Memang harus ada jarak
sebelum menjadi dekat.
Reihan menatap dirinya di depan pantulan cermin. Reihan tidak menyangka semua akan terjadi seperti ini. Sebentar lagi dia akan menanggung tanggung jawab sebagai suami sekaligus ayah untuk bayi yang di kandung Yura.
" Han, siap - siap acara bentar lagi mulai.." ujar paman Reihan.
Reihan menoleh ke arah asal suara lalu mengangguk kecil. Pamannya itu menghampiri Reihan lalu menepuk bahunya.
" Jangan gugup.." ucapnya yang kembali hanya Reihan respon dengan anggukan.
Pamannya itu menuntun Reihan untuk meninggalkan ruang rias. Selama di perjalanan Petuah – petuah pun Reihan dapatkan.
***
Reihan menatap Yura yang cantik dengan balutan gaun pengantin, di sampingnya sang ayah mertua menggandengnya di iringi suara musik, berjalan menuju Altar yang menjadi tempat Reihan kini berdiri.
Lambat laun Yura sampai di depannya, terlihat gugup dan cemas.
Reihan mengulurkan tangannya saat sang Mertua memberikan tangan Yura agar berpindah padanya.
" Titip anakku, jaga dia dengan baik.." pintanya sekaligus perintah untuk Reihan.
Reihan mengangguk lalu keduanya berbalik, berjalan menuju pendeta yang akan menikahkannya.
Reihan melirik Yura yang nampak pucat dan sedih namun cantik.
" Kalian sudah siap? " tanya pendeta.
***
Reihan mengedarkan tatapannya ternyata Sahabatnya pun hadir, hanya Ken tentu saja.
Reihan menoleh ke arah Yura yang masih bungkam di sampingnya.
" Ga undang temen? " tanya Reihan membuka pembicaraan. Salah satu harus mengalah pikir Reihan.
Yura menggeleng dan hanya meliriknya sekilas Lalu lagi - lagi bungkam.
Reihan tidak kembali bertanya. Mungkin Yura memang butuh waktu atau Yura kelelahan?
Reihan hendak bertanya namun Harumi sudah bertanya lebih dulu.
" Cape? " tanya Harumi yang membuat keduanya menatap ke arahnya." istirahat, keluarga pasti ngerti, Yura ga boleh cape.." lanjut Harumi.
***
Reihan membawa koper Yura ke kamarnya, Yura yang mengekor di belakang Reihan hanya sibuk menilai sekitarnya dengan canggung. Yura sedang mencoba beradaptasi.
" Baju kamu di simpen di lemari sebelah kiri aja.." ujar Reihan tanpa menatap lawan bicara.
Reihan akui dirinya pun canggung sekarang walau tertutupi Ekspersinya yang selalu datar.
Yura melirik Reihan dan mengangguk kecil. Tangannya meraih koper, meletakannya lalu membukanya.
" Mau di bantu? " tanya Reihan yang kini menatap Yura dengan tatapan tak terbaca.
Yura menggeleng kecil, tidak berani menatap Reihan lebih lama." Ga usah, Kamu istirahat aja.." jawab Yura pelan.
" Kamu yang harus banyak istirahat, biar aku aja.." putus Reihan final seraya mengambil alih pakaian di tangan Yura.
" Tap_" Yura urung melanjutkan ucapannya.
matanya menatap punggung Reihan yang kini tengah merapihkan pakaian miliknya.
" Di tas kecil itu_" suara Yura terpotong.
" Aku tau " potong Reihan lalu meraih tas yang di maksud." aku simpen di sini.." lanjutnya tanpa membuka tas kecil yang berisi dalaman itu lalu Reihan kembali melipat pakaian Yura.
" Makasih.." ucap Yura seraya mendudukkan bokongnya di ujung kasur Reihan.
Yura menatap dekorasi Kamar Reihan yang serba abu dan hitam itu.
“ Kenapa ga istirahat? ” tanya Reihan dengan masih menata pakaian Yura.
Yura menunduk menatap jemarinya yang bertautan. “ Anu, aku mau ke kamar mandi, cuci muka dan ganti baju..” terang Yura dengan ragu.
“ Kamar mandi di sana ” tunjuk Reihan pada pintu berwarna putih.
Yura meraih beberapa pakaian tidur dan tempat peralatan mandinya lalu bergegas menuju kamar mandi.
Reihan menghela nafas pendek saat Yura sudah di kamar mandi. Reihan belum terbiasa, dia juga bingung harus bersikap seperti apa.
Reihan berpikir apakah dirinya terlalu acuh tadi? Atau bahkan dingin?
***
Yura tampak gelisah di tidurnya, Reihan yang sudah memejamkan matanya harus di buat kembali membuka mata.
" Kenapa? " tanya Reihan pelan.
Yura menoleh lalu menggeleng kecil.” Aku kurang nyaman aja, masih belum beradaptasi sama tempatnya ” aku Yura tanpa menatap Reihan.
Reihan beranjak dari tidurnya." Kalau gitu aku tidur di sofa.."putusnya.
Mungkin Yura kurang nyaman dan tidak terbiasa tidur dengannya yang walau statusnya suami tapi kilat. Saking Terlalu kilatnya, jadi rasanya masih saja seperti orang asing.
