9

    Yura berjalan menghampiri Renami yang tengah duduk santai di ruang keluarga, sendirian.

" Nam.." panggil Yura seraya duduk di samping Renami, teman yang di kenalnya di arisan sang mama yang siapa sangka kini menjadi adik iparnya. Hanya Renami yang membuatnya nyaman,  tak perlu lagi beradaptasi.

" Paan, Ramal? ga! Males.." Tolaknya tanpa mengalihkan tatapannya dari televisi.

Yura abaikan, toh sudah biasa dirinya menerima penolakan dari Renami tapi pada akhirnya Renami selalu merespon.

" Kakak lo keteken ga gara - gara masalah ini? Dia ga ke baca, rata mukanya.." ujar Yura begitu penasaran.

" Rata? Gada idungnya? " tanya Renami dramatis.

Yura berdecak sebal, lagi - lagi dirinya salah membuat sebuah kalimat.

" Datar maksudnya, Gitu aja ga ngerti.." dumel Yura dengan wajah di tekuk bete.

Renami terbahak pelan lalu berdehem kecil." Mau bertaruh? " bisik Renami mulai serius.

" Hah? Bertaruh? Maksudnya? "

Renami mengamati sekitar, di rasa aman baru dirinya kembali menatap Yura dengan serius.

" Suami kamu Ra yang bakal cinta duluan.." bisik Renami dengan penuh keseriusan, menatap Yura seolah meyakinkan gadis itu agar percaya akan ucapannya.

Yura mendengus lalu tersenyum miring." Jangan di paksain kalau males ngeramal.." dumel yura seraya beranjak dari duduknya.

Renami mendengus keras." Ga usah tanya kalo ga percaya.." gerutu Renami dengan terkekeh pelan.

***

Harumi mengusap perut Yura yang sama sekali belum ada perubahan,  mungkin karena masih satu bulan jalan.

“ Belum mual ya sayang? ” tanya Harumi dengan senyum hangat.

Yura membalas senyuman Harumi sama hangatnya.” Iya ma..” balas Yura.

Harumi dan Yura menoleh ke arah Reihan yang baru sampai ke rumah. Reihan pamit keluar untuk membeli cemilan.

“ Suka agar – agar? ” tanya Reihan seraya menyimpan cemilannya di meja depan Yura.

Yura mengangguk pelan. Reihan membuka kantong plastik berisi cemilan itu, setelah yang dicarinya dapat Reihan memberikannya pada Yura.

Harumi menatap keduanya dengan mengulum senyum, terlihat masih canggung namun jatuhnya menggemaskan.

“ Sini Rei..” pinta Harumi agar Reihan bertukar tempat duduk.

Reihan hanya menurut sedangkan Yura mulai salah tingkah. Harumi menarik tangan Reihan agar mengelus perut Yura. Yura sontak mematung kaku.

“ Sesekali lakuin ini biar kalian saling Merasakan kalau di dalam sana ada calon anak kalian..” setelah mengucapkan itu Harumi beranjak.”mama ke atas dulu” pamitnya.

Reihan masih menyimpan tangannya di perut Yura yang terhalang kaos tanpa usapan seperti sebelumnya. Dengan canggung Reihan menarik tangannya.

Keduanya pun diam dalam pemikiran masing – masing.

“ Besok kita sekolah ” ujar Reihan membuka percakapan.

Dengan kaku Yura mengangguk.” Iya ” balasnya pelan.

Suasana kembali hening.“ Hubungan kita di sekolah apa? ” tanya Yura.

“ Terserah aja”balas Reihan sekenanya.

***

3 minggu berlalu...

Tak ada perubahan yang terlalu mencolok di dalam hubungan mereka. Justru Yura merasa Reihan tak seperti minggu awal,  banyak bertanya.

Keduanya sudah tidak canggung namun tidak akrab juga,  masih merasa ada jarak.

Yura pun sudah tidak canggung di rumah Reihan, bahkan sekarang sudah bisa di bilang nyaman.

“ Hati – hati ” kata Reihan seraya menarik pinggang Yura repleks.

Yura menatap serpihan beling di tanah tak jauh dari kakinya. Masalahnya bagaimana bisa Reihan tau kalau di tanah itu ada beling.

