Yura berceloteh. Reihan yang duduk di sampingnya hanya diam menjadi pendengar yang baik.
" Aku mau ke mall dulu.. Terus nonton.. Terus makan, terus ke danau yang di ujung kompleks.. Pokoknya besok kita harus full jalan - jalan.."
Yura menjentrikkan jemarinya." Oh iya satu lagi.. Aku mau beli kado buat Renami.." sambungnya penuh keantusiasan.
Reihan hanya tersenyum satu garis. Mencubit pelan pipi Yura sekilas.
"Iya.."balasnya.
Hanya dengan jawaban singkat saja Yura sudah sangat senang.
"Yes.. Kamu Baik deh.."ucapnya seraya memeluk Reihan sekilas.
Reihan mengusap kepala Yura sekilas lalu beranjak menuju meja rias yang sering di pakai Yura. Mengambil sisir.
" Ga mau! Rambut aku lagi kusut.. Rasanya itu kayak bukan di sisir tapi di jambak.."keluhnya dengan wajah di tekuk sedih.
Tanpa melawan Reihan kembali menyimpan sisir itu lalu duduk kembali di samping Yura. Yura menahan tangan Reihan yang hendak membuka kancing baju tidurnya.
" Kenapa di buka?"tanya Yura terheran.
" Kamu ga akan mandi?"
Yura menelan ludah kasar." Aku bisa mandi sendiri.."jawabnya cepat malah terdengar sedikit membentak.
Dengan salah tingkah Yura beranjak. Membawa langkahnya masuk ke dalam kamar mandi dengan tergesa.
Reihan yang memang berniat menjahili Yura kini tengah tersenyum kecil. Satu hal yang Reihan sadari. Yura lucu.
***
Reihan berpapasan dengan Yura yang baru keluar kamar mandi.
" Kamu ngapain di depan pintu? "tanya Yura seraya melilitkan handuk di kepalanya.
" Baru mau masuk.. kenapa keluar.."jahilnya lagi.
Yura sedikit cengo." Hah? Ya kan aku udah mandinya.."jelas Yura sedikit heran dengan arah pembicaraan Reihan.
Setelah melilitkan handuk Yura mendekat satu langkah ke arah Reihan. Tangannya terulur mengusap sekilas Rambut Reihan yang berantakan.
Yura mengulum senyum kecil saat melihat betapa tampannya Reihan walau baru bangun tidur.
" Tadinya aku mau mandi bareng.." gumam Reihan seraya membawa langkahnya melewati Yura lalu masuk ke kamar mandi.
Yura mengerjap dengan masih berdiri di posisinya.
" Reihan terlahir kembali menjadi sosok yang mesum.."gumamnya untuk diri sendiri." tapi aku suka.."pekiknya tertahan seraya tersipu malu.
Yura menatap pintu kamar mandi di belakangnya dengan masih malu - malu.
" Apa aku harus masuk? Roti sobeknya, ough! ehey sadarlah Yura.."gumamnya seraya cekikikan geli.
***
Yura menunduk malu. Mengingat betapa mesumnya dia tadi. Mengatai Reihan mesum, tapi dirinya malah lebih mesum.
" Kenapa? " tanya Reihan seraya mengangkat dagu Yura dan membawanya agar menatap ke arahnya.
" Engga.. mau makan siang? Di luar atau di sini aja?"tanya Yura dengan mencoba mengalihkan pembicaraan.
" Disini.." jawab Reihan sekenannya.
Yura mengangguk." Oh iya.. Boleh aku belajar memasak?"pintanya penuh harap.
Reihan membawa Yura agar duduk semakin dekat ke arahnya. Yura menunduk menatap tangan Reihan yang mengusap perutnya yang kini terlihat cukup buncit.
" Sebelum anak kita lahir kamu ga di ijinin untuk masak.."
Yura mengulum senyum. Bukan hanya karena perkataan Reihan tapi juga tangan Reihan yang hangat mengusap perutnya. Yura merasa Nyaman.
