2

       Yura membuka matanya walau pening masih terasa. Yura menoleh menatap  Reihan yang duduk di sampingnya dengan bermainkan ponsel.

“kamu kok di sini? “tanya Yura serak dan pelan.

Reihan menatap Yura lalu memasukan ponselnya ke dalam saku.”Kamu di sini,  aku harus di sini juga..”jawab Reihan acuh lalu meraih gelas berisi air di nakas.

Yura merona samar. Reihan membantu Yura duduk. “Minum yang banyak”lanjut Reihan seraya membantu Yura memegang gelasnya.

“kita ijin pulang aja..”sambung Reihan  seraya menyimpan  gelas itu kembali ke nakas.

Yura mengangguk  pelan sebagai jawaban.

“Ah Rei.. “pekik Yura seraya menutup mulutnya.

***

Yura bersandar di bahu Reihan dengan lemas, wajahnya semakin terlihat pucat semenjak muntah di uks tadi. Keduanya tengah berada di dalam mobil yang melaju sedang menuju kearah rumah.

"Rei.. Pijitin pinggang aku, pegel"keluhnya masih dengan terus bersandar.

Reihan menyimpan ponselnya asal lalu tangan yang berada di belakang Yura mulai bergerak memijat pinggang Yura.

"Kencengan dikit..nah gitu" tak lama Yura membungkam mulutnya dengan telapak tangan.

Reihan melirik Yura, tau kondisi dengan cepat Reihan meraih kantong plastik hitam yang di belinya tadi di kantin.

Yura meraih cepat plastik hitam itu."Uwekk...uhuk! Uwekk!"

Reihan memijat pundak Yura lalu mengikat rambut Yura dengan sebelah tangannya.

"Uwek! Ahk! cape"rengek Yura lirih.

Reihan mengambil kantong plastik   yang penuh muntahan itu, mengikatnya lalu membuangnya ke tong sampah di pinggir jalanan yang sengaja oleh sang sopir di hentikan di sana.

Yura memberingsut masuk ke dalam dada Reihan, Reihan mematung mendapat tindakan tiba - tiba itu.

"Ga enak.."gumam Yura seraya ndusel - ndusel seragam di dalam jaket Reihan yang wanginya sedikit membuatnya nyaman.

Reihan menghembuskan nafasnya pelan, mencoba menenangkan diri.

Reihan mengusap punggung Yura, membuat Yura semakin tenggelam dalam rengkuhan Reihan.

layaknya anak kucing yang mencari kehangatan di tubuh sang induk.

***

Reihan menggoncang tubuh Yura yang terlelap di pelukan sepihaknya.

"Bangun.." Yura menggeliat dengan lesu, matanya terbuka sayu lalu melirik sekitar seraya melepaskan belitan tangannya di tubuh Reihan."Udah sampe"lanjut Reihan.

Reihan membuka pintu samping, kemudian turun. Setelahnya menahan pintu menunggu Yura untuk turun.

Yura bergerak dengan tak bertenaga."Lemes.."jelasnya saat bertemu pandang dengan Reihan.

Reihan meraih tangan Yura, memapahnya. Pintu mobil pun di tutup sang sopir.

"Rei boleh aku minta sesuatu?"Reihan sedikit menunduk, menatap Yura lalu mengangguk."Gendong”lanjut Yura.

***

"Minum obatnya.."kata Reihan.

Yura mengangguk, seraya membenarkan posisi tubuhnya yang baru saja turun dari gendongan Reihan.

Reihan meraih gelas yang berisikan air beserta obat di tas Yura.

Yura menyambutnya."Makasih.." Lalu memakannya dalam sekali teguk.

"Lemes banget sayang?"suara Harumi menggema lembut di pendengaran keduanya.

Reihan dan Yura menoleh, Harumi berjalan menghampiri keduanya lalu duduk di samping Yura.

"Mau kerumah sakit? Atau panggil om kesini? Periksa di sini aja?"lanjut Harumi.

Yura menggeleng kecil."Ga usah.."

Yura dan Harumi menoleh saat mendengar suara Reihan yang terdengar sedang  berbicara lewat ponsel.

"Iya Om.. Di periksa di sini aja..iya makasih om"

Harumi mengulum senyum, anaknya itu memang terlihat datar tanpa ekspresi tapi sangat peka keadaan dan perhatian.

***

"Kamu pikirin apa sih Ra? Jangan banyak pikiran.. Ga baik loh buat bayi kamu.."nasihat Rendra, dokter pribadi keluarga sekaligus om Reihan.

Yura melirik Reihan yang menatapnya lalu dengan cepat Yura memalingkan wajahnya.

"yura ga mikirin apa - apa.."

Rendra menghela nafas pelan."Yaudah.. Om resepkan obat baru.. Di habiskan oke?"

Yura mengangguk dengan senyum kecil.

Setelah meresepkan obat Rendra merangkul Reihan sekaligus mengantarnya keluar.

“istri kamu masih muda hamilnya usianya pun masih muda.. Kamu harus lebih siaga Rei..”nasihat Rendra yang di angguki Reihan.

“kamu harus lebih perhatian, kasihan Yura,  pokoknya dia ga boleh terlalu banyak pikiran apalagi tertekan.. Bisa bahaya”sambung Rendra.

***

Yura menarik selimut, di ikuti Reihan di sampingnya.