“ Kenapa pindah? Aku jadi ga enak, aku aja yang di sofa ” kini Yura beranjak turun dari kasur.
“ Aku aja ” balas Reihan seraya merebahkan tubuh tingginya di sofa sederhana itu.
“ Aku aja ” balas Yura.
Reihan beranjak lalu meraih tangan Yura walau masih terasa canggung.
” Kita di kasur aja ” putus Reihan.
***
Yura bangun dengan mata langsung membola kaget, Reihan di sampingnya dengan meringkuk seperti kedinginan. Yura yang melihat itu menarik selimut untuk menutup tubuh Reihan.
Reihan membuka matanya, di tatapannya Yura sekilas lalu kembali terpejam.
" Makasih.." ucap Reihan masih dalam posisi dekat.
Yura merona samar dan kembali canggung. Tanpa berpikir panjang Yura beranjak turun lalu melangkah menuju kamar mandi.
Setelah membersihkan diri Yura merapihkan kosmetik miliknya di dekat gel rambut milik Reihan.
Yura melirik Reihan yang mulai terjaga.
Reihan beranjak dengan rambut berantakan dan muka bantalnya. Tanpa kata Reihan berlalu ke kamar mandi.
Di kamar mandi Reihan mengusap wajahnya dengan air lalu di tatapnya peralatan mandi serba ungu milik Yura.
Reihan merasa kembali di sadarkan, di kamarnya kini tak lagi sendiri. Ada anggota baru yang berstatus istrinya.
***
Yura duduk di samping Reihan, di depannya ada Afwan dan Harumi. Mereka tengah sibuk dengan nasi goreng yang menjadi menu sarapan pagi ini.
" Renam mana? " tanya Afwan setelah menelan makanan yang di kunyahnya." ga sarapan? " lanjutnya.
" Dia lagi nyari hantu paling pa.." balas Reihan acuh lalu melirik Yura yang masih diam, sibuk dengan sarapannya.
Afwan menggeleng samar, tak percaya dengan kelakuan anak perempuan satu - satunya itu. Afwan selalu kewalahan mengurus Renami yang cerdik.
" Lain kali kalau ga pulang bawa kartu kreditnya ma.." tegas Afwan.
Reihan mengabaikan obrolan orang tuanya tentang Renami, matanya masih melirik Yura yang kini hanya mengaduk nasi di piringnya.
" Ga makan lagi? " tanya Reihan setengah berbisik membuat Yura tersentak pelan di duduknya.
" Makan kok.." balasnya pelan lalu menyuapkan satu sendok ke mulutnya.
Yura melarikan tatapannya dengan begitu gugup. Yura masih kurang nyaman walau sudah kenal Mertuanya sejak lama.
Tanpa kata Reihan mendekatkan air dalam gelas itu ke arah Yura. Yura menatap gelas itu lalu menerimanya dan meneguknya.
Tau saja kalau dirinya sedang butuh air pikir Yura lega.
***
Reihan menutup jendela mobil yang sengaja di buka Yura." Dingin.." kata Reihan tak berekspresi.
Yura menoleh sekilas." Padahal enak, bukan dingin tapi Seger " gumam Yura yang masih bisa di dengar Reihan.
" Aku ga kuat dingin.." jelas Reihan acuh seraya bermain game lagi di ponselnya.
Yura menoleh, matanya bertemu pandang dengan Reihan yang kini mendongkak menatapnya walau sekilas.
" Jadi itu alasan kamu pake dua jaket? " tanya Yura dengan berusaha menghilangkan kecanggungan.
Reihan mengangguk, Yura kembali menatap jalanan. Reihan menoleh, menatap lekat Yura dalam diam.
Reihan merasa lega, fakta bahwa Yura mulai bertanya dan tak bungkam seperti kemarin itu sukses membuatnya sangat bersyukur.
jujur sikap Yura kemarin - kemarin yang terlihat murung membuat Reihan semakin merasa bersalah saja.
" Pulangnya boleh aku beli bubur? " Yura kembali menatap Reihan yang ternyata sedang melihat kearahnya.
"_Dimana? " tanya Reihan tanpa mengalihkan tatapannya.
" Ga tau.." jawab Yura dengan tersenyum kecil.
" Aku tau tempat bubur yang enak.." balas Reihan dengan kembali fokus pada ponselnya.
Yura mengangguk." Yaudah ke sana aja.." putus Yura yang tak di respon Reihan.
Reihan menganggap ucapan Yura sebagai penutup. Reihan ingin fokus bermain games.
***
Reihan melirik Yura yang tengah memakan bubur di tempat langganannya. Begitu lahap.
" Enak.. " ucap Yura di sela - sela kunyahannya seraya menatap Reihan yang juga menatapnya.
" Minum " ujar Reihan dengan wajah datar.
Yura menatap Reihan, wajah suaminya itu tampan namun datar, seperti robot pikirnya sebelum meraih gelas berisikan air itu lalu meneguknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Har Tini
salut sm reyhan biar tampang ny kaku dingin tp.perhatian dan tanggung jawab
2022-03-05
0
Komang Padmawati
kok pndah dri oren kak...? q jdi bingung bca partnya...😁😁
2021-08-23
0
Beban Keluarga🤸
Pacaran setelah menikahlah yg paling terindah 🤣
2021-08-11
0