18

     Paginya Yura bangun lebih dulu. Menatap Reihan untuk menyimpannya di memori yang khusus dan tidak akan Yura lupakan.

Reihan menggeliat, repleks Yura menutup matanya, entah kenapa rasanya tak ingin ketahuan tengah mengamati Reihan.

" Udah bangun.."ucap Reihan seraya membawa tubuhnya untuk duduk.

Yura masih betah dalam ke pura - puraan. Apa Reihan bicara padanya pikir Yura terus berkelana.

" Aku tau kamu udah bangun.." sambung Reihan dengan suara serak dan muka bantalnya yang terlihat masih mengantuk.

Yura menelan ludahnya. Apa benar dirinya ketahuan pikirnya kembali meracau. Yura membuka matanya cepat saat merasakan kecupan di bibirnya ah bukan tapi gigitan mesra.

" Kenapa? Kamu kayak maling yang takut ketahuan.." ledek Reihan geli sendiri.

Yura sontak duduk dengan menatap Reihan tak terima." Woa kamu nuduh aku maling?"pekik Yura.

" Emang iya.." balasnya kembali acuh.

" Kamu nuduh jahat banget sumpah aku nyuri apa Rei? "tanya Yura dramatis. Menatap kecewa Reihan yang malah pria itu terlihat biasa - biasa saja.

" Nyuri Hati sayang.."Jelas Reihan seraya mengusap sekilas rambut Yura yang acak - acakan lalu beranjak menuju kamar mandi.

Yura bukannya tersipu dia malah mengusap kedua tangannya, merasa merinding di gombali Reihan dengan gombalan receh seperti itu.

" Kamu salah makan Rei.."teriak Yura dengan wajah ngeri.

Reihan hanya mengulum senyum kecil tanpa menghentikan langkahnya.

" Fix! Kamu emang salah makan" sambung Yura dengan masih berteriak.

***

Sore hari keduanya memutuskan untuk jalan - jalan ke danau yang tak jauh dari perumahan. Meraka saling bergandengan tangan menyusuri jalanan yang jarang di lewati kendaraan itu.

" Agak mendung ya Rei.."celetuk Yura seraya mengamati langit.

Reihan mengangguk seraya ikut menatap langit. Burung - burung terlihat kecil berterbangan hilir mudik seolah sedang memberi kabar kepada manusia bahwa hujan akan segera turun.

" Mau pulang aja? " tanya Reihan seraya kembali menatap Yura.

Yura menggeleng tak setuju." Nanggung, cuma satu belokan lagi.."tolaknya.

Reihan tak merespon, langkahnya terus membawa Yura ke tempat tujuan.

" Woa, sekarang danaunya jadi banyak lampu hias ya Rei.."takjubnya dengan pandangan terus mengedar.

Reihan mengangguk lalu membawa Yura agar duduk di sampingnya dengan beralaskan Rumput hijau yang terawat.

" Sayang cuacanya ga mendukung.." keluh Yura yang di angguki Reihan.

Keduanya diam menikmati sejuknya udara di sekitar mereka. Beberapa orang yang sedang pacaran satu persatu membubarkan diri. Yura yang melihat itu jadi berpikir apa pulang saja?

" Kenapa? "tanya Reihan yang melihat gelagat gelisah dari istrinya itu.

" Orang - orang mulai berkurang Rei, apa kita juga pulang?"tanyanya cemas.

Reihan menarik telapak tangan Yura ke dalam genggamannya.

" Kamu maunya gimana? "tanya Reihan dengan sorot mata menatap Yura lembut.

Yura merasa nyaman, senyum pun mengembang." Aku ga mau kamu sakit, kita pulang aja.."sambung Reihan penuh perhatian.

Di tuntunnya Yura untuk bangun.

" Kenapa nanya kalo pada akhirnya kamu yang jawab.." gerutu Yura.

Reihan tak menggubrisnya, terus saja menuntun Yura. Yura mencebikkan bibirnya sebal karena merasa di abaikan.

Yura mengernyit saat merasakan air hujan turun mengenai wajah dan kepalanya. Reihan buru - buru menarik Yura untuk berteduh di depan ruko yang tertutup.

" Yah, kita ke jebak hujan.." keluh Yura seraya mengusap wajahnya yang sedikit basah.

Reihan membuka jaket jeansnya untuk di pakai Yura. Yura yang melihat itu cepat - cepat menolaknya.

" Kamu bisa sakit Rei, kamu cuma pakai kaos tipis.." tolak Yura dengan keras kepala.

Reihan masih keukeuh memakaikannya ke tubuh Yura. Yura melepas jaket itu.

" Kamu yang pake! " tegas Yura.

Reihan meraih jaket itu lalu memakainya.

Yura melongo.

Segampang itu? Yura benar - benar merasa kalau Reihan memang kurang peka dan lagi kenapa juga Yura merasa kesal akan hal itu. Bukannya dia yang menyuruh Reihan untuk...tunggu!