"Lagi ada yang ganggu pikiran?"tanya Reihan tanpa menatap lawan bicara.

Yura menggeleng samar."Engga.." yura membalik badannya menjadi menyamping, memunggungi Reihan.

Reihan melarikan matanya untuk menatap Yura sekilas."Cerita.." Reihan tau kalau ada sesuatu yang sedang mengganggu pikiran Yura.

Perlahan Yura berbalik."Takut.."akunya dengan lirih dan matanya kini mulai berkaca - kaca.

Reihan kembali menoleh,  mempusatkan tatapannya tepat di mata Yura yang mulai berair dan jatuh itu.

"Takut?"ulang Reihan.

Yura mengangguk lalu terisak."Aku ga siap hamil hiks..Takut aja nanti lahiran gimana? Hiks"

Reihan terdiam, rasa bersalah semakin melingkupi hatinya. Yang di lakukannya malam itu ternyata membuat orang lain terluka, yang lebih di sesalkan, Reihan tidak terlalu dekat dengan Yura.

semua hanya gara - gara seseorang yang membuatnya dan Yura berakhir seperti sekarang ini.

Reihan akan mencari orang yang menjebaknya, setidaknya harus mendapatkan pelajaran atau bahkan satu pukulan harus dia dapat karena ulahnya itu berhasil menghancurkan masa depan dua orang manusia yang tak saling mencintai.

Reihan ralat, bukan menghancurkan masa depannya dan Yura tapi masa mudanya dan Yura. Harusnya keduanya sibuk bermain, menikmati cinta monyet atau bahkan berkencan layaknya remaja normal.

Tapi tak apa,  yang sudah terjadi memang harus terjadi. Yang jelas Reihan akan mencari pelakunya, kalau perempuan pelakunya? tentu saja Reihan tak mungkin memukulnya, tapi Reihan akan menjauhinya sejauh mungkin.

***

Yura menggeliat kecil, membuat Reihan terjaga. Matanya Reihan larikan ke arah jam dinding di samping kirinya.

Pagi sudah menjemput. Beruntung hari ini hari libur, keduanya tak perlu bersiap untuk sekolah.

Reihan melirik Yura yang kini memeluknya, perlahan Reihan melepas lilitan tangan yura di perutnya.

Reihan turun dari kasur lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Beberapa menit kemudian..

Yura membawa paksa tubuhnya untuk bangun, tiba - tiba mual kembali menyerangnya.

Yura mengetuk brutal pintu kamar mandi. pintu pun terbuka, yura masuk dengan tergesa, bahkan Reihan sedikit terhuyung karena serangan dadakkan itu.

"Huwekkk! Uwekk! Huwekk"

Reihan menghampiri Yura, membawa rambut panjangnya untuk dirinya ikat dengan tangan.

"Hiks.. Uwek Huwek!" yura menyeka mulutnya lalu terisak."perutnya ga enak sumpah"adunya seraya menatap Reihan sendu.

tanpa banyak kata Reihan menuntun yura menuju kasur agar kembali rebahan lalu Reihan berjalan kearah lemari, membawa kaos dan celana pendek rumahan.

Yura memejamkan matanya repleks."Di bajunya bisa ga sih di kamar mandi ish!"gerutu Yura tak bertenaga.

Reihan tak bereaksi. setelah selesai berpakaian, kakinya ia langkahkan menuju Yura lalu duduk di sampingnya.

Yura mencari posisi ternyaman, perlahan Yura membuka mata menatap Reihan yang kini berada di sampingnya lalu dengan tiba - tiba Yura membuka setengah kaosnya, membuat perutnya yang sedikit buncit itu terpangpang nyata.

"Pakein kayu putih kayak waktu kemarin di mobil"pintanya dengan memelas yang di buat - buat berharap Reihan akan menuruti keinginannya.

Reihan menghela nafas pendek, untung saja Yura sudah menjadi istrinya, kalau belum mungkin Reihan akan menghina Yura, memanggilnya dengan sebutan ****** murahan karena membuka bajunya sembarangan!

Reihan meraih kayu putih di laci, membuka tutupnya lalu Reihan tuangkan ke telapak tangan.

Reihan menatap perut Yura yang sedikit buncit itu sesaat. Reihan tak menyangka akan memiliki anak secepat ini. Reihan masih begitu canggung dengan semua ini, tapi wajahnya yang tak terbaca berhasil menutupi semua rasa yang di rasakannya selama ini.

Reihan mengusap perut mulus itu dengan lembut.

"Mungkin ini ya rasanya ngidam.."celetuk Yura. Reihan melirik yura yang kini mengulum senyum dengan bibir pucatnya itu."kayaknya anak kamu pengen di elus.. Mual aku berkurang"lanjutnya.

Reihan terpaku ke dalam mata yang kini menyipit, melengkung seperti sabit, pertanda kalau si empunya tengah tersenyum lebar.

Reihan terpesona sesaat, jantungnya berdebar tak beraturan, perasaannya menjadi aneh, menggelitik dan juga senang entahlah.

***

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Udah seharusnya kamu jatuh cinta ke ibu dari anak2 mu Rei..

2024-11-20

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Siapa sih yg punya kerjaan,Mereka di jebak apa Rei yang emang Mabok??

2024-11-20

0

Har Tini

Har Tini

hamil.muda emang ga enak yura nikmati aja proses ny😊

2022-03-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!