Yura kembali mendongkak." Reihan.. "panggilnya tersipu.
" Hmm? " gumam Reihan dengan menatap lurus mata Yura yang menatapnya berbinar.
" Suka.."aku Yura.
" Suka apa?"tanya Reihan tak paham.
" Di elus.. Aku suka.."terangnya riang.
Reihan mengulum senyum tipis. Menarik Yura kepelukannya." Aku lebih suka kamu yang semakin terbuka sama aku.."bisik Reihan seraya mengecup rambut Yura.
" Ekhem! "
Yura dan Reihan sontak melepaskan diri masing - masing.
" Hah! Lanjut kamar aja Rei.. Jangan di sini, sebagai jomblo gue merasa tersakiti.."singgung Fardan santai.
Reihan menatap Fardan datar lalu beralih menatap Yura." Ayo.. Kita lanjut di kamar"
Yura sukses merona.
Fardan terkekeh." Yura udah ga tahan tuh Rei.. Gairahnya udah sampei ubun - ubun.. Wajahnya aja merah.."godanya di akhiri kikikan geli.
Yura menabrak tubuh Reihan cukup kuat. Menenggelamkan wajahnya di dada Reihan.
" Malu! Sepupu kamu tuh Rei ledekin aku terus.."Adunya masih dengan posisi merengkuh tubuh Reihan.
Reihan mengusap punggung Yura.
" Dia akan aku bikin jadi suami biar dia ga gangguin kamu.."
Fardan mendengus geli." Kagak mau!"bohong Fardan seraya meraih cemilan.
Reihan mengabaikan Fardan.
" Gue pulang sore ini, Makasih ya Rei udah buka pikiran gue " sambung Fardan.
***
Yura membenarkan letak topi di kepalanya dengan langkah menghampiri Reihan yang tengah membeli minuman.
"Udah?"tanya Yura seraya mengampit lengan Reihan.
"Udah.."
Keduanya pun melangkah menuju kearah tempat tunggu yang di sediakan bioskop.
" Rei lihat deh.. pasangan itu kayaknya anak kuliah ya? Aku jadi pengen kuliah.."aku Yura dengan riang.
Reihan menatap Yura tak terbaca." Abis beberapa bulan anak kita lahir.. kamu kuliah aja.. soal jagain anak kitakan ada mama.."
Yura terdiam memikirkan ucapan Reihan yang menggiurkan." Kita bahas nanti.."putus Yura.
***
Yura menatap Reihan yang tengah asyik membereskan berkas berkas miliknya.
" Buat apa? Tumben bongkar bongkar tempat tempat ijazah.."
Reihan tak menggubris Yura, membuat Yura mendelik bete." Aku keluar.. cari angin dulu!" Kata Yura judes.
Reihan masih belum terganggu membuat Yura membalik badannya dengan kesal. Membawa langkahnya keluar dari kamar.
" Kenapa?"tanya Renami yang berpapasan dengannya di tangga.
" Oh itu engga.. eh kamu abis dari mana Nam?"Tanya Yura antusias, merasa senang dapat teman.
Renami terlihat kikuk." Rumah temen.."singkatnya.
Yura memicing curiga seraya mengikuti Renami hingga ke kamar gadis itu.
"Kamu punya pacar?"tanya Yura setelah duduk di ujung kasur Renami. Menatap gadis itu yang kini tengah mengganti pakaian.
" Engga! Kenapa nanya gitu?"
Yura menatap geli Renami." Tuh leher.. aku udah tau sekarang kali Nam.."jelas Yura seraya tersenyum bangga.
Renami melarikan matanya gugup. Dengan cepat menghampiri Yura. Duduk tepat di sampingnya.
" Kamu tau Om Alfaz? "
Yura terlihat menerawang."Oh.. temen kerja papa Afwan?"tanyanya memastikan.
Renami mengangguk." Iya yang itu.."
Yura menautkan alisnya bingung." Terus?"
" Co-cowok yang bikin ini itu dia.."
" Oh dia..HAH?!"pekik Yura tak terkendali. Dengan kasar Yura menelan ludahnya.