Reihan melepaskan tangannya dari pinggang Yura lalu berlalu menuju ke tempat lain.

Kelasnya dan kelas Reihan tengah belajar biologi di luar kelas. Tugasnya mengamati pohon dan bunga – bunga di taman yang memang khusus untuk pelajaran Biologi dan IPA.

“ Tadi Reihan? Ngapain dia sampe pegang pinggang? ” tanya Haruka dengan alis bertaut.

Yura menunjuk bekas botol pecah itu.“ Dia tolongin dari itu ” jelasnya.

Haruka mangut – mangut. Haruka melambai saat tatapannya bertemu dengan pacarnya Ken.

Ken pun membalasnya lalu kembali berbincang dengan Reihan.” Lo mau bikin anak – anak kepo? ” tanya Ken gemas plus kesal.

Reihan menaikkan satu alisnya, kurang paham dengan arah pembicaraan Ken.

Ken berdecak jengah.” Tadi lo rangkul pinggang Yura! “ jelas Ken dengan gemas.

Reihan mengabaikan Ken padahal kejadiannya bukan seperti itu,  matanya kembali memperhatikan Yura yang ceroboh itu.

Langkahnya Reihan ayunkan menuju Yura lalu telapak tangannya mendarat di perut Yura membuat punggung tangannya tergores kawat yang mencuat di balik dedaunan itu.

Haruka dan Yura membolakan matanya kaget dengan tindakan Reihan. Yura kembali kaget saat melihat tangan Reihan berdarah.

Semua  yang melihat pun jadi fokus pada Reihan. Reihan pun di bawa ke UKS di ikuti Yura di belakangnya.

***

Kalau Reihan tak ada mungkin perutnya yang akan terluka, bahkan mungkin melukai bayi di kandungannya juga.

“ Makasih Rei..” cicit Yura di samping kasur pasien yang ada di UKS.

Reihan mengangguk,  menatap perban di tangannya lalu menatap Yura.” Lain kali hati – hati ” pinta Reihan yang di angguki Yura.

Yura mengusap perutnya. “ Sekali lagi makasih udah jagain kita..” Yura melempar senyum tulus.

Reihan kembali mengangguk lalu turun dari kasur.” Aku mau balik ke kelas ” Kata Reihan yang di angguki Yura.

Reihan meraih sepatunya,  dengan sigap Yura meraih sepatu Reihan.

“ Aku bantu,  kamu pasti susah taliinnya ” Yura berjongkok.

Reihan tidak menolak, tangannya terulur mengusap kepala Yura selama Yura memakaikan sepatunya.

Yura mendongkak. “ Udah selesai ” kata Yura lalu berdiri.

Reihan menarik tangannya dari kepala Yura. “ Makasih ” ucap Reihan lalu melangkah keluar UKS di ikuti Yura.

Yura mengulum senyum, kepalanya di usap Reihan tadi begitu terasa nyaman.

***

Yura menarik nafas panjang, wajahnya yang sedikit tirus itu terlihat lelah.

" Rei, tugas Biologi kamu udah? " tanyanya lesu.

Reihan menoleh menatap Yura yang kini bersandar di jok mobil, di sampingnya.

" Kamu belum? " Reihan bertanya balik.

Reihan kembali memfokuskan pandangannya pada ponsel di tangannya.

" Belum, besok ya di kumpulin, Mana panjang lagi.." keluh Yura di akhiri hembusan nafas berat." bantuin ya?" lanjut Yura seraya menarik lengan jaket Army yang di kenakan Reihan.

Reihan hanya mengangguk sebagai respon.

" Rei, Liat dulu ke sini.." pinta Yura seraya mengguncang lengan Reihan.

Reihan pun mengalah, menatap Yura datar.

" Bantuin ya? " ulang Yura dengan melempar tatapan  penuh harap.

" Iya.. " jawab Reihan singkat.

" Gitu dong, di jawab bukannya ngangguk - ngangguk aja, kurang meyakinkan kalo gitu aja.." gumam Yura.

