Yura berjalan di samping Reihan, bajunya sudah di ganti, Reihan menyuruh sopir untuk membelikan baju ke mall dekat hotel Tadi.
Yura pun menggantinya di dalam mobil. Tentunya tanpa Reihan dan sopir di dalamnya.
Reihan dan Yura berjalan menuju kamar hotel yang sudah di pesankan sang sopir. Kamar hotel no. 133. Setelah sampai Reihan menggesekkan kartu sebagai kunci hotel.
“Masuk”
Yura masih terlihat melamun. Reihan membawa tangan Yura, menuntunnya masuk ke dalam kamar, menidurkannya dengan perlahan, Yura masih diam.
Reihan membuka kemeja tidur yang melekat di tubuh Yura, membukanya tanpa ragu, Reihan hanya ingin merawat istrinya, tak lebih.
"Aku obatin"
Yura masih diam, Reihan yang melihat itu jadi gelisah.
"Yura.." panggil Reihan.
Yura menoleh, mata keduanya bertemu. namun Reihan urung bertanya. Reihan sedikit membuka bra Yura, lukanya benar benar panjang. Reihan sempat berpikir, apa cowok itu sempat menyentuh dada Yura?
"Jangan!"tolak Yura lirih.
"Aku suami kamu, tapi dia yang bukan suami kamu boleh menyentuhnya gitu?"tanya Reihan tersulut, sebenarnya bukan karena larangan Yura. dia tersulut karena pemikirannya sendiri yang menduga kalau cowok itu sudah menyentuh Yura cukup jauh.
"Reihan"panggil Yura lirih dan kembali berkaca - kaca"kamu pikir aku mau! Dia jebak aku, bukan aku yang dengan suka rela kasih tubuh ak..."
Reihan merutuki ucapannya perlahan Reihan memeluk Yura yang terbaring itu.
"Stt.. Maaf.."bisik Reihan yang membuat Yura mematung.
Reihan mendongkak melepas pelukannya lalu mulai fokus pada niat awalnya, mengobati luka Yura.
Yura memalingkan wajahnya, merasa malu karena lukanya berada di tempat yang sedikit terlarang, ingin menolak pun bingung. Ucapan Reihan tak salah, dia memang suaminya bukan orang lain.
***
Reihan merapihkan kembali pakaian Yura, Yura merona saat Reihan mengusap perut Yura.
"Kalau aja aku ga ikutin kamu.. Mungkin kamu sama bayi kita udah terluka sekarang...lain kali jangan ulangi...kamu bohong, Aku ga suka pembohong"
Yura mengangguk cepat."Ga lagi...maaf"
Reihan mengusap sekilas rambut Yura, setelahnya Reihan merenungkan perbuatannya, dia hilang kendali.
Yura benar - benar mengganggu ketenangan hidupnya dan menjadikannya Reihan yang berbeda dan benar - benar tak terkendali.
"Reihan..pulang"rengek Yura pelan seraya menatap liar hotel yang ditempatinya lalu kembali menatap Reihan memohon.
Reihan menggeleng kecil."Tenangin diri di sini.. Mama akan khawatir liat kondisi kamu kayak gini.." Reihan berujar datar.
tangannya meraih selimut, matanya melirik luka lain di lutut Yura yang kebetulan celananya sepanjang lutut.
"Luka lagi.."gumam Reihan datar namun berbeda dalam hati. dia marah, rasanya ingin kembali memberi tinju pada Danu.
Yura merapatkan kakinya, walau terasa perih tapi yura tahan."Ga usah.. Itu..."
"Dimana lagi?"tanya Reihan dingin.
Yura menelan ludah, tatapan Reihan sedikit berbeda."Paha sedikit da-dalam, ta-tapi yang itu biar aku yang obatin!"serunya seraya beringsut duduk bersandarkan kepala ranjang.
Reihan terdiam sesaat, memikirkan tangan si keparat Danu yang sudah menyentuh paha dalam Yura.
Ada yang berbeda dalam dirinya, ada rasa tak terima miliknya di sentuh, tunggu miliknya? Reihan menghela nafas panjang, merasa yakin kalau dirinya sedikit aneh sekarang, tak biasanya terganggu dengan apa yang akan di lakukan Yura, biasanya tak perduli kemana pun perginya dia, tapi kali ini Reihan selalu penasaran dengan yang akan di lakukan oleh Yura.
"Reihan?"
Reihan mendongkak, menatap Yura dengan tatapan tak bisa di mengerti."Tidur! Biar ku obati"
Reihan menarik kaki Yura, membuat Yura kembali terlentang.
"Ta-tapi yang di_”
"Aku suami kamu dan ga akan macem macem"yakin Reihan tanpa menatap Yura .
Yura masih nampak ragu dan malu saat Reihan menaikkan celana tidur Yura.
