Pernikahan Dini

Pernikahan Dini

1

^^^Hanya harus seperti air,^^^

^^^mengalir.^^^

     Yura merapihkan seragamnya yang sedikit ketat lalu menghela nafas berat." Reihan.. Lihat, apa sudah terlihat? " tanyanya lesu seraya menatap laki - laki yang sedang fokus bermain game di ujung kasur.

" Hmm.." gumam Reihan tanpa mengalihkan fokusnya.

Yura memutar matanya dengan jengah, suami dadakkannya itu benar - benar tidak bisa memproduksi jawaban lain selain hmm apa? menyebalkan pikir Yura bete.

Yura kembali menghela nafas berat, mengingat dirinya yang kini terikat dalam pernikahan dini dan tanpa saling mencintai atau mungkin untuk sekarang belum.

pernikahan ini ada karena sebuah kecelakaan. dirinya hamil anak Reihan, laki - laki yang di temuinya di acara pesta ulang tahun sahabatnya.

Entah apa yang terjadi, yang jelas, dirinya dan Reihan berakhir di kamar yang sama dengan tubuh yang sama - sama polos.

Yura dan Reihan memang bersepakat untuk melupakan kejadian malam itu, namun siapa sangka, satu bulan setelahnya yura di nyatakan hamil. Mau tidak mau yura mendatangi Reihan, anak sebelah kelasnya lalu meminta pertanggung jawaban darinya.

"Han! Liat dulu ih!"rengek Yura seraya menghampiri Reihan yang kini mendongkak dengan berdecak jengkel.

"Apa?"tanya Reihan dengan wajah datarnya yang menyebalkan di mata Yura.

Yura menekuk bibirnya, menatap Reihan dengan tatapan meredup sedih."Aku aja yang tertekan di sini. Padahal ini juga anak kamu! Tapi Kamu cuek - cuek bebek! Harusnya emang aku gugurin aja waktu itu!"

"Jangan sembarangan kalo ngomong"

Reihan berujar semakin datar lalu beranjak melangkahkan kakinya hingga di depan Yura.

Tangan Reihan terulur membenarkan seragam Yura seraya mengamati perutnya."Masih belum keliatan, pulang beli seragam baru yang lebih besar"ujar Reihan masih tanpa ekspresi.

Yura menekuk wajahnya masam, masih merasa jengkel dengan sikap Reihan yang seperti robot.

Reihan mengabaikan tatapan Yura yang menatapnya tajam Penuh dengan kekesalan itu.

Reihan meraih ranselnya dan milik Yura lalu Tanpa kata Reihan berlalu.

Yura pun mengekor di belakangnya, masih dengan menekuk wajahnya masam.

Reihan berhenti di tengah tangga, membuat Yura terheran dan ikut menghentikan langkahnya.

"Ada apa?"tanya Yura dengan alis bertaut bingung.

"Duluan."Jawab Reihan singkat.

Yura mengerjap, namun detik berikutnya dia melanjutkan langkahnya mengabaikan Reihan.

Terserahlah apa maunya dia! Batin Yura jengkel.

Reihan kembali berjalan di belakang Yura lalu sekilas menatap kaki yura yang sedikit di hentak - hentakkan.

Bocah sekali!

Yura melempar senyum kearah papa dan mama mertuanya."Pagi."sapanya dengan riang.

Harumi dan Afwan melempar senyum."Pagi mantu."balas keduanya kompak.

Yura duduk di kursi yang baru saja Reihan siapkan. Yura masih tak percaya kalau Harumi dan Afwan menjadi mertuanya.

Yura kenal Harumi karena dia salah satu anggota arisan yang di adakan oleh sang mama, Farah. sedangkan Afwan, Yura kenal karena Afwan suka menjemput Harumi sehabis arisan.

kebetulan Yura sering duduk bersantai di ayunan dan Afwan selalu menemaninya di saat menunggu Harumi keluar. Yura selalu berbincang dengan Afwan, membahas apapun yang bisa di bahas.

"Belum mual sayang?"tanya Harumi memecahkan keheningan.

Yura menggeleng."Belu..uhuk uhuk!"Yura terbatuk - batuk, membuat semuanya menatap Yura panik kecuali Reihan.

"Kamu ga papa, aduh!"Panik Harumi kelabakan di duduknya.

Reihan meraih gelas yang berisi air, dengan cepat Yura meraihnya lalu meneguknya."Mama jangan ajak dia ngomong, dia lagi makan.. di tambah dia emang ceroboh"terang Reihan dengan begitu entengnya.

Yura menyimpan gelas di tangannya dengan kesal, melirik Reihan dengan sebal dan yang di lakukan Reihan adalah kembali sibuk dengan makanan di depannya. Seolah tak ada yang terjadi.

"Sudah baikan?"tanya Harumi membuat Yura menoleh lalu kembali melembutkan tatapannya, menatap Harumi hangat.

"Baik ma.."balas Yura.

"Maaf mama salah mengajakmu bicara saat makan.."sesal Harumi.

Yura menggeleng cepat."Yura Ga papa kok ma.."