Di ingatnya lagi Om Alfaz. Tinggi, putih, dan tua ah tidak Om satu itu sepertinya gagal menua. Tapi usianya sama dengan Papanya Renami sendiri, bagaimana bisa dan rasanya pasti.
Renami menyenggol bahu Yura agar dia sadar dalam lamunannya." Jangan bilang - bilang ya? Hmm? Papa bisa ngamuk kalau tau.."
Yura menatap serba salah Renami." Kalau tau kenapa juga kamu aduh aku jadi bingung.. ini kamu seriuskan Nam?"
Renami menghela nafas berat." Serius.. aku emang dari SMP suka sama dia.. dia cinta pertama aku.. tapi salah papa juga! Kenapa coba sering suruh om Alfaz jemput.."
Tunggu, sepertinya Yura masih pening dengan tamparan kenyataan ini.
" Ja-mmm jadi Om Al juga suka kamu gitu? Kalo engga ga mungkinkan dia bikin itu di leher kamu?"
Renami menatap Yura redup." Dia nolak aku udah ga kehitung.. dengan alasan aku udah di anggap anak sama dia.. aku nekad aja pergi ke club, main sama cowok eh bukan tapi om - om dan ternyata dia sahabatnya Om Alfaz, kita ketemu di club, dia seret aku yang lagi ngomongin dia sama om itu.."
Yura semakin tertarik." Terus terus.."
Renami melirik Yura canggung." Dia marah kenapa aku ada di sana, belum cukup umur walau aku udah mau 18 tahun.."
Yura mangut - mangut semakin penasaran." Terus.."
Renami menunduk meremas jemarinya dengan pipi sedikit merona.
" Aku bilang gini ' aku ga akan ke club lagi kalo Om mau jadi Pacar aku'.."
Hening...
" Oh jadi kalian tapi tunggu, kan itu artinya Om al kepaksa kan jadi pacar kamu.. kalo dia ga suka berarti ga harus bikin itu di leher kamu Nam!"pekik Yura kesenengan sendiri.
Renami terdiam menimang perkataan Yura, setelah 1 tahun pacaran Om Alfaz memang sedikit berubah, lebih perhatian dan posesif. Kemana - mana harus ijin, malah dia bilang jangan deket sama pria mana pun selain dia. Layaknya pacar sungguhan bukan?
" Masa sih.."
Yura menautkan alisnya serius." Cuma leherkan Nam? Ga sampe eum tidur yang anu gitu?"
Renami memutuskan kontak matanya dengan Yura." U-udah.. Om Alfaz marah gara - gara aku di rangkul Reon.. kejadiannya semalem.."cicit Renami seraya menunduk lesu.
" Padahal aku tau hubungan kita masih semu.. tapi aku ga nyesel kasihnya ke Om Al.. dia cinta pertama aku.."sambung Renami.
Yura membawa Renami kepelukannya. Yura tak bisa berbuat apa - apa selain berdoa untuk kebaikan Renami.
Melarang seseorang untuk saling mencintai bukankah itu sangat kejam. Dan juga Yura tak berhak karena Yura hanya kakak ipar Renami.
" Tolong Rahasiin.."
Yura mengangguk, keduanya tidak sadar kalau di pintu Reihan mengepalkan tangannya.
" Om Alfaz.."
Yura dan Renami menoleh kaget kearah pintu."REIHAN!" Pekik keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Astaga Nami,Beda banget dengan Rei, Rei aja cowok gak agresif kayak gitu,Itu Om Om juga sinting kali ya,Kalo emang suka ya lamar aja langsung dan tanggungjawab dong Om..Astaga..Aduuhh...
2024-11-21
0
Qaisaa Nazarudin
OMG jangan bilang Nami pacaran ama Om Om..Wahh pantasan banyak kissmark nya,Kalo pria dewasa gaya pacarannya kan gak jauh2 dari nafsu..
2024-11-21
0
Har Tini
renamy suka sm om om 🤦♂️
2022-03-07
0