Aisyah atas permintaan polisi itu berbalik badan untuk melihat siapa tadi yang memukulnya. Setelah berbalik badan laki-laki yang menyandra Aisyah melihat seorang wanita berdiri dihadapannya.
Ternyata yang memukulnya adalah seorang wanita, wanita itu berdiri sambil menatapnya dengan pandangan dingin. Tatapan wanita itu seakan-akan wanita itu ingin membunuhnya.
Laki-laki yang menyandara Aisyah tadi memandang kearah wanita yang telah memukul dengan penuh tanda tanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
ⓔⓇⓙⓐ 🌸
aduh pakpolnya kena tipu.
btw thor, penulisan BADYGUARD seharusnya BODYGUARD.
semangat thor...
2020-07-29
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
bener kata pa Wijaya kl Bastian lelakii yg pintar dia bisa melangkah 2x lbh cpt dr yg orang yg TDK terpikirkan sm sekali
2020-07-09
1
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
polisi dikelecein wkwkwkwkwk🤣🤣🤣🤣🤣
pinteran penjahatnya
2020-07-09
1