Reihan menatap Yura lekat, menilai penampilan Yura setiap harinya dan hari ini Yura terlihat semakin kurus dan itu berhasil membuat Reihan terganggu.

" Kamu baik - baik aja? "

Yura mengerjap bingung." Aku? Emang kenapa? " tanya Yura heran.

" Kurus.." terang Reihan seraya mengelus sekilas pipi Yura.

Yura yang mendapat perlakuan singkat namun lembut seperti itu hanya bisa mematung.

Pandangan keduanya terkunci.

" Aku baik, ba-bagus dong kalo kurus, aku ga perlu cape buat diet.." balas Yura berusaha santai bahkan melempar cengiran walau canggung.

" Aku ga suka.." ujar Reihan seraya kembali menatap ponsel di tangannya.

" Ga suka? " ulang Yura pelan dengan sedikit tak yakin dengan pendengarannya.

" Ga suka cewek kurus.." jelas Reihan acuh.

' ga suka cewek kurus? Maksudnya Reihan, dia ingin aku seperti **** begitu? yang benar saja! Eh tunggu,Bisa aja cewek yang dia maksud itu cewek lain kan? Ck sadarlah Yura!' batin Yura merutuki kege’erannya.

***

Yura duduk bersila di samping Reihan. Keduanya berada di kamar, dengan tumpukan tugas yang menanti di depannya.

" Kamu tidur aja.." titah Reihan.

Yura menggeleng tegas lalu meraih buku tugasnya." Aku bantu bacain aja, kamu ngetik, toh aku belum ngantuk.." ujar Yura keras kepala.

Reihan tak bersuara, Yura tak ambil pusing, langsung saja membacakan soal - soal tugasnya dan Reihan pun langsung mengetik.

setengah jam berlalu, keduanya masih saja sibuk. Reihan melirik Yura yang tengah ngemil, di sela - sela kunyahannya Yura membacakan tugasnya.

" Makan dulu baru baca.." Reihan menghentikan ketikan di laptopnya.

Reihan membuka kaleng minuman yang berisikan kopi.

Yura melirik ke arah tangan Reihan yang menggenggam kaleng minuman kesukaannya itu.

" Mau.." pintanya berseru panjang.

Reihan meneguknya lalu menggeleng kecil. Yura menekuk wajahnya masam, tak terima juga dengan penolakan Reihan.

" Ih! Mau pokoknya! Kamu beli satu?" tanya Yura sebal.

Reihan meneguk habis minuman di tangannya lalu mengangguk." Ini kopi, bahaya kamu punya penyakit lambung " ujarnya cuek.

Reihan meraih buku lalu membolak balik lembar demi lembar buku di genggamannya itu, membacanya dengan serius.

Yura meraih kaleng kosong itu dengan dengusan kesal." Ga di sisain!" gumam Yura kesal.

Reihan tak merespon, Yura menarik kerah kaos hitam Reihan membuat Reihan menghadap ke arahnya dengan jarak yang cukup dekat.

Yura menurunkan tatapannya ke sudut bibir atas Reihan, tanpa berpikir panjang Yura menyapu sudut bibir atas Reihan dengan lidahnya lalu menyesapnya sekilas.

" Tuhkan enak! " pekik Yura tanpa sadar dengan apa yang di lakukannya tadi." dari smp aku suka minuman itu! Ga bunda ga ayah, sekarang kamu yang larang! " lanjutnya dengan wajah di tekuk bete.

Reihan masih diam, menatap Yura yang berceloteh tidak jelas. Setelah sadar, Yura bungkam. Merutuki tindakannya yang gegabah itu.

Yura melepas cekalan di kaos Reihan lalu memundurkan tubuhnya menjauhi Reihan.

" Ma-Maaf.."

Reihan membalik badanya, wajah datarnya benar - benar menutupi kesyokkan yang kini menyerangnya.

" Tidur udah malem.." ujar Reihan setenang mungkin tanpa menatap Yura.

Yura mengangguk kikuk lalu beranjak dengan rona merah menghiasi pipi.

" Makasih Rei udah mau kerjain tugas aku, selamat malam. Aku duluan.."

" Hm.."

Yura pun merebahkan tubuhnya seraya merapihkan selimut di tubuhnya.