***

Reihan meraih ranselnya dan sekalian milik Yura, langkahnya kembali terayun menuju mobil yang sudah di siapkan sopir.

Reihan masuk lalu duduk di samping Yura yang tengah mengunyah roti tawar.

"Tugas aku udah di masukin?"tanya Yura melirik Reihan sekilas.

"Udah semalem.."jawab Reihan sekenanya.

Yura mangut - mangut."makas_"ucapan Yura tertahan.

Yura meramas jaket lengan Reihan. mobil yang akan mengantarkan mereka menuju sekolah kini melaju sedang membelah jalanan yang lumayan padat.

"Kenapa?"tanya Reihan pelan masih dengan memasang wajah tak terbaca.

Yura mengernyit, seperti menahan sesuatu. Tangan satunya memegang perut."Ga enak.. Pengen muntah"aku Yura dengan susah payah.

Reihan melepas tangan Yura di lengannya lalu tubuhnya dia condongkan kearah depan, mengambil kayu putih di samping sang sopir.

"Pak apa ada plastik?"tanyanya setelah meraih kayu putih.

"Ada den, di belakang.."jawab sang sopir dengan terus fokus menyetir.

Reihan berbalik lalu meraih kantong plastik hitam yang terongok di belakang.

Reihan memiringkan duduknya menghadap Yura yang terlihat pucat.

Yura melirik kayu putih di tangan Reihan. "Ga mau.."Rengek Yura tegas, tangannya menahan tangan Reihan yang hendak membuka kayu putih."panas.."lanjutnya.

Reihan menepis pelan tangan Yura lalu membuka kayu putih itu, meneteskannya ketelapak tangan. Reihan menarik Yura agar sedikit memiringkan duduknya.

Yura ingin kembali menolak, namun terhenti. Matanya membola, tubuhnya menegang saat merasakan tangan hangat Reihan masuk kedalam bajunya lalu mengusapkan kayu putih di punggungnya hingga beralih ke depan perutnya, Yura menahan tangan Reihan yang mengusap perutnya.

"Udah.." rengek Yura sedikit manja.

Yura langsung merutuki mulutnya yang salah berintonasi, harusnya marah karena Reihan menyentuhnya tanpa ijin, tapi yang namanya sedang gugup mana bisa berpikir dengan benar pikirnya membenarkan tindakannya dan setelahnya Yura meringis malu.

Reihan menarik tangannya lalu menyerahkan kantong plastik itu."Muntahin kesini.."titahnya masih dengan wajah datar tak terbaca.

Yura bahkan heran, apa muka Reihan sekaku itu, hingga sulit bagi laki - laki itu untuk berekspresi? Mengabaikan wajah Reihan Yura menggeleng kecil, tubuhnya dia sandarkan dengan lesu di jok mobil.

"lanjut atau pulang?"tanya Reihan masih menatap wajah lesu Yura.

Yura menoleh, membalas tatapan datar itu dengan sayu."Lanjut.. Ada ulangan mat_"

"Pulang.. Pak bawa dia ke rumah.."putus Reihan seraya kembali duduk ke posisi semula.

"Tapi ulangan_"

Reihan menoleh, menatap Yura tak terbaca."Penting mana.. Ulangan? Atau anak kita?"tanyanya yang sukses membuat Yura merona samar.

Anak kita? Kita? Ohmygod! Plis ga usah pake deg - degan segala elah! Batin Yura meringis malu.

***

Yura menahan jaket Reihan dengan wajah menyebalkan, benar - benar terlihat keras kepala.

"Lepas"pinta Reihan setenang mungkin.

Mata keduanya saling menatap, yang satu datar dan yang satu penuh tekad.

"Aku pulang, kamu juga!"tegas Yura.

Reihan membuka jaketnya, semua itu tak lepas dari pandangan Yura yang kini menatap Reihan was - was dan heran.

"Ambil aja.." ujar Reihan seraya turun dari mobil, Yura cengo dengan kedua tangan memegang jaket Reihan.

"Pa bawa pulang.."sambung Reihan lalu setelahnya menutup pintu mobil.

Yura pun sadar bersamaan dengan melajunya mobil.

"Ih Reihan!"pekiknya sebal.

***

Yura membuat sang sopir gelisah di duduknya, dengan terpaksa dan bingung sang sopir pun membawa Yura kembali kesekolah.

"Bapak ga usah khawatir, bapak ga akan di pecat kok.. "yakin Yura Seraya memijat pelipisnya yang kini sedikit pening.

Yura menatap jalanan dengan rasa mual yang tidak terlalu kuat seperti sebelumnya.

Rasa hangat dari kayu putih pun sudah mulai terasa. Mengingat itu Yura merona, usapan Reihan masih terasa di kulitnya.

Tangan Reihan memang selalu hangat, sangat bertolak belakang dengan wajahnya yang selalu dingin dan datar.

"sudah sampai non"

Yura mengedarkan tatapannya."Oke, makasih ya pak"setelah itu Yura turun, memeluk jaket Reihan yang dilepas Reihan tadi.