Reihan membawa Yura masuk ke dalam jaketnya, memeluknya.

Yura menghangat. Rasa kesal di hatinya hilang entah kemana.

Yura tersenyum seraya membalas pelukan Reihan. Reihan memang punya caranya sendiri untuk membuatnya selalu berdebar. Yura benar - benar nyaman di dekat Reihan.

***

Yura sedikit menggigil di pelukan Reihan. Kakinya yang tidak tertutup apapun karena memakai dress kaos selutut membuatnya di serang dingin.

" Lain kali jangan pake rok kalau keluar.." ujar Reihan terdengar tak suka.

Yura mengangguk kecil tanpa menyahut. Tubuhnya benar - benar terasa dingin.

" Dingin banget? " bisik Reihan di atas kepala Yura.

Yura yang masih dapat mendengar suara Reihan pun mengangguk.

Reihan membawa Yura ke dalam gendongannya.

" Ke-kenapa gen_dong?"tanya Yura dengan bibir bergetar.

" Kaki kamu kena air.." jelasnya acuh.

Yura melingkarkan tangannya di leher Reihan. Mencari kehangatan.

"Pulang Rei.."rengek Yura masih dalam keadaan menggigil.

Reihan terlihat cemas. Di rogohnya saku. Berharap ada sinyal di ponselnya.

Reihan mendesah lega, dengan cepat Reihan mendial nomor Renami.

***

Yura menggenggam secangkir coklat panas dengan selimut membelit tubuhnya. Mata Yura melirik Reihan yang tengah memakai kaos.

" Kamu ga papa? "tanya Yura.

Reihan menghampiri Yura, meraih cangkir di tangan Yura lalu meneguknya sedikit. Yura hanya menatap Reihan.

"Nih.. abisin.."ucap Reihan seraya mengembalikan cangkirnya kepada Yura.

Yura meneguknya hingga tandas." Ahhh.. enak anget.."gumamnya.

Reihan mengusap kepala Yura lalu beranjak." Aku keluar dulu.."pamitnya.

" Ikut! " seru Yura dengan cepat.

Reihan turun di ikuti Yura di belakangnya. Di ruang keluarga terlihat ada Renami yang tengah bersin - bersin.

" Gara - gara kalian gue filek!"ketus Renami saat sadar dengan kehadiran keduanya.

" Maaf.."gumam Yura seraya memeluk Renami.

" Kenapa keluar? Bukannya anget - angetan, mama, papa lagi di rumah Oma Dewi.." ketus Renami seraya menggosok hidungnya yang gatal.

" Ide bagus.."ucap Reihan santai.

Yura dan Renami menoleh ke arah Reihan. Reihan menaikkan alisnya.

" Kenapa? "tanya Reihan heran.

***

Reihan memeluk Yura dengan erat. Membuat Yura menggeliat kurang nyaman.

" Sesek Rei.." keluh Yura seraya menggeliat mencoba keluar dari pelukan Reihan.

" Kamu dingin? "tanya Reihan.

Yura menghentikan geliatannya lalu mengangguk. Reihan kembali mengeratkan pelukannya.

" Kenapa kamu ga mau di peluk kalau dingin.."lanjutnya gemas.

" Kamu meluknya erat banget Rei, aku susah nafas.."erang Yura seraya menggeliat pelan.

Reihan terkekeh pelan seraya melonggarkan pelukannya." Eum Ra.."panggilnya.

" Hm? "

"Sebelum menikah kamu punya rencana ga, mau nikah kapan?"tanya Reihan.

Yura merenung menatap lurus dada Reihan." Ada.."jawabnya pelan.

" Kapan? "

" Udah kerja, umur 25 atau 28 walau kata mama ketuaan, aku sih ga masalah waktu itu tapi takdir malah bawa aku ke pernikahan dini.." kekeh Yura.

" Dan kamu nyesel? "tanya Reihan ragu.

" Engga sama sekali.."jawab Yura yakin.

Reihan tersenyum di atas kepala Yura. Tangannya mengusap punggung Yura dengan lembut. " Ra, jangan kemana - mana ya cukup di samping aku sampe tua.." bisik Reihan setelahnya mengecup pipi Yura yang semakin berisi itu.

Terpopuler

Comments

Har Tini

Har Tini

next lanjut

2022-03-07

0

Arinda_Na

Arinda_Na

sweett euhgg

2020-12-29

0

queenmi ndo

queenmi ndo

memang bener manusia cuma berencana
cuma allah lah yg tau
aku dulu pengen nikah muda sebelum umur ku 25 v sampai umurku sekarang masih blm nikah 😭😭😭😭

hanya allah lah yg bisa berencana n yg nentuin kita kpn nikah n dgn siapa nya 😊😊😊

2020-10-26

22

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!