Debaran jantungnya tiba - tiba menggila mengingat kejadian barusan, Yura tak tau harus di kemanakan mukanya besok, rasanya Yura tak sanggup menatap Reihan.

***

Reihan menutup buku beserta laptopnya, matanya melirik jam di ponselnya. Ternyata sudah jam 10 malam.

Reihan beranjak lalu merangkak naik keatas kasur yang kosong, matanya melirik Yura yang sudah damai dalam mimpi di tidurnya.

Sekelebat ingatan tadi datang, membuat Reihan menggeleng samar, menepis bayangan itu.

Seolah tak terjadi apapun Reihan menarik selimut, menyamankan posisinya senyaman mungkin dan mulai memejamkan matanya.

Namun, baru beberapa detik matanya terpejam, Reihan di kejutkan dengan tangan Yura yang kini mendarat di perutnya. Yura menenggelamkan wajah kecilnya di lengan yang sedikit berotot milik Reihan.

Reihan menahan nafas sejenak lalu menarik nafas dan menghembuskannya perlahan.

Reihan mencoba berdamai dengan pemikiran - pemikiran anehnya, menepis semuanya dan mulai memejamkan kembali matanya, mengabaikan Yura yang kini memeluknya.

***

3 hari setelah kejadian malam itu...

Yura menyiram tanaman di depan rumahnya dengan bersenandung kecil. Udara sekitar terasa semakin sejuk saja.

" Ra.." panggil Reihan.

Yura menoleh" Ya Rei?" Yura mematikan kran air lalu menghampiri Reihan yang kini berdiri tak jauh darinya dengan segelas susu di tangan kanan.

" Makasih.." Yura meraih gelas itu, meneguknya hingga habis setengahnya.

" Abisin.."

Yura menarik nafas berat." Bikin mual baunya Rei.." keluhnya sebelum meneguk habis susu di gelas yang di genggamnya.

Reihan meraih gelas kosong di tangan Yura dengan tatapan matanya jatuh ke bibir Yura yang kini atasnya berkumis susu.

Reihan membungkuk, mendekatkan wajahnya ke wajah Yura, menyeka susu itu dengan lidah dan menyesapnya sekilas, persis seperti yang di lakukan Yura pada malam waktu itu.

Reihan menatap Yura lurus." 1 sama " kata Reihan dengan senyum kecil.

Yura masih diam mematung, Reihan berbalik meninggalkan Yura dengan pemikirannya.

Reihan menyeka bibirnya menggunakan ibu jari lalu tersenyum kecil penuh misterius.

***

Reihan berpapasan dengan Yura di ambang pintu kamar, dengan sigap Reihan mencekal lengan Yura yang hendak keluar kamar. Seharian ini perempuan itu selalu saja menghindarinya.

" Ngehindar? " tanya Reihan datar.

" Hah? " Yura menelan ludahnya, tiba - tiba tenggorokannya terasa seret." oh itu_engga" gelagap Yura seraya berusaha melepas cekalan Reihan.

Reihan menarik lengan Yura, membuatnya tersentak dan menabrak dada Reihan Pelan.

" Ciuman pertama.." ujar Reihan yang terdengar samar, seperti pertanyaan namun terdengar seperti pernyataan.

"_Ha? a-apa sih! " Yura berusaha mundur namun lagi - lagi Reihan menariknya.

" Jelas, itu bukan yang pertama.."

Reihan melepas cekalan tangan Yura, mengelus perut Yura sekilas lalu berlalu. nafas Yura memburu, merasa gugup dan berdebar.

***

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Gak papa lah Yura paksu sendiri kan..Mmg harusnya ada yang memulai,Reihan itu terlalu kaku,tapi kamu jangan,Ingat biasanya Bumil itu saat hamil butuh perhatian dan kasih sayang paksu..

2024-11-21

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Jiwa kebapakan nya Reihan langsung mencuat untuk melindungi anaknya,Yura yg suka Ceroboh dan Reihan yg Peka..👍👍👍

2024-11-21

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kenapa kaku banget mereka thor,Aku yg gemes dan greget dgn tingkah mereka..😂

2024-11-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!