Yura mengedarkan tatapannya seraya membawa langkahnya masuk ke dalam sekolah.

"Eh dek.."panggil Yura membuat adik kelas yang di hadangnya berhenti.

"Panggil aku kak? "tanyanya malu - malu.

"Iya, Boleh minta tolong?"

"Boleh apa kak?"tanya adik kelas perempuan itu.

"Anterin jaket ini setelah pelajaran ke dua yah. Taukan Reihan yang sering basket? Ketua basket?"

***

"Han, Ada yang cari lo tuh di luar.."ujar Tomas, teman sekelas Reihan.

Reihan mematikan Gamenya lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku.

Reihan Berjalan melewati teman - temannya yang hilir mudik karena jam kosong.

Perempuan berambut sebahu dengan kaca mata tebal, menatap Reihan malu - malu.

Tatapan Reihan turun pada jaket miliknya yang tengah di pegang oleh gadis itu.

"Ini.. Ada ti-titipan dari kak Yura.."gelagapnya dengan tersipu.

Reihan meraih jaket itu, tanpa kata kakinya mengayun kearah kelas sebelah meninggalkan gadis pemalu itu.

Pelajaran tengah berlangsung, Reihan mencari keberadaan Yura.

Yura tengah memijat pelipisnya, keadaan sangat hening di kelas itu karena sedang berlangsungnya ulangan harian.

Reihan bisa melihat, wajah serius Yura yang terlihat Pucat. Dasar keras kepala!

***

Yura menyimpan pulpennya lalu merapihkan buku - buku di dalam tasnya.

"Gimana ulangannya Ra!?"tanya Haruka dengan antusias.

Yura melirik Haruka sekilas dengan lesu."Selalu susah, belajar yang A dan keluar soalnya malah B heran"jawab Yura dengan pening yang semakin menderanya.

Haruka menautkan alisnya, merasa ada yang aneh dengan Yura."Kamu pucet banget Ra.. Sakit?"

Yura melempar senyum kecil. "Pusing dikit.. Yuk ke toilet, aku mau cuci tangan"

Haruka mengangguk lalu beranjak. Langkah Haruka terhenti saat Ken menghampirinya. Dengan malu - malu Haruka menatap Yura.

"Kayaknya aku ga bisa anter deh.."

Yura tertawa pelan. "Aku udah biasa di tinggalin Kamu, santai aja"balas Yura namun tiba - tiba tubuhnya terasa berat, pandangannya buram dan tak lama semua gelap.

Candra yang hendak melintas terkaget saat Yura ambruk di depannya, menimpanya.

***

Ken berjalan tergesa - gesa menghampiri Reihan yang tengah asyik bermain game di ponselnya. Kelas ricuh karena memang waktunya istirahat.

"Han.. Yura pingsan"bisik Ken.

sahabatnya yang satu itu memang tau kalau Yura dan Reihan dalam status menikah dan Yura hamil.

Reihan mendongkak menatap Ken seolah bertanya, lo serius?

"Lagi di kerumunin tuh di kelasnya.. Gue mau ketemu Haruka.. Malah liat Yura pingsan.."

Reihan beranjak, melarikan sedikit langkahnya menuju kelas sebelah.

Yura sudah berada di gendongan Candra, si ketua di kelas Yura.

Tanpa kata Reihan menahan langkah Candra lalu mengambil alih Yura.

"Han.."panggil Candra di selingi kebingungan dengan tindakan kapten basketnya itu.

Semua mata pun sama, menatap kaget dan heran kearah Reihan. Reihan membawa Yura ke uks, di sana perawat sigap menyambutnya.

***

Reihan menoleh saat Suci menepuk bahunya."Kamu pacarnyakan? "

Reihan mengangguk ragu. "Dia hamil.."terang Suci pelan, takutnya ada orang lain yang mendengar.

Reihan menelan ludah gugup, walau Ekspersinya datar. Reihan menatap suci."Sebenarnya kita udah nikah bu.."

Suci melotot kaget."APA!? "Suci memijat pelipisnya sekilas."Jadi kalian sudah menikah?"gumamnya masih tak percaya.

Reihan hanya mengangguk, di tatapnya lagi Yura yang kini tertidur Pulas.

"Apa sekolah tau dan lalu merahasiakannya?"tanya Suci yang di abaikan Reihan.

Suci menghela nafas, tanpa di jelaskan dia mulai mengerti."Usia kehamilannya masih muda. Jangan buat yura terlalu banyak berpikir, bahaya, apa lagi tertekan"sambungnya sebagai penutup.

***

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Yura mah keras kepala,Kalo kenapa2 ntar Reihan yg di salahin ortu..
Tapi kasian juga Yura cewek seumuran dia masih seneng2 nya main,Liat aja Reihan tuh gak keganggu kan dia..

2024-11-20

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Mampir ya thor..Aku komentar dulu baru minta ijin mampir,Gak sopan banget ya aku nya..😁😁🙏🙏

2024-11-20

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Gsk usah gugup,Anggap aja kemahuan di debay pengen deketan ama bapaknya..

2024-11-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!