Yura mencoba merapatkan kakinya karena malu. Reihan pun sedikit salah tingkah.
“Buka kakinya se-sedikit.. Biar aku obatin..”pinta Reihan dengan canggung. Telinganya langsung merah.
***
Reihan kembali merapihkan celana Yura, wajahnya terasa panas dan sedari tadi mata nakalnya terus melirik kearah ah Sialan!
Reihan melarikan matanya kearah Yura yang sudah terlelap, terlihat tenang dan nyaman.
Reihan menarik nafas kasar, jiwa normal laki - lakinya harus di tenangkan. Mandi air dingin pun sepertinya harus untuk saat ini, di luar hujan, pasti akan bertambah dingin. Bagus!
Reihan mengecup kening Yura sekilas, hujan di sore hari ini membuat Reihan meyakini satu hal.
rasa yang di milikinya untuk Yura akan semakin tumbuh setiap harinya dan Reihan menanti itu. Tanpa di halang - halangi, Reihan akan lepaskan semuanya, mengalir sendirinya. Dan menanti balasan di akhirnya.
***
Reihan sudah rapih dengan pakaian santai, dia berdiri di depan jendela kaca hotel yang luas itu. Menyuguhkan pemandangan kota yang masih di guyur hujan.
tatapan Reihan beralih kearah Yura yang menggeliat. Yura duduk diatas kasur dengan kepala menunduk, Reihan menghampiri Yura.
"Jam berapa?"tanya Yura parau seraya mendongkak menatap Reihan.
Reihan melirik jam tangannya Sekilas."8 malam.. Mau makan?"tawar Reihan yang di angguki Yura dengan cepat.
Reihan melangkah menuju nakas dekat televisi, mengambil nampan berisikan nasi dan lauk pauk yang memang dirinya siapkan untuk Yura jika terbangun.
"Apa itu? Ayam atau sapi?"tanya Yura tanpa melepas tatapannya kearah piring.
"Sapi.."
Yura memberengut lesu. “Aku maunya ayam.."
"Aku beli dulu.." Reihan beranjak.
Yura mengangguk kecil seraya mengulum senyum."Makasih.."
Reihan tak membalas, langkahnya terus melaju keluar kamar.
"Apa online aja?"tanya Reihan di ambang pintu.
"Ga mau.."jawab Yura dengan sedikit manja.
Reihan melanjutkan langkahnya, tak menolak atau merasa terbebani oleh keinginan Yura, untuk Yura dan tentunya anak yang di kandungnya, siap tidak siap Reihan harus siap!
***
Reihan turun kelantai bawah, di tatapnya hujan yang cukup deras di depannya. Reihan lupa tidak membawa payung.
Reihan menerobos hujan, tak ada waktu untuk mundur. Yura dan anaknya tengah lapar.
Karena tanpa kendaraan Reihan memutuskan membeli sate ayam yang tak jauh dari hotel.
Reihan menepuk pelan bajunya yang basah.
“Aduh ujan - ujanan..”ujar sang penjual sate.
Reihan hanya tersenyum kecil. “Satu bungkus sate ya mas”kata Reihan lalu duduk di bangku tunggu.
Tak lama dari itu sate pun sudah jadi, Reihan memberikan uang lalu kembali menuju hotel dengan keadaan yang sangat basah kuyup.
***
Reihan terlihat menggigil saat sampai di hotel, mungkin karena di terpa AC dalam keadaan basah kuyup.
Yura yang melihat itu menghampiri Reihan."Kok basah gini..Kamu ga pake payung apa gimana?"tanya Yura khawatir.
Reihan tak menjawab, tangannya mengangkat satu kantong plastik hitam di tangannya.
"Sate ayam ga papa?"tanya Reihan dengan bibir sedikit bergetar.
Yura mengangguk dengan raut wajah tak enak, merasa bersalah telah membuat Reihan basah kuyup.
"Kamu makan.. Aku ganti baju dulu"
***
Yura membantu Reihan merapihkan selimut di tubuh suaminya itu.
"Masuk.."titah Reihan. Yura menautkan alisnya tak mengerti."masuk sini..selimutnya cuma satu"lanjut Reihan.
Yura beroh tanpa suara, dengan tak merasa terganggu, Yura mulai masuk kedalam selimut. Reihan menyambut Yura dengan memeluk pinggangnya.
Yura mendadak gugup menerima perlakuan Reihan."Ke-kenapa peluk?"
"Dingin"
Yura bungkam, bingung juga harus bagaimana lagi. Toh dirinya pun sama - sama menerima kehangatan. Pada akhirnya Yura terlelap begitu nyenyak begitupun Reihan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Har Tini
reyhan papa muda siaga🤭
2022-03-05
0
Rhazella
wahhh... papa muda yg siap siaga ya bund...😊
2020-11-11
14
李想
ih suka aku
2020-